2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dapat dijelaskan bahwa dari 23 orang ibu yang memiliki tingkat
pendidikan rendah yang tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap sebanyak 12 orang ibu 52,2 dengan yang memberikan Imunisasi hanya
11 orang ibu 47,8. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value=0,000 dengan tingkat
kepercayaan 95 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi, nilai
OR=36,153, yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki resiko 36 kali lebih
besar untuk tidak memberikan imunisasi terhadap balitanya dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jannah 2009, Ladifre 2009, Istriyati 2011 bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan
status imunisasi dasar balita. Berdasarkan penelitian Ningrum 2008 disimpulkan bahwa pendidikan ibu yang tinggi akan membuat akses ke
pelayanan kesehatan anak semakin baik. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Albertina 2008, Prayoga 2009.
Menurut Notoatmojo 2003, Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam
pertumbuhan jasmani dan rohani agar berguna bagi diri sendiri dan
masyarakat. Pendidikan merupakan pengalaman seseorang mengikuti pendidikan formal yang dinilai berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki,
sehingga pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah tingkat SD dan SLTP dan pendidikan tinggi tingkat SMU keatas. Pendidikan
dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidik anak didik guna
mencapai perubahan tingkah laku. Peneliti menganalisis bahwa pendidikan dapat mempengaruhi ibu
dalam kelengkapan imunisasi. semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin mudah dalam menerima informasi sehingga peluang untuk ibu
memberikan imunisasi pada bayinya akan semakin tinggi.
3. Hubungan antara pekerjaan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dapat dijelaskan bahwa dari 15 ibu bekerja yang tidak
memberikan imunisasi diantaranya 8 orang ibu 53,3 dengan yang memberikan imunisasi hanya 7 orang 46,7.
Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan 95 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=15.048 yang berarti bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang bekerja beresiko 15
kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Istriyati 2011 bahwa ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar. Akan tetapi
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Prayoga 2009, Jannah 2009.
Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan diperbuat, dikerjakan Depdikbud, 2006. Ibu yang bekerja mempunyai waktu luang yang sedikit
bila dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sehingga pada ibu yang bekerja biasanya kelengkapan imunisasi akan lebih sulit dilakukan daripada
ibu yang tidak bekerja. Peneliti menganalisis bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi ibu dalam
kelengkapan imunisasi, karena pada ibu yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerja, sehingga
ibu yang tidak bekerja memiliki peluang yang lebih besar untuk kelengkapan imunisasi pada bayinya.
Untuk itu peneliti dapat memberikan saran kepada para ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ gintung.
Upaya bagi ibu yang bekerja tapi tetap memberikan Imunisasi kepada balitanya yaitu dengan cara mendatangi langsung ke tempat pelayanan
kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit saat ibu sedang memiliki waktu luang.