Organisasi Pelaksana Program Pokok Kegiatan Program

24 2 Menghadapi tantangan TBHIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya 3 Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat sukarela, perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix dan menjamin kepatuhan terhadap International Standards for TB Care 4 Memberdayakan masyarakat dan pasien TB 5 Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB 6 Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB 7 Mendorong penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan informasi strategis.

2.2.6 Organisasi Pelaksana Program

Organisasi adalah sarana untuk melakukan kerja sama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki Satrianegara, 2009. Menurut Kemenkes RI 2011, organisasi pelaksana program pengendalian penyakit tuberkulosis terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1. Aspek manajemen program a. Tingkat Pusat Upaya pengendalian TB dilakukan melalui Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian Tuberkulosis Gerdunas- TB yang merupakan forum kemitraan lintas sektor dibawah koordinasi Menko Kesra. Menteri Kesehatan R.I. sebagai penanggung jawab teknis upaya pengendalian TB. Dalam pelaksanaannya program TB secara Nasional dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian 25 Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, cq. Sub Direktorat Tuberkulosis. b. Tingkat Propinsi Di tingkat propinsi dibentuk Gerdunas-TB Propinsi yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat propinsi dilaksanakan Dinas Kesehatan Propinsi. c. Tingkat KabupatenKota Di tingkat kabupatenkota dibentuk Gerdunas-TB kabupatenkota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan kabupatenkota. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat Kabupatenkota dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota. 2. Aspek Tatalaksana pasien TB Aspek tatalaksana pasien TB dilaksanakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, BP4Klinik dan Dokter Praktek Swasta.

2.2.7 Pokok Kegiatan Program

Pokok – pokok kegiatan program TB dengan strategi DOTS menurut Kemenkes RI 2011 dan Depkes RI 2009 adalah sebagai berikut. 1. Tatalaksana Pasien TB, yaitu terdiri dari: a. Penemuan Tersangka TB Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. 26 Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat. b. Diagnosis Penegakan diagnosis TB terbagi menjadi dua yaitu, diagnosis TB Paru dan diagnosis TB Ekstra Paru. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain. c. Pengobatan Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. 2. Manajemen Program, yang terdiri dari: A. Perencanaan Menurut Kemenkes RI 2011, perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sistematis untuk menyusun rencana berdasarkan kajian rinci tentang keadaan masa kini dan perkiraan keadaan yang akan muncul di masa mendatang berdasarkan fakta dan bukti. Pada dasarnya rencana adalah alat manajemen yang berfungsi membantu organisasi atau program agar dapat 27 berkinerja lebih baik dan mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Tujuan dari perencanaan adalah tersusunnya rencana program, tetapi proses ini tidak berhenti di sini saja karena setiap pelaksanaan program tersebut harus dipantau agar dapat dilakukan koreksi dan dilakukan perencanaan ulang untuk perbaikan program. Perencanaan merupakan suatu siklus yang meliputi: A Pengumpulan data, yang meliputi: a Data Umum, yaitu data geografi dan demografi penduduk, pendidikan, sosial budaya, ekonomi serta data lainnya jumlah fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat. Data ini diperlukan untuk menetapkan target, sasaran dan strategi operasional lainnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakat. b Data Program, yang meliputi data tentang beban TB, pencapaian program penemuan pasien, keberhasilan diagnosis, keberhasilan pengobatan, resistensi obat serta data tentang kinerja institusi lainnya. Data ini diperlukan untuk dapat menilai apa yang sedang terjadi, sampai di mana kemajuan program, masalah apa yang dihadapi dan rencana apa yang akan dilakukan. c Data Sumber Daya, yang meliputi data tentang tenaga man, dana money, logistik material, dan metodologi yang digunakan method. Data ini diperlukan untuk mengidentifikasikan sumber- sumber yang dapat dimobilisasi sehingga dapat menyusun program secara rasional, sesuai dengan kemampuan tiap-tiap daerah. Di samping untuk 28 perencanaan, data tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti advokasi, diseminasi informasi serta umpan balik. B Analisa situasi Analisis situasi dapat meliputi analisis terhadap lingkungan internal program kekuatan dan kelemahan dan analisis lingkungan eksternal program peluang dan ancaman. Dari analisis