1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah unsur terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya, karena maju mundurnya gerak dan kepribadian suatu bangsa kini
ataupun masa yang akan datang amat ditentukan oleh pendidikan. Melalui pendidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik
yang sangat berguna bagi kehidupannya. Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh
kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, hal ini dapat kita lihat dalam
firman-Nya :
....
. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Mujadallah [58] : 11.
Allah SWT akan meninggikan orang yang beriman dan berilmu berpendidikan di atas orang yang tidak berilmu, begitu juga halnya
masyarakat atau suatu bangsa, sehingga dapat dianggap betapa penting dan berharganya sebuah pendidikan dilihat dalam konsep agama Islam.
Adapun tujuan yang ingin diraih dari proses belajar sebagai kegiatan pendidikan adalah mencetak manusia untuk senantiasa beribadah kepada
Allah SWT. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur an:
QS. Az-Zariyat [51] : 56. Adapun tujuan pendidikan menurut Sholeh adalah target yang ingin
dicapai suatu proses pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan dapat mempengaruhi
+
manusia. Tujuan pendidikan mencakup 3 aspek, yaitu
aspek kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan, kepandaian dan daya pikir, yang
aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati, seperti perkembangan rasa, kalbu dan rohani, dan
yang
,
aspek psikomotorik, yaitu pembinaan jasmani seperti kesehatan badan dan keterampilan-keterampilan.
1
Sebagaimana yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasioanal yaitu:
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa,
bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
2
Untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional tersebut, perlu adanya peninjauan dari berbagai aspek yang mendukung usaha tersebut,
terutama dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. Pembelajaran yang diwujudkan di sekolah dalam semua mata pelajaran memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda untuk setiap mata
pelajaran, seperti halnya dengan mata pelajaran matematika. Belajar matematika menuntut kegiatan latihan yang terus-menerus, sehingga siswa
1
Asrorun Niam Sholeh,
- . 0 1 . 2 34 5 1
Pendidikan Islam, Jakarta: Elsas , 2006, hal. 78
2
Sisdiknas, Undang-Undang RI No 20 Th. 2003, Tentang Sisdiknas Jakarta: Depdikas.2003, hal. 6
akan terbiasa untuk berpikir sebagai usaha pemecahan masalah yang memerlukan abstraksi serta analisis situasi yang berdasar pada nalar.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang harus dikuasai oleh siswa dari tingkat SD sampai SLTA. Hal ini dikarenakan
matematika sebagai metode berpikir logis dan kritis. Kenyataan yang ada memperlihatkan banyak siswa yang memiliki
sikap negatif terhadap matematika, seperti banyak siswa yang mengeluhkan bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik, dan bahkan
menakutkan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah khususnya pelajaran matematika.
Pendidikan matematika di Indonesia memang belum menampakkan hasil yang diharapkan. Dari hasil studi TIMSS tahun 2007 untuk siswa kelas
VIII, menempatkan siswa Indonesia pada urutan ke 36 dari 49 negara
dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. nilai tersebut masih jauh dari standard minimal rata-rata kemampuan
matematika yang ditetapkan TIMSS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini berada di bawah siswa Malaysia dan Singapura. Siswa Malaysia memperoleh
nilai rata-rata 593.
3
Skala matematika TIMSS Benchmark International
menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat atas.
4
Selain itu, rata-rata nilai Matematika yang diperoleh siswa umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran yang lain.
Mayoritas siswa tidak lulus ujian akhir juga dikarenakan buruknya nilai matematika, nilai matematika yang diperoleh siswa rata-rata jauh di bawah
standar nilai Ujian Nasional. Hasil observasi pada siswa kelas VII SMP
3
Ina V.S. Mullis, dkk. TIMSS 2007 International Mathamatics Report dari http: timss.bc.eduTIMSS 2007techreport.html. 6 September 2009, hal. 38
4
Ina Mullis, dkk. TIMSS 2007 International .., hal. 195
Yayasan Miftahul Jannah Ciputat, rata-rata hasil ulangan harian siswa sebesar 5,70. berdasarkan skor tersebut, rata-rata hasil belajar siswa relatif rendah.
Penyebab mutu akademik yang rendah sering disebabkan karena pembelajaran matematika adalah alat siap pakai. Apabila pandangan ini
diwujudkan dalam pembelajaran matematika, maka kegiatan pembelajaran akan cenderung berpusat pada guru
6 7 89: 7;
;= 7 6 7
?
karena biasanya guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa.
