Etiologi Penyakit Tuberkulosis Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar, kulit, dan sebagainya Kemenkes RI, 2011. Namun secara umum, sumber penularan penyakit TB lebih banyak terjadi pada pasien TB Paru dengan BTA Basil Tahan Asam positif Depkes RI, 2007.

2.1.1 Etiologi Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Hasil penemuan ini diumumkan di Berlin pada tanggal 24 Maret 1882 dan tanggal 24 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai hari Tuberkulosis. Karakteristik bakteri ini, yaitu mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid terutama asam mikolat. Bakteri ini juga dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut basil tahan asam BTA, tahan terhadap zat kimia dan fisik, serta tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dapat tertidur lama dan aerob Widoyono, 2008. Bakteri tuberkulosis dapat mati pada pemanasan 100ºC selama 5 –10 menit atau pada pemanasan 60ºC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95 selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 9 1-2 jam di udara, di tempat yang lembab dan gelap, serta bisa berbulan-bulan berada pada kondisi tersebut. Namun bakteri ini tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90 udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam Widoyono, 2008.

2.1.2 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Menurut Laban 2008, untuk menentukan klasifikasi penyakit TB, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1 Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru. 2 Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam BTA : positif atau negatif. 3 Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat. Berdasarkan Kemenkes RI 2011, penentuan klasifikasi p enyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal, yaitu: 1 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena a. Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim paru. tidak termasuk pleura selaput paru dan kelenjar pada hilus. b. Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung pericardium, kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. 10 2 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis a. Tuberkulosis paru BTA positif, apabila: a Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. c Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. d Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. b. Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi: a Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. b Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis. c Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. d Ditentukan dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan. 3 Klasifikasi bersadarkan tingkat keparahan penyakit a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas 11 misalnya proses “far advanced”, dan atau keadaan umum pasien buruk. b. TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: a TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang kecuali tulang belakang, sendi, dan kelenjar adrenal. b TB ekstra paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin. 4 Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan TB sebelumnya a. Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 4 minggu. b. Kasus kambuh Relaps, yaitu pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif apusan atau kultur. c. Kasus setelah putus berobat Default, yaitu pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. d. Kasus setelah gagal Failure, yaitu pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. e. Kasus Pindahan Transfer In, yaitu pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. 12 f. Kasus lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

2.1.3 Gejala Penyakit Tuberkulosis