ini kita dapat menyusun isu-isu strategis, termasuk di dalamnya identifikasi masalah. Identifikasi masalah dimulai dengan melihat adanya kesenjangan antara pencapaian dengan targettujuan yang ditetapkan. Dari kesenjangan yang ditemukan, dicari masalah dan penyebabnya. Untuk memudahkan, masalah tersebut dikelompokkan dalam input dan proses, agar tidak ada yang tertinggal dan mempermudah penetapan prioritas masalah dengan berbagai metode yang ada seperti metode “tulang ikan” fish bone analysis, pohon masalah dan log frame. Komponen yang dianalisis terdiri dari 5M man, money, material, method, dan market. C Menetapkan masalah prioritas dan pemecahannya Pemilihan masalah harus dilakukan secara prioritas dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, karena dengan menentukan masalah yang akan menjadi prioritas maka seluruh sumber daya akan dialokasikan untuk pemecahan masalah tersebut. Hal- hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam memilih prioritas, antara lain : 29 a Daya ungkitnya tinggi, artinya bila masalah itu dapat diatasi maka masalah lain akan teratasi juga. b Kemungkinan untuk dilaksanakan feasibility, artinya upaya ini mungkin untuk dilakukan. Dengan memperhatikan masalah prioritas dan tujuan yang ingin dicapai, dapat diidentifikasi beberapa alternatif pemecahan masalah. Dalam menetapkan pemecahan masalah, perlu ditetapkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang akan menjadi pertimbangan pimpinan untuk ditetapkan sebagai pemecahan masalah yang paling baik. Pemilihan pemecahan masalah harus mempertimbangkan pemecahan masalah tersebut memiliki daya ungkit terbesar, sesuai dengan sumber daya yang ada dan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. D Menetapkan tujuan, sasaran, indikator Tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasar kurun waktu dan kemampuan tertentu. Tujuan dapat dibedakan antara tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum biasanya cukup satu dan tidak terlalu spesifik. Tujuan umum dapat dipecah menjadi beberapa tujuan khusus yang lebih spesifik dan terukur. Beberapa syarat yang diperlukan dalam menetapkan tujuan antara lain SMART: a Terkait dengan masalah Spesific b Terukur Measurable c Dapat dicapai Achievable d Relevan, rasional Realistic e Memiliki target waktu Timebound. 30 E Menyusun rencana kegiatan penganggaran Tujuan jangka menengah dan jangka panjang tidak dapat dicapai sekaligus sebab banyak masalah yang harus dipecahkan sedang sumber daya terbatas. Oleh sebab itu, perlu ditetapkan prioritas pengembangan program dengan memperhatikan mutu strategi DOTS. Untuk itu, implementasi pengembangan program dilakukan secara bertahap, dengan prinsip efektifitas dan efisiensi, yaitu : a Mempertahankan Mutu, mencakup segala aspek mulai dari penemuan, diagnosis pasien, pengobatan dan penanganan pasien case holding, sampai pada pencatatan pelaporan. Masing-masing aspek tersebut, perlu dinilai semua unsurnya, apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. b Pengembangan Wilayah, didasarkan pada: 1 Besarnya masalah : Perkiraan jumlah pasien TB BTA Positif 2 Daya ungkit : Jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan tingkat sosial-ekonomi masyarakat. 3 Kesiapan : Tenaga, sarana dan kemitraan. F Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi Dalam perencanaan perlu disusun rencana pemantauan dan evaluasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pemantauan dan evaluasi meliputi: a Jenis-jenis kegiatan dan indikator, b Cara pemantauan, 31 c Pelaksana siapa yang memantau, d Waktu dan frekuensi pemantauan bulanan triwulan tahunan. e Rencana tindak lanjut hasil pemantauan dan evaluasi. B. Surveilans Salah satu komponen penting dari survailans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan survailans harus valid akurat, lengkap dan tepat waktu sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis. Data program TB dapat diperoleh dari pencatatan di semua sarana pelayanan kesehatan dengan satu sistem baku. Formulir-formulir yang dipergunakan dalam pencatatan TB di: 1 Sarana Pelayanan Kesehatan Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, klinik dan dokter praktek swasta dll dalam melaksanakan pencatatan menggunakan formulir: a Daftar tersangka pasien suspek yang diperiksa dahak SPS TB.06. b Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak TB.05. c Kartu pengobatan pasien TB TB.01. d Kartu identitas pasien TB TB.02. e Register TB sarana pelayanan kesehatan TB.03 sarana pelayanan kesehatan 32 f Formulir rujukanpindah pasien TB.09 g Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan TB.10. h Register Laboratorium TB TB.04. Khusus untuk dokter praktek swasta, penggunaan formulir pencatatan TB dapat disesuaikan selama informasi survailans yang dibutuhkan tersedia. 