Pada pembelajaran konvensional, guru beranggapan bahwa siswa harus selalu diberi tahu tanpa memberi kesempatan pada siswa untuk
mencoba berpikir sendiri dan mengungkapkan pendapatnya. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran
yang kurang efektif dapat mengurangi minat belajar. Minat siswa yang kurang tersebut tampak dari kurangnya aktivitas belajar dan interaksi dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan informasi pada
siswa, tetapi membutuhkan keterlibatan siswa secara mental maupun fisik. Karena itu, suatu pengetahuan tidak akan bertahan lama jika proses belajar
pada siswa hanya sekedar menerima informasi dari guru. Seharusnya guru lebih memberikan kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuannya dan memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk
membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
Guru sebagai pengelola proses belajar dan salah satu sumber belajar memang memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa.
Sehingga guru menciptakan tantangan baru dalam belajar agar siswa antusias dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana, salah satu pembelajaran
yang berhasil diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan siswa, makin tinggi peluang berhasilnya pengajaran. Ini berarti
guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang banyak melibatkan keaktifan siswa dalam belajar, baik secara mental,
fisik, maupun sosial. Berkaitan dengan hal tersebut, peranan guru sebagai salah satu
komponen pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Untuk itu, guru harus menentukan bentuk kegiatan
pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode pembelajaran kelompok.
Seseorang akan lebih baik melakukan tugasnya bila dikerjakan secara berkelompok.
Berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bidang studi matematika, salah satu guru harus lebih dapat memahami siswa
secara psikologis. Seperti diketahui bahwa siswa lebih suka bertanya pada temannya daripada bertanya pada guru, dari titik ini guru dapat mengarahkan
siswa untuk belajar secara kelompok dengan teman-temannya. Pembelajaran kelompok sejak dahulu sudah dilaksanakan, tapi masih belum efektif.
Berdasar kan wawancara langsung dengan salah satu guru SMP Yayasan Miftahul Jannah, beliau mengatakan pembelajaran tidak efektif dikarenakan
yang Pertama, dikarenakan pembelajaran kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai. Kedua, kerjasama antar siswa tidak terjalin dengan rapih.
Ketiga, penguasaan materi yang minim. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu variasi dari model
pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang heterogen sehingga mereka saling
membantu antara satu siswa dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran
kooperatif, siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi- strategi pemecahan masalah yang efektif.
Ada beberapa macam tipe
AA BCD E
F GHC I CEDJ G
J K
yang dapat diterapkan, salah satunya adalah
L A
F E F GJ K
M D GA
NOPQ E
J K C
. Tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa
lainnya dalam kelompok. Melalui penerapan
L A
F E F GJ K
M D GA
NOPQ E
J K C
diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat, karena adanya optimalisasi partisipasi siswa dalam kegiatan kelompok. Dengan tipe
L A
F E
F G
J K M
D GA NO
P Q E
J K C
siswa dapat memahami materi yang diberikan guru secara keseluruhan, proses berpikir setiap siswa dapat diketahui dan menuntut
kemandirian serta kebersamaan siswa untuk menyelesaikan permasalahan. Allah Swt menyeru agar selalu bermusyawarah bekerjasama dalam
segala hal, seperti disitir dalam Surat As-Syura ayat 38. Allah Swt berfirman:
Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Rabbnya dan mendirikan shalat,
RSTUV W X Y X R UV
Z S Y S [U
\ T ] X_X R [UV
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami
berikan kepada mereka. QS. As-Syura: 38 Ayat tersebut menunjukkan sekaligus menjelaskan tentang pentingnya
kerjasama dalam memutuskan masalah yang mereka hadapi bersama-sama secara bermusyawarah, karena dengan mengerjakan secara bersama-sama
cooperative maka setiap masalah akan lebih mudah dan cepat diselesaikan. Dengan begitu hasil yang dicapai pun akan lebih maksimal, karena banyak
yang memberikan pendapatnya. Hal ini senada dengan konsep yang ada pada pembelajaran kooperatif, dimana siswa dituntut untuk mengerjakan tugas
secara bekerjasama melalui musyawarah.
Mengenai pentingnya bermusyawarah kerjasama, dalam ayat lain di Surat Ali Imron 159 dengan jelas Allah Swt berfirman:
...
... D
` a
bcde fg h`
i `d ` j k `j l
ca m`
a e
c d c n`
l `k `
e f
dfg ` a
opf
. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS. Ali Imron:159.
Ayat diatas memperlihatkan bahwa musyawarah dalam berbagai hal adalah sesuatu yang penting dan harus dilakukan, tak terkecuali dalam proses
belajar mengajar. Kerjasama dan musyawarah dalam setiap pemecahan masalah adalah sesuatu yang niscaya. Atas dasar itulah, untuk mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran, peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange
terhadap hasil belajar matematika.
B. Identifikasi Masalah