dan keluarga yang memiliki penghasilan tinggi 1 orang ibu 5,0 tidak memberikan imunisasi dasar lengkap dengan yang memberikan sebanyak
19 orang ibu 95,0. Hasil uji statistik diperoleh P value=0,037 dengan tingkat kepercayaan 95 maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=4.498yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita
usia 1-5 tahun yang memiliki penghasilan kurang beresiko 4 kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang
berpenghasilan cukup dan tinggi.
5. Hubungan antara jarak rumah yang memiliki Balita usia 1-5 tahun ke pelayanan imunisasiterhadap kelengkapan imunisasi dasar di
Puskesmas Situ Gintung tahun 2013
Tabel 5.12 Hubungan antara jarak terhadap kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Situ
Gintung bulan Agustus Tahun 2013
Jarak Kelengkapan imunisasi
Total P
Value OR
95 CI
Tidak lengkap
Lengkap N
N N
Jauh 11
44,0 14
56,0 25
100 0,000
18.857 Dekat
3 4,0
72 96,0
75 100
Total 14
14,0 86
86,0 100 100
Hasil analisis hubungan antara jarak rumah ke pelayanan imunisasidengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat dijelaskan bahwa dari
25 ibu yang memiliki jarak rumah jauh yang tidak memberikan Imunisasi dasar secara lengkap sebanyak 11 orang ibu 44,0 dengan yang memberikan sebanyak
14 orang ibu 56,0, sedangkan ibu yang memiliki jarak rumah dekat 3 orang ibu 4,0 tidak memberikan imunisasisecara lengkap dengan yang memberikan
sebanyak 72 orang ibu 96,0.
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jarak dengan kelengkapan
imunisasi, nilai OR=18.857 yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki jarak rumah jauh beresiko 19 kali lebih besar untuk tidak
memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang memiliki jarak rumah dekat ke pelayanan imunisasi.
6. Hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasidi Puskesmas Situ Gintung Bulan agustus tahun 2013.
Tabel 5.13 Hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasidi Puskesmas Situ Gintung
Bulan agustus tahun 2013 Sikap
Kelengkapan imunisasi Total
P Value
OR 95
CI Tidak
lengkap Lengkap
N N
n Negatif
13 25,0
39 75,0
52 100
0,003 15.667 Positif
1 2,1
47 97,9
48 100
Total 14
14,0 86
86,0 100
100
Hasil analisis hubungan antara sikap dengan kelengkapan imunisasidapat dijelaskan bahwa dari 52 ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun dengan sikap negatif tidak
mendukung pemberian
imunisasi dasar
lengkap tidak
memberikan Imunisasisebanyak
13 orang
ibu 25,0
dengan yang
memberikan Imunisasisebanyak 39 orang ibu 75,0, sedangkan ibu yang memiliki sikap positif
mendukung pemberian imunisasi dasar lengkap 1 orang ibu 2,1 tidak memberikan imunisasi dasar lengkap dengan yang memberikan sebanyak 47 orang
ibu 97,9.
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,003 dengan tingkat kepercayaan 95 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
kelengkapan imunisasi, nilai OR=15.667, yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki sikap negatif beresiko 16 kali lebih besar untuk
tidak memberikan Imunisasiterhadap balitanya dibandingkan ibu yang memiliki sikap positif.
BAB VI PEMBAHASAN
Pembahasan ini akan menguraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, jarak, dan sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung tahun 2013.
Pembahasan ini mencakup perbandingan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya. Bab ini juga akan menjelaskan tentang
keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.
A. Analisis Univariat
1. Gambaran kelengkapan imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu Hidayat, 2009. Imunisasi bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga
resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu Hidayat, 2008.