2 Di KabupatenKota Dinas Kesehatan KabupatenKota menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut: a Register TB Kabupaten TB.03 b Laporan Triwulan Penemuan dan Pengobatan Pasien TB TB.07 c Laporan Triwulan Hasil Pengobatan TB.08 d Laporan Triwulan Hasil Konversi Dahak Akhir Tahap Intensif TB.11 e Formulir Pemeriksaan Sediaan untuk Uji Silang dan Analisis Hasil Uji silang Kabupaten TB.12 f Laporan OAT TB.13 g Data Situasi Ketenagaan Program TB h Data Situasi Public-Private Mix PPM dalam Pelayanan TB 3 Di Provinsi Provinsi menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut: a Rekapitulasi Penemuan dan Pengobatan Pasien TB per kabupatenkota. 33 b Rekapitulasi Hasil Pengobatan per kabupatenkota. c Rekapitulasi Hasil Konversi Dahak per kabupatenkota. d Rekapitulasi Analisis Hasil Uji silang provinsi per kabupatenkota. e Rekapitulasi Laporan OAT per kabupaten kota. f Rekapitulasi Data Situasi Ketenagaan Program TB. g Rekapitulasi Data Situasi Public-Private Mix PPM dalam Pelayanan TB C. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengembangan SDM Sumber Daya Manusia dalam program TB bertujuan untuk menyediakan tenaga pelaksana program yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan program TB, dengan jumlah yang memadai pada tempat yang sesuai dan pada waktu yang tepat sehingga mampu menunjang tercapainya tujuan program TB nasional. Pengembangan SDM ini, meliputi: 1 Standar Ketenagaan Ketenagaan dalam program penanggulangan TB memiliki standar-standar yang menyangkut kebutuhan minimal jumlah dan jenis tenaga untuk terselenggaranya kegiatan program TB, yaitu: a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan, terdiri dari: 1 Puskesmas a Puskesmas Rujukan Mikroskopis dan Puskesmas Pelaksana Mandiri : 34 minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter, 1 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium. b Puskesmas satelit : minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1 perawatpetugas TB. c Puskesmas Pembantu : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1 perawatpetugas TB. 2 Rumah Sakit Umum Pemerintah a RS kelas A : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium. b RS kelas B : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium. c RS kelas C : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 4 dokter, 2 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium. d RS kelas D, RSTP dan BBKPM : kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 2 dokter, 2 perawatpetugas TB, dan 1 tenaga laboratorium. 3 RS swasta : menyesuaikan. 4 Dokter Praktek Swasta, minimal telah dilatih 35 b. Tingkat KabupatenKota 1 Supervisor terlatih pada Dinas Kesehatan, jumlah tergantung beban kerja yang secara umum ditentukan jumlah puskesmas, RS dan Fasyankes lain diwilayah kerjanya serta tingkat kesulitan wilayahnya. Secara umum seorang supervisor membawahi 10 - 20 Fasyankes. Bagi wilayah yang memiliki lebih dari 20 Fasyankes dapat memiliki lebih dari seorang supervisor. 2 Gerdunas-TBTim DOTSTim TB, dan lain- lainnya, jumlah tergantung kebutuhan. c. Tingkat Provinsi 1 SupervisorSupervisor terlatih pada Dinas Kesehatan, jumlah tergantung beban kerja yang secara umum ditentukan jumlah KabKota diwilayah kerjanya serta tingkat kesulitan wilayahnya. Secara umum seorang supervisor membawahi 10-20 kabupatenkota. Bagi wilayah yang memiliki lebih dari 20 kabupatenkota dapat memiliki lebih dari seorang supervisor. 2 Koordinator DOTS RS yang bertugas mengkoordinir dan membantu tugas supervisi program pada RS dapat ditunjuk sesuai dengan kebutuhan. 3 Gerdunas-TBTim DOTSTim TB, dan lain- lainnya, jumlah tergantung kebutuhan. 4 Tim Pelatihan: 1 koordinator pelatihan, 5 fasilitator pelatihan. 36 2 Pelatihan Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas. Konsep pelatihan dalam program TB, terdiri dari: a Pendidikanpelatihan sebelum bertugas pre service training, yaitu dengan memasukkan materi program penanggulangan tuberkulosis strategi DOTS`dalam pembelajarankurikulum Institusi pendidikan tenaga kesehatan. Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi dan lain-lain. b Pelatihan dalam tugas in service training, yang terdiri dari pelatihan dasar program TB initial training in basic DOTS implementation, pelatihan penuh, pelatihan ulangan retraining, pelatihan penyegaran, dan On the job training pelatihan di tempat tugasrefresher serta pelatihan lanjutan continued trainingadvanced training. 3 Supervisi Supervisi adalah kegiatan yang sistematis untuk meningkatkan kinerja petugas dengan mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara langsung. Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah observasi, diskusi, bantuan teknis, bersama-sama mendiskusikan permasalahan yang ditemukan, mencari pemecahan permasalahan bersama-sama, memberikan laporan berupa hasil temuan serta memberikan rekomendasi dan saran perbaikan. 37 D. Manajemen Laboratorium Manajemen laboratorium TB meliputi beberapa aspek yaitu; organisasi pelayanan laboratorium TB, sumber daya laboratorium, kegiatan laboratorium, pemantapan mutu laboratorium TB, keamanan dan kebersihan laboratorium, dan monitoring pemantauan dan evaluasi. Komponen pemantapan mutu terdiri dari 3 hal utama yaitu: 1. Pemantapan Mutu Internal PMI, yaitu 2. Pemantapan Mutu Eksternal PME 3. Peningkatan Mutu Quality Improvement, terintegrasi dalam PMI dan PME E. Manajemen Logistik Pengelolaan logistik meliputi fungsi perencanaan, pengadaan, penyimpanan distribusi dan penggunaan. Siklus ini akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh suatu dukungan manajemen yang meliputi organisasi,pendanaan, sistem informasi, sumber daya manusia, dan jaga mutu. Jenis logistik program terdiri dari: 1 Logistik Obat Anti Tuberkulosis OAT 2 Logistik Non Obat Anti Tuberkulosis OAT F. Monitoring dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program Notoatmodjo, 2007. Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan 38 perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak- waktu interval lebih lama, biasanya setiap 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai. Dalam mengukur keberhasilan tersebut diperlukan indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan dan pengembangan programKemenkes RI, 2011. Masing-masing tingkat pelaksana program fasyankes, KabupatenKota, Propinsi, dan Pusat bertanggung jawab melaksanakan pemantauan kegiatan pada wilayahnya masing-masing. Seluruh kegiatan harus dimonitor baik dari aspek masukan input, proses, maupun keluaran output. Cara pemantauan dilakukan dengan melaksanakan menelaah laporan, pengamatan langsung dan wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat sasaran Kemenkes RI, 2011. G. Kegiatan Penunjang, terdiri dari: 1. Promosi Promosi yang dilakukan oleh program pengendalian penyakit TB terdiri dari: a Advokasi, diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung upaya pengendalian TB. Kebijakan yang dimaksud disini dapat mencakup peraturan perundangundangan di tingkat nasional maupun kebijakan daerah seperti Peraturan Daerah PERDA, Surat Keputusan Gubernur, BupatiWalikota, Peraturan Desa,dan lain sebagainya. 39 b Komunikasi, strategi komunikasi yang dilakukan salah satunya adalah meningkatkan keterampilan konseling dan komunikasi petugas maupun kader TB melalui pelatihan. c Mobilisasi Sosial, merupakan strategi membangkitkan keinginan masyarakat, secara aktif meneguhkan konsensus dan komitmen sosial di antara pengambil kebijakan untuk menanggulangi TB. 2. Kemitraan Kemitraan program penanggulangan TB merupakan upaya untuk melibatkan berbagai sektor, baik dari pemerintah, legislatif, swasta, perguruan tinggikelompok akademisi, kelompok organisasi masyarakat organisasi pengusaha dan organisasi pekerja, kelompok media massa, organisasi profesi, LSM, organisasi keagamaan, organisasi internasional dalam upaya percepatan penanggulangan TB secara efektif, efisien dan berkesinambungan. Kemitraan TB dilaksanakan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan. 3. Penelitian Penelitian di bidang TB diperlukan untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan- kegiatan untuk mencapai tujuan penanggulangan TB. Penelitian di bidang TB dapat meliputi penelitian operasional dan penelitian ilmiah scientific. Penelitian operasional TB didefinisikan sebagai penilaian atau telaah terhadap unsur-unsur yang 40 terlibat dalam pelaksanaan program atau kegiatan- kegiatan yang berada dalam kendali manajemen program TB. Hal-hal yang dapat ditelaah dalam penelitian operasional TB antara lain meliputi sumber daya, akses pelayanan kesehatan, pengendalian mutu pelayanan, keluaran dan dampak yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja program penanggulangan nasional TB. Sedangkan penelitian operasional dapat dibagi atas dua jenis yaitu penelitian observasional dimana tidak ada manipulasi variabel bebas dan penelitian eksperimental yang diikuti dengan tindakanintervensi terhadap variabel bebas. Penelitian observasional bertujuan menentukan status atau tingkat masalah, tindakan atau intervensi pemecahan masalah serta membuat hipotesis peningkatan kinerja program. Penelitian eksperimental melakukan intervensi terhadap input dan proses guna meningkatkan kinerja program. Banyak penelitian telah dilaksanakan berbagai pihak, namun kegunaanya jauh dari kepentingan program dan sulit diterapkan. Hal ini terjadi karena aspek yang diteliti tidak searah dengan permasalahan yang dihadapi oleh program.

2.2.8 Indikator Program