makna pribadi bagi diri sendiri. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar dan
kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kaset.
28
Disamping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan untuk
mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar; mengatur dan mempersiapkan diskusi atau
debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi; menjadikan model yang akan ditiru oleh
siswa; menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau
sesuatu masalah.
29
Ciri-ciri tipe auditori adalah sebagai berikut berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; mudah terganggu oleh keributan;
menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca; senang membaca dengan keras dan mendengarkan;
dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara; merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita;
berbicara dalam irama yang berpola; biasanya pembicara yang fasih; lebih suka musik daripada seni; belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu
panjang lebar; mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga
sesuai dengan satu sama lain; lebih pandai mengeja dengan suara keras daripada menuliskannya; lebih suka gurauan lisan daripada
membaca komik.
30
28
Ibid, h. 97
29
Prof. Dr. Azhar, Arsyad M.A, Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, h. 149
30
Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, Op. Cit. h. 118
3. Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasananya adalah
bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
31
Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni
pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal visual terdiri atas kata- kata bahasa verbal dalam bentuk lisan, dan pesan nonverbal
visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal visual. Simbol pesan visual untuk pembelajaran
hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan dan penekanan.
32
Pada sekolah dasar dan menengah banyak pelajar yang berorientasi visual merespons dengan baik pada film, televisi, slide,
poster, diagram, bagan, komputer, dan materi-materi berkode warna. Selain berobservasi, belajar dapat juga dipertinggi dengan
peralatan visual seperti komputer, teleskop, kamera video, stensil, tanda-tanda, media artistik, barang-barang bangunan dan gambar
rencana. Pelajar visual sebaiknya selalu dimotivasi untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka.
Ciri-ciri tipe visual ialah sebagai berikut rapi dan teratur; berbicara dengan cepat; perencanaan dan pengatur jangka panjang
yang baik; teliti dan mendetail; mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan dapat
melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pemikiran mereka; mengingat apa yang dilihat daripada didengar; mengingat dengan
asosiasi visual; biasanya tidak terganggu oleh keributan;
31
Dave Meier, Op. Cit, h. 97
32
Yudhi, Munadi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, h. 81-82
mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya;
pembaca cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada dibacakan; membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan
bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah kelompok; lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang
lain; seing menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak; lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato;
seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata; kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika
mereka ingin memperhatikan.
33
4. Belajar Intelektual
Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan
kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.
34
Intelektual adalah “bagian diri yang merenung, menciptakan,
memecahkan masalah, dan membangun makna ”. Intelektual juga
adalah penciptak makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan
jaringan saraf baru dan belajar bagi dirinya.
35
Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk
membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.
33
Ibid, h. 83
34
Dave Meier, Op. Cit, h. 99
35
Ibid, h. 99
3. Karakteristik Siswa Kelas III SD MI
Teori Piaget cenderung banyak digunakan dalam proses pembelajaran, walaupun teori ini bukan teori mengajar. Teori
piaget adalah teori kognitif, peserta didik harus dibimbing agaraktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Dalam menyajikan materi
harus menarik minat peserta didik sehingga mereka senang terlibat dalam proses pembelajaran. Piaget dalam Trianto mengemukakan
ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu :
36
a. 0 – 2 tahun adalah tahap sensori motor, ciri pokok
perkembangannya berdasarkan tindakan dan langkah demi langkah.
b. 2 – 7 tahun adalah tahap pra operasional, ciri perkembangannya
menggunakan simbol atau bahasa tanda dan konsep intuitif. c.
8 -11 tahun atau lebih adalah tahap operasi konkrit, ciri perkembangannya memakai aturan jelas atau logis dan reversible
dan kekebalan. d.
11 tahun atau lebih adalah tahap operasi formal, ciri perkembangannya abstrak, murni, simbolis, deduktif, induktif dan
logis. Psikologi pembaca pada dasarnya berkenaan dengan dua
masalah dasar yaitu motif membaca dan kesesuaian usia. Penggambaran secara lengkap tentang motivasi membaca diberikan
oleh Hans E. Ciehrl yang dikutip oleh K. Franz Bernhard Meler 1986: 8 adalah sebagai berikut “Rangsangan dasar pertama untuk
membaca adalah keingingan untuk menangkap dan menghayati apa yang dijumpai di dunia alamnya, didasari oleh hasrat berorientasi
pada dunia sekelilingnya dan untuk menjelaskan adanya dunia di sekelilingnya itu. Rangsangan dasar kedua untuk membaca berasal
dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan
36
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 23
keterkaitan manusia. Dan rangsangan yang ketiga adalah pengalaman ketidakpuasan dalam keadaan diri sendiri.