Macam – macam imunisasi itu ada dua macam, diantanya adalah
imunisasi aktif dan pasif. Menurut Yusrianto 2010, imunisasi aktif adalah
80
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk meragsang tubuh memproduksi antibodi
sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar
antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS Anti Tetanus Serum pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah
plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi terhadap campak. Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terdapat 14 orang 14 tidak memberikan imunisasi dasar lengkap dengan kata lain ibu yang memiliki balita usia 1-5
tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung sebagian kecil tidak memberikan imunisasi. Peneliti menganalisis masih adanya balita yang
tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Situ Gintung yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor kurangnya
pengetahuan ibu karena menganggap bahwa bayi yang di imunisasi akan selalu demam atau sakit sehingga mereka tidak memberikan imunisasi
kepada bayinya. Selain itu kurangnya sumber informasi mengenai imunisasi di masyarakat yang disebabkan oleh kurangnya edukasi dari
petugas kesehatan, dan di dukung oleh jarak yang sangat jauh terhadap
tempat pelayanan imunisasi sehingga kesulitan untuk mencapai tempat pelayanan.
2. Gambaran tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-5
tahun
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
diperoleh diantaranya melelui pendidikan formal, non formal dan media masa. Pengetahuan atau domain kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behavior. Pengetahuan itu sendiri dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri
maupun dari orang lain Notoatmodjo, 2003
.
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil responden memiliki pengetahuan kurang yaitu 26 responden 26.
Dengan kata lain ibu yang tinggal diwilayah Puskesmas Situ Gintung masih ada yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik mengenai
imunisasi karena peneliti menganalisis bahwa tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung di
pengaruhi oleh karakteristik tempat atau tingkat pendidikan, selain itu kurangnya media informasi di tengah masyarakat menyebabkan informasi
tidak dapat diterima oleh masyarakat.
3. Gambaran tingkat pendidikan ibu balita usia 1-5 tahun
Menurut Notoatmodjo 2003, mengartikan pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak-
anak dalam pertumbuhannya jasmani dan rohani agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat, maka tingginya tingkat pendidikan seseorang
maka makin mudah menerima informasi sehingga akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil ibu balita usia 1-5 tahun, terdapat 23 orang 23 memiliki tingkat pendidikan
rendah. dengan kata lain ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung memiliki tingkat pendidikan rendah, karena
masih ada ibu balita usia 1-5 tahun yang hanya tamat SD dan tamat SLTP. Peneliti menganalisis bahwa masih adanya tingkat pendidikan rendah pada
ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung karena di pengaruhi oleh faktor budaya masyarakat yang beranggapan bahwa
setinggi-tingginya wanita sekolah atau memiliki pendidikan tinggi, akhirnya akan tetap ke dapur juga sehingga mereka beranggapan seorang
wanita tidak perlu memiliki tingkat pendidikan tinggi.
4. Gambaran pekerjaan ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan diperbuat, dikerjakan Depdikbud, 2006. Dalam kelengkapan imunisasi tidak ada alasan untuk
ibu bekerja tidak memberikan imunisasi, karena untuk ibu yang bekerjapun dapat memberikan imunisasi dengan cara mendatangi langsung ke
Puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lain. Hasil analisis data penelitian ini terlihat bahwa sebagian kecil ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun, yang bekerja yaitu 15 orang 15. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat sehingga
sebagian ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas Situ Gintung bekerja untuk menambah penghasilan keluarga tidak hanya mengandalkan dari
penghasilan suami sehingga daya beli keluarga tinggi yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan sebagian besar ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung yang tidak bekerja, dapat mengisi waktu luang hanya untuk mengurus keluarganya
sehingga mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk memberikan imunisasi dasar lengkap kepada balitanya.
5. Gambaran pendapatan keluarga yang memiliki balita usia 1-5 tahun
Status ekonomi seseorang akan mempengaruhi kemampuan seseorang membiayai pelayanan kesehatan. Sering kali terjadi seseorang semestinya
tahu masalah kesehatan ketika ia ataupun keluarganya sakit tidak dibawa ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu membiayai. Begitu pula
dengan masalah imunisasi, bisa jadi seorang ibu ingin sekali