Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi Di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013
ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI
DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2013
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
SKRIPSI
OLEH :
MOCHAMAD IQBAL NURMANSYAH NIM : 109101000052
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H
2013 M
(2)
ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI
DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG
SELATAN TAHUN 2013
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
SKRIPSI
OLEH :
MOCHAMAD IQBAL NURMANSYAH NIM : 109101000052
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H
2013 M
(3)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Maret 2013
Mochamad Iqbal Nurmansyah, NIM : 109101000052
Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi Di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013
110 + xvii halaman, 5 bagan, 2 gambar,15 tabel, 8 lampiran ABSTRAK
Informasi merupakan aspek penting yang harus tersedia untuk dapat membuat keputusan dengan baik. Untuk menyediakan informasi dengan baik dibutuhkan sistem informasi. Sistem informasi gizi merupakan sistem informasi yang menyediakan informasi mengenai pembinaan gizi. Pelaksanaan pengelolaan sistem informasi gizi masih mengalami permasalahan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen untuk mengetahui pelaksanaan, masalah dan solusi dalam setiap komponen yaitu input, proses dan output sistem informasi gizi melalui alat penilaian, health metric network, yang dikeluarkan oleh WHO. Penelitian dilakukan selama Januari sampai Maret 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa belum ada kebijakan serta pelatihan mengenai surveilans gizi di Kota Tangerang Selatan. Kegiatan pemantauandilakukan berdasarkan pedoman pembinaan wilayah yang dikeluarkan oleh Dinkes Tangsel. Sarana sudah mencukupi namun belum ada upaya perawatannya. Terdapat enam
indikator dalam pembinaan gizi yang sudah mengacu pada MDG’s. Terdapat
pengelompokan data dan juga kamus untuk menginterpretasikan data yang tersedia. Pelaporan dilakukan setiap bulan mulai dari posyandu, bidan desa, puskesmas hingga Dinas Kesehatan. Grafik dan peta sudah digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk menyajikan data. Data yang tersedia juga sudah digunakan untuk monitoring dan pengambilan keputusan dalam kegiatan pembinaan gizi baik di tingkat posyandu, puskesmas maupun dinas kesehatan. Secara umum, berdasarkan alat penilaian yang dikeluarkan oleh WHO, skor pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan bernilai dua yang artinya sudah mencukupi atau memadai.
(4)
iii
FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
INTENTION HEALTH CARE MANAGEMENT Thesis, March 2013
Mochamad Iqbal Nurmansyah, NIM : 109101000052
Analysis Implementation Nutrition Information System In Tangerang Selatan Years 2013
110 + xvii page, 5 chart, 2 image,15 table, 8 attachment ABSTRACT
Information is important aspect which has to available for good decisions. To provide good information needs information system. Nutrition Information System is information system that providing information about nutrition development. Management of nutrition information system has problem at South Tangerang health department. The purpose of the research is analysis implementation nutrition information system in Tangerang Selatan. Research use qualitative method with deep interview, observation and study document to knows about implementation, problem and solution in each component input, process and output nutrition information system through Health Metric Network. Interview is being during January until March 2013. Result shows that regulation which managing surveilance is not adequate. Training for nutrition information system management has not been done. Monitoring activity has been done based on guideline guidance area. Facility is enough but no treatment. There are a six indicators that refer to MDG’s. There are a data grouping and dictionary to interpretation data which available. Reporting is done every month from posyandu, midwife, puskesmas until health department. Graphics and map has been used with Health Department for present data. Data use for monitoring and making decision in nutrition activity development in posyandu level, puskesmas nor Health Department. Generally, based on HMN tools, nutrition information system has a score 1,8 that means not adequate.
(5)
ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI GIZI DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh
Mochamad Iqbal Nurmansyah NIM: 109101000052
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H/2013 M
(6)
v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan telah diajukan dalam siding ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 April 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM.) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta, 24 April 2013
(7)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2013
(8)
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mochamad Iqbal Nurmansyah TTL : Cirebon, 15 November 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 21 tahun
No. Hp : +6285719794645
Alamat : Jl. Gn. Galunggung III, D. 25, No. 80, Perumnas – Cirebon 15412 E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. TK Tunas Ciremai Giri Cirebon : 1995 - 1997 2. SDN Galunggung : 1997 - 2003 3. SMPN 6 Cirebon : 2003 - 2006 4. SMF Muhammadiyah Cirebon : 2006 - 2009 5. S1 Kesehatan Masyarakat : 2009 - sekarang
(9)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan berbagai nikmat kepada kita semua. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan memanjatkan rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi Di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013”. Penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang yang luar biasa.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
4. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM dan Ibu Catur Rosidati, MKM selaku pembimbing skripsi.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran penelitian hingga penyelesaian masa studi.
6. Bapak H. Dadang, S.Ip, M.Epid selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Kota Tangerang Selatan.
7. Informan Bu Ida selaku Kepala Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat, Ibu Thea dan Ibu Ari selaku Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas Jurang Mangu dan Kampung Sawah dan Kader Posyandu.
8. Teman-teman kesehatan masyarakat UIN Jakarta angkatan 2009 yang makin kece badai dan selalu bersemangat untuk menyelesaikan studinya
(10)
ix
9. Terima kasih secara khusus kepada Badra Al- Aufa yang telah menemani penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisannya tepat waktu.
10.Terima kasih kepada teman-teman dershane Anda bey, Takdir bey, Akrom bey, Sena bey, Usep bey, Jefri bey, Dede bey, Samiun bey, Andik bey, Erdem bey dan abiler lainnya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skirpsi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang diberikan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat bermanfaat dengan menambah khazanah keilmuan Kesehatan Masyarakat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, April 2013
(11)
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR ISTILAH ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3.Pertanyaan Penelitian ... 5
1.4. Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum ... 5
1.4.2. Tujuan Khusus ... 5
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1.Bagi Kementerian Kesehatan ... 6
1.5.2.Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten ... 6
1.5.3.Bagi Peneliti Lain... 7
1.5.4.Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 7
(12)
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Manajemen dan Informasi Kesehatan ... 8
2.2.1 Pengertian Manajemen dan Informasi Kesehatan ... 8
2.2.2 Tujuan Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan 8 2.1 Sistem Informasi 9
2.1.1. Dasar-Dasar Informasi dan Sistem Informasi 9
2.1.1.1 Definisi Data dan Informasi 9
2.1.1.2 Kualitas Informasi 9 2.1.2. Dasar Sistem Informasi 10 2.1.2.1. Definisi Sistem 10 2.1.2.2 Definisi Sistem Informasi 11 2.1.2.3 Jenis Sistem Informasi 12 2.1.3 Sistem Informasi Manajemen ... 13
2.1.3.1 Fungsi Sistem Informasi Manajemen ... 13
2.1.3.2 Komponen Sistem Informasi Manajemen ... 14
2.1.3.3 Tipe Keputusan dan Informasi Manajemen .... 15
2.3 Sistem Informasi Gizi ... 16
2.3.1 Definisi Sistem Informasi Gizi ... 16
2.3.2 Tujuan Sistem Informasi Gizi ... 16
2.4 Surveilans Gizi ... 17
2.4.1 Pengertian Surveilans Gizi ... 17
2.4.2 Tujuan Surveilans Gizi ... 17
2.4.3 Pendanaan Surveilans di Tingkat Kabupaten/Kota ... 17
(13)
2.5.1 Indikator Surveilans Gizi yang Dilaporkan Melalui Sistem
Informasi Gizi ... 19
2.5.2 Pemanfaatan Informasi Berdasarkan Indikator Dalam Sistem Informasi Gizi ... 20
2.6 Matriks Jaringan Kesehatan ... 23
2.7 Kerangka Teori ... 27
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1. Kerangka Pikir ... 28
3.2 Definisi Istilah ... 30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 32
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 32
4.3 Informan Penelitian... 32
4.4. Instrumen Penelitian ... 33
4.5 Sumber Data ... 33
4.6 Metode Pengumpulan Data ... 36
4.7 Validasi Data ... 40
4.8 Pengolahan Data ... 43
4.9 Penyajian Data ... 44
4.10 Analisis Data ... 44
BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum Informan Penelitian... 45
5.2 Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan... 46
(14)
xiii
5.2.2 Keadaan Umum Wilayah 47
5.2.3 Kependudukan 48
5.2.4 Sarana Kesehatan 48
5.2.5 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan 49
5.2.6 Gambaran Umum Seksi Gizi 50
5.3Ruang Lingkup Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan 53
5.4 Gambaran Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan 56
5.5 Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan 66
5.4.1 Indikator 66
5.4.2 Sumber Data 68
5.4.3 Manajemen Data 71
5.6 Gambaran Output Sistem Informasi GIzi Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan 75
5.5.1 Produk Informasi 75
5.5.2 Diseminasi dan Penggunaan Informasi 79 5.7 Skor Rata-Rata Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Alat Penilaian WHO 85 BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian 87
(15)
6.3 Gambaran Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan 88
6.4 Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 93
6.4.1 Indikator 93 6.4.2 Sumber Data 95 6.4.3 Manajemen Data 96 6.5 Gambaran Output Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 99
6.5.1 Produk Informasi 99
6.5.2 Diseminasi dan Penggunaan Informasi 102
6.6 Gambaran Maslah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 104
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 108
7.2 Saran 109
7.2.1 Bagi Kementrian Kesehatan 109
7.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 110
7.2.3 Bagi Puskesmas 110
7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya 111 DAFTAR PUSTAKA
(16)
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori 27
Bagan 3.1 Kerangka Pikir Sistem Informasi Gizi 29 Bagan 5.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 49 Bagan 5.2 Alur Pelaporn Kinerja Pembinaan Gizi 80 Bagan 6.1 Alur Pelaporan dan Umpan Balik Serta Koordinasi Pelaporan
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Interface Laporan Bulanan Sistem Informasi Gizi 55 Gambar 5.2 Interface Beranda Sistem Informasi Gizi 55
(18)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sumber Perolehan Data Berdasarkan Informan 33 Tabel 4.2 Sumber Perolehan Data Berdasarkan Metode Pengumpulan 37
Tabel 4.3 Validasi Data 40
Tabel 5.1 Karakteristik Informan 46
Tabel 5.2 Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Tangsel 48 Tabel 5.3 Penilaian Sumber Daya- Kebijakan dan Koordinasi 60 Tabel 5.4 Penilaian Sumber Daya- Dana dan Tenaga Pelaksana 63 Tabel 5.5 Penilaian Sumber Daya- Sarana 65
Tabel 5.6 Penilaian Indikator 68
Tabel 5.7 Penilaian Sumber Data-Surveilans Gizi 71
Tabel 5.8 Penilaian Manajemen Data 74
Tabel 5.9 Penilaian Produk Sistem Informasi– Kualitas Data 79 Tabel 5.10 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi-
Kebutuhan dan Analisis 81
Tabel 5.11 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi-
Advokasi, Implementasi dan Aksi 83 Tabel 5.12 Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi-
Perencanaan, Pengaturan Prioritas, Alokasi Sumber Daya 84 Tabel 5.13 Skor Kumulatif Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan 86
Kota Tangerang Selatan
Tabel 6.1 Masalah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi Gizi
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam Lampiran 3 Pedoman Observasi
Lampiran 4 Alat Penilaian Sistem Informasi Kesehatan (Tools Assessment HMN)
Lampiran 5 Form Pengisian Kegiatan Pembinaan Gizi di Tingkat Puskesmas dan Posyandu
Lampiran 6 Daftar Tilik Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Lampiran 7 Penyajian data di Tingkat Dinas Kesehatan
(20)
xix
DAFTAR ISTILAH
ASI Air Susu Ibu ATK Alat Tulis Kantor
BB Berat Badan
Dinkes Dinas Kesehatan HMN Health Metric Network
ICT Information and Communications Technology KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KMS Kartu Menuju Sehat
MDG’s Millenium Development Goals
MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu PMT Pemberian Makanan Tambahan Saryankes