37
Kesesuaian usia dikemukakan oleh Meler yang mengutip dari Ch. Euhler menunjukkan lima fase, yaitu :
38
a. Usia fantasi anak, umur 2-4 tahun.
b. Usia dongeng, umur 4-8 tahun.
c. Usia petualangan, umur 8-11 12 tahun.
d. Usia kepahlawanan, umur 12-15 tahun.
e. Usia rilis dan romantic, umur 15-20 tahun.
Siswa kelas III SD MI berada dalam tahap operasional konkret, dengan demikian dalam memberikan materi pelajaran,
guru diharapkan lebih menitikberatkan pada alat peraga atau media yang lebih bersifat konkret dan logis. Keterlibatan dan penerimaan
dalam kehidupan kelompok bagi anak usia sekolah dasar merupakan minat dan perhatiannya pada kompetensi-kompetensi
sosial yang positif dan produktif yang akan berkembang pada usia ini. Hasil pergaulan dengannya dengan kelompok teman sebaya,
anak cenderung meniru kelompok teman sebaya baik dalam hal penampilan maupun bahasa. Selama perkembangannya, pada anak
tumbuh berbagai sarana yang dapat menggambarkan dan mengolah pengalaman dalam dunia di sekeliling mereka.
Dengan memperhatikan karakteristik kognitif siswa kelas III SD MI dengan segala aspek dimensi perkembangannya, maka
diharapkan sistem pengajaran yang dikembangkan mampu melayani kebutuhan belajar yang bermakna bagi siswa. Melalui
penyampaian materi pelajaran yang tepat, maka peserta didik dapat
37
Undang, Sudarsana, Bastiano, Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008, h. 5.11
38
Ibid, h. 5.11
mengikuti pelajaran dengan baik, sehingga siswa antusias untuk belajar.
Selain itu perkembangan bahasa juga mempengaruhi dalam setiap diri siswa. Anak secara alami, yang dikenal dengan language
acquisition devices LAD. LAD menurut Chomsky dapat digunakan untuk menerangkan apa yang terjadi di dalam bahasa
secara cepat.
39
Sebagai implikasi dari teori di atas dalam pemilihan bacaan sastra untuk anak sekolah dasar, maka terutama adalah
pemilihan bahan bacaan harus didasarkan pada materi yang dapat dipahami anak. Misalnya ditulis dengan bahasa yang sederhana,
dengan mempertimbangkan kosakata, struktur, dan sekaligus berfungsi untuk meningkatkan kekayaan kosakata dan kemampuan
berbahasa anak.
40
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian saudari Indah Puji Lestari dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk
Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012 2013.”
Diperoleh hasil penelitian ini berupa data nilai pretest, yaitu 54,23, siklus I dengan nilai 63,65, dan siklus II dengan nilai 80,96.
Respon siswa terhadap pembelajaran ini sangat positif, terlihat dari peningkatan yang terjadi pada pretest, siklus I, dan siklus II. Hasil
tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan
teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012 2013.
41
39
Dr. Zulela, M.S, Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 h. 56
40
Ibid, h. 57
41
Indah Puji Lestari, “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun
Pelajaran 2012 2013”, Skripsi Jakarta: PBSI UIN JKT
Selanjutnya dari penelitian saudari Mardiyanah dengan judul skripsi “Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas
III di MI Sirojul Falah Gunung Putri Bogor Tahun Pelajaran 2012- 2013 dengan menggunakan Metode Drill.” Dengan melakukan dua
siklus diperoleh hasil rata-rata kemampuan membaca intensif siswa pada kondisi awal 54,88 pada siklus I nilai rata-rata kemampuan
membaca intensif siswa yaitu 67,56, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 78,1. Jadi, peningkatannya adalah 10,54.
Berdasarkan tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melalui
metode drill,
guru dapat
meningkatkan proses
pembelajaran dan kemampuan membaca intensif siswa kelas III di MI sirojul falah gunung putri bogor semester genap tahun pelajaran
2012 2013.
42
Kemudian dalam penelitian saudara Mega Saputra yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Somatis, Auditori,
Visual dan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Ekonomi .” Hasil dari analisis hipotesis data
menggunakan statistic Uji-t diperoleh hasil t hitung = 3,125 t tabel = 1, 66. Maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar ekonomi siswa pada konsep kegiatan ekonomi produsen dan
konsumen. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diajarkan dengan model SAVI lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar yang diajarkan dengan metode ceramah.
43
Berikutnya dalam penelitian saudara Ujang yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya
42
Mardiyanah, “Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas III di MI Sirojul Gunung Putri Bogor Tahun Pelajaran 20122013 dengan Menggunakan Metode Drill”, Skripsi
Jakarta: PGMI DUAL MODE SISTEM UIN JKT
43
Mega Saputra, “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi.
”, Skripsi Jakarta: P.IPS UIN JKT