Terjadinya Wanprestasi pada Debitur

dengan menempuh mekanisme peralihan utang sebagaimana telah diterangkan di atas. Sesuai dengan asas publisitas dari Hak Tanggungan, beralihnya Hak Tanggungan tersebut wajib didaftarkan oleh kreditor yang baru kepada Kantor Pertanahan Pasal 16 ayat 2 UUHT. Beralihn ya Hak Tanggungan tersebut mulai berlaku bagi pihak ketiga pada hari tanggal pencatatannya Pasal 16 ayat 5 UUHT.

D. Permasalahan yang Dihadapi Debitur

1. Terjadinya Wanprestasi pada Debitur

Seperti telah disebutkan bahwa tindakan nasabah debitur untuk mengalihkan hak kreditnya atau pelimpahan kewajiban angsurannya kepada pihak lain salah satunya adalah untuk menghindari terjadinya wanprestasi pada debitur tersebut sehingga mencari jalan keluarnya dengan menjual atau mengalihkan kewajiban angsuran kreditnya tersebut kepada pihak lain yang sanggup ataupun akan melanjutkan angsuran kreditnya, bila pengalihan hak kredit ataupun pelimpahan kewajiban angsuran dilakukan sesuai dengan peraturan bank pemberi kredit yaitu dengan cara alih debitur maka segala permasalahan yang akan timbul adalah merupakan yang dapat diselesaikan secara prosedural bank pemberi kredit yaitu menjadi tanggung jawab debitur itu sendiri. Yang terjadi dalam praktek, di mana sebagian masyarakat masih menggunakan cara pengalihanoper kredit dengan cara pengikatan jual beli dan kuasa. Maka segala resiko masih melibatkan debitur yang Universitas Sumatera Utara pertama yang terikat dengan bank dan pada debitur yang kedua yang menerima pelimpahan kewajiban tersebut. Bank sebelum memberikan persetujuan alih debitur ataupun memberikan kredit pemilikan rumah pada nasabah melalui beberapa tahap yang bertujuan untuk mendapatkan nasabah yang mempunyai integritas tinggi untuk dapat menyelesaikan kreditnya sampai lunas, seperti disebutkan pada Pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang berbunyi: “ Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 8 dikemukakan antara lain: “ Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko sehingga dalam pelaksanannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan, debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap, watak, kemampuan modal, agunan dan prospek usaha dari debitur”. Dengan melihat petunjuk tersebut di atas dan melihat persyaratan-persyaratan untuk kredit pemilikan rumah yang begitu teliti, maka bank mengharapkan debitur Universitas Sumatera Utara yang mempunyai integritas tinggi dalam keuangannya, sehingga diharapkan dapat melunasi angsuran kreditnya sampai selesai tanpa ada masalah yang timbul, hal ini akan sangat jauh berbeda dengan tindakan nasabah debitur yang mengalihkan hak kreditnya atau melimpahkan kewajiban angsurannya kepada pihak lain di mana dalam pengalihan hak ini pihak debitur tidak melihat kemampuan atau kesanggupan lebih lanjut lagi dari debitur yang akan mengambil alih angsuran kreditnya. Yang dilihat hanya kemampuan awal pembayarannya saja di mana bila telah sepakat mengenai harga dan kondisi serta status rumah dan surat-suratnya maka pengalihan hak kredit tersebut dapat dilaksanakan diantara para pihak. Tindakan-tindakan nasabah debitur yang tidak mempertimbangkan data-data dan kemampuan pihak debitur baru dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi. Pada saat ini hampir semua bank pemberi kredit sangat ketat sekali mengenai ketepatan debitur dalam membayar angsuran kreditnya. Bank menentukan bila dalam waktu 180 hari seratus delapan puluh hari berturut-turut tidak ada angsuran yang dibayarkan kepada bank maka bank telah memasukkan debitur tersebut kedalam kategori kredit macet atau Non Performance LoanNPL, sehingga dengan adanya kategori tersebut bank dapat mengambil tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perjanjian kredit. Jika debitur tidak memberitahukan telah mengalihkan kewajiban angsuran kreditnya pada pihak lain, maka bank dapat meminta pertanggungjawabannya dari debitur yang pertama yang terikat dengan perjanjian kredit tersebut. Dengan adanya pengalihan hak kredit maka tanggung jawab pembayaran angsuran tersebut menjadi tanggung jawab pihak yang menerima Universitas Sumatera Utara pelimpahan kredit tersebut. Karena pengalihan kredit tersebut dilakukan dengan menggunakan pengikatan jual beli dan kuasa maka pihak kedua yang menerima pelimpahan ini tidak dapat lagi mengalihkan ataupun melimpahkan kewajiban angsuran kreditnya atas rumah tersebut atau bila tetap tidak membayar maka akan disita oleh bank. Di dalam praktek pihak nasabah, debitur dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu pengembalian kredit yaitu dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak bank. Dengan adanya permohonan ini maka akan diadakan analisis lagi oleh pihak bank. Dengan menganalisis ini pihak bank dapat mengetahui apakah debitur masih ada kemungkinan untuk mengangsur kredit beserta bunganya. Bila menurut analisis pihak bank bahwa dengan perpanjangan waktu pengembalian kredit ini debitur akan dapat mengangsur pinjamannya maka diadakan perjanjian tambahan untuk ini, yang dituangkan dalam satu akta, akan tetapi bila hasil analisis tersebut dapat menunjukkan bahwa debitur sudah tidak mungkin lagi atau tidak mampu untuk mengangsur pinjamannya maka berdasarkan keputusan bank kredit tersebut tetap diklasifikasikan sebagai kredit macet. Bilamana permohonan nasabah debitur untuk perpanjangan waktu diterima maka pihak bank akan membuat antara lain: 85 1. Rescheduling, yaitu dengan cara memberikan keringanan debitur berupa perpanjangan jangka waktu pelunasan atau dengan mengadakan pembahasan 85 Rachmadi Usman, op.cit, hal. 293. Universitas Sumatera Utara besarnya angsuran kredit; jika dengan cara ini tidak berhasil maka ditempuh cara berikutnya. 2. Reconditioning, yaitu dengan mengubah syarat-syarat yang telah disepakati. 3. Memberikan kesempatan yaitu mengalihkan hak kreditnya atau pelimpahan kewajiban angsuran kreditnya dengan cara alih debitur. 4. Dengan penjualan agunan pinjaman di bawah tangan. Apabila segala tindakan dan usaha yang telah dilakukan oleh pihak bank dan nasabah debitur itu sendiri tidak dapat memenuhi kewajibannya maka pihak bank pemberi kredit akan menyita asset atau agunan dari perjanjian kredit tersebut. Dari penelitian, pihak bank memberikan alternatif terbaik yang dapat dilakukan untuk nasabah debiturnya sehingga diharapkan penyitaan terhadap asset tidak dilakukan oleh pihak Bank, Khususnya dalam masalah-masalah debitur yang telah menerima pengalihan hak kredit atau pelimpahan kewajiban angsuran yang dilakukan tanpa sepengetahuan bank telah mengalami tanda-tanda wanprestasi atau tercatat dalam kategori Non Performance Loan NPL dapat melakukan tindakan- tindakan sebagai berikut: 1. Melaporkan atau memberitahukan kepada pihak bank pemberi kredit bahwa telah dilakukan pengalihan hak kredit atau pelimpahan kewajiban angsuran oleh nasabah debitur yang pertama tanpa sepengetahuan pihak bank. 2. Meminta perpanjangan dengan cara kesepakatan atau negosiasi dengan pihak bank dalam hal ini legal officernya untuk meminta perpanjangan waktu agar dapat melunasi sisa kredit dengan pengahapusan denda-denda jika ada. Apabila Universitas Sumatera Utara penawaran ini dikabulkan oleh pihak bank maka pihak debitur membuat surat pernyataan kesanggupan untuk melunasi sisa kredit dengan surat pernyataan di atas meterai Rp. 6000. Tindakan-tindakan aktif dari nasabah debitur ini sangat membantu dan diperlukan baik oleh nasabah debitur itu sendiri dalam rangka menyelamatkan agunannya ataupun oleh pihak bank dalam rangka mengatasi kredit macet di bank.

2. Kerugian-Kerugian yang Diderita Oleh Debitur