Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Analisis Pengalihan (Oper Kredit) Hak Pada Kredit Pemilikan Rumah: Studi Di Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Medan

Keuntungan itu terjelma dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank selaku kreditur baik bunga kredit ataupun tunggakan sementara bagi konsumen khususnya untuk konsumen yang memerlukan rumah atau tempat tinggal dengan adanya Kredit Pemilikan Rumah KPR sudah membantu mengatasi masalah pembiayaandana dalam pembelian rumah karena dengan adanya perjanjian kredit antara konsumen dengan bank, secara tidak langsung konsumen tersebut membeli tunai kepada pihak developer di mana pihak developer akan memperoleh pembayaran sesuai dengan harga yang telah disepakai sebelumnya dan konsumen tersebut langsung dapat menikmati rumah sendiri karena setelah selesainya akad kredit dapat langsung serah terima dari pihak developer.

4. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

Perjanjian adalah terjemahan dari kons overenkomst, yang dari segi bahasa dapat pula diterjemahkan dengan persetujuan. Subekti mengartikannya sebagai perbuatan hukum, sebagaimana terlihat dari terjemahan yang dilakukannya terhadap isi Pasal 1313 KUH Perdata, yang bunyinya sebagai berikut: “ Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. 32 32 R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, KUH Perdata, terjemahan dari Burgelijk Wetboek, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976 Pasal 1313. Universitas Sumatera Utara Pengertian yang sama diberikan beliau dalam bukunya Hukum Perjanjian, yang diartikan sebagai peristiwa hukum sebagaimana terdapat dalam rumusan yang beliau kemukakan sebagai berikut: Supaya perjanjian atau persetujuan yang dibuat oleh para pihak yang membuatnya, menyangkut para pihak yang bersangkutan maka perjanjian itu harus dibuat secara sah. Mengenai syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu: a. Kata Sepakat Kata sepakat dalam suatu perjanjian merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kehendak kedua belah pihak, saling menerima satu dengan lainnya. Dengan adanya kata sepakat, maka perjanjian itu telah ada dan telah lahir dan sejak saat itu perjanjian mengikat kedua belah pihak dan dapat dilaksanakan. Prinsip Pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kekuatan mengikat setelah tercapainya kata sepakat sangat kuat sekali, karena perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali secara sepihak. Atau karena alasan-alasan yang diperbolehkan oleh Undang-Undang. 33 b. Kecakapan Yang dimaksud dengan kecakapan adalah kemampuan membuat perjanjian. Pada prinsipnya semua orang mampu membuat perjanjian, namun Kitab Undang- Undang Hukum Perdata telah menetapkan mengenai siapa-siapa yang tidak cakap 33 Ibid., Pasal 1338 ayat 3. Universitas Sumatera Utara membuat perjanjian. Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian adalah: 1. Orang-orang yang belum dewasa. 2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. 3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. 34 Ketentuan undang-undang yang dapat dijadikan pedoman untuk menentukan orang-orang yang belum dewasa, yaitu: 1. Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, yaitu tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa anak adalah sesorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum pernah kawin. 35 2. Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tuanya. 36 Dari kedua ketentuan diatas dapat dapat disimpulkan bahwa orang yang berumur 21 tahun keatas disebut dewasa, kecuali di bawah umur tersebut yang bersangkutan pernah kawin. c. Hal Tertentu 34 R. Subekti, op.cit, Pasal 1330. 35 Indonesia, Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang No. 3 Tahun 1979, LN No. 4 Tahun 1979, Pasal 1 butir 2. 36 Indonesia, Undang-Undang Tentang Perkawinan, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, LN No. 1 Tahun 1974, Pasal 6 ayat 2. Universitas Sumatera Utara Yaitu apa-apa yang diperjanjikan harus jelas baik mengenai obyek perjanjian maupun hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberi petunjuk bahwa mengenai perjanjian yang menyangkut tentang barang paling sedikit ditentukan jenisnya, sedangkan mengenai jumlahnya kemudian. 37 Ketentuan terebut menunjukkan dalam perjanjian harus jelas apa yang menjadi obyeknya, supaya perjanjian dapat dilaksanakan dengan baik, suatu perjanjian yang tidak memenuhi syarat yang ketiga ini berakibat batal demi hukum, perjanjian dianggap tidak pernah ada terjadi. 38 d. Sebab yang Halal Tujuan dari perjanjian adalah merupakan sebab dari adanya perjanjian, dan sebab yang disyaratkan undang-undang harus halal. Dalam Pasal 1335 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, didalamnya merinci adanya perjanjian tanpa sebab, perjanjian yang dibuat karena sebab yang terlarang. Sehingga semua perjanjian yang tidak memenuhi sebab yang halal akibatnya perjanjian menjadi batal demi hukum.

5. Asas- Asas Hukum Perjanjian