kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Istriyati 2011 bahwa ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan imunisasi dasar. Akan tetapi
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Prayoga 2009, Jannah 2009.
Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan diperbuat, dikerjakan Depdikbud, 2006. Ibu yang bekerja mempunyai waktu luang yang sedikit
bila dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sehingga pada ibu yang bekerja biasanya kelengkapan imunisasi akan lebih sulit dilakukan daripada
ibu yang tidak bekerja. Peneliti menganalisis bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi ibu dalam
kelengkapan imunisasi, karena pada ibu yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerja, sehingga
ibu yang tidak bekerja memiliki peluang yang lebih besar untuk kelengkapan imunisasi pada bayinya.
Untuk itu peneliti dapat memberikan saran kepada para ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ gintung.
Upaya bagi ibu yang bekerja tapi tetap memberikan Imunisasi kepada balitanya yaitu dengan cara mendatangi langsung ke tempat pelayanan
kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit saat ibu sedang memiliki waktu luang.
4. Hubungan antara pendapatan terhadap kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara penghasilan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat dijelaskan bahwa dari 17
ibu yang memiliki penghasilan kurang yang tidak memberikan Imunisasi dasar secara lengkap sebanyak 5 orang ibu 29,4 dengan yang
memberikan sebanyak 12 orang ibu 70,6. Hasil uji statistik diperoleh P value=0,037 dengan tingkat kepercayaan
95 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=4.498 yang berarti
bahwa ibu yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki penghasilan kurang beresiko 4 kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar
lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang berpenghasilan cukup dan tinggi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Istriyati 2011, Astrianzah 2011 bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan
imunisasi dasar lengkap balita. Peneliti menganalisis bahwa status ekonomi seseorang akan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam membiayai pelayanan kesehatan. Sering kali seseorang kalau sakit ataupun keluarganya yang
sakit tidak dibawa ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu membiayai. Begitu pula dengan masalah imunisasi, bisa jadi seorang ibu
ingin sekali mengimunisasikan anak-anaknya akan tetapi tidak jadi karena tidak punya biaya Mahfoedz, 2006.
5. Hubungan antara jarak rumah ke tempat imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi
Hasil analisis hubungan antara jarak rumah ke pelayanan imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita usia 1-5 tahun dapat
dijelaskan bahwa dari 25 ibu yang memiliki jarak rumah jauh yang tidak memberikan Imunisasi dasar secara lengkap sebanyak 11 orang ibu
44,0 dengan yang memberikan sebanyak 14 orang ibu 56,0. Hasil uji statistik diperoleh P value=0,000 dengan tingkat kepercayaan
95 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jarak dengan kelengkapan imunisasi, nilai OR=18.857 yang berarti bahwa ibu
yang memiliki Balita usia 1-5 tahun yang memiliki jarak rumah jauh beresiko 19 kali lebih besar untuk tidak memberikan Imunisasi dasar
lengkap terhadap balitanya dibandingkan ibu yang memiliki jarak rumah dekat ke pelayanan imunisasi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ningrum 2008, Jannah 2009, Prayoga 2009 bahwa tidak ada hubungan antara jarak rumah ke
pelyanan imunisasi dengan imunisasi dasar lengkap balita. Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2013, jarak adalah ruang sela panjang atau jauh
antara dua benda atau tempat. Jarak dekat adalah ruang sela yang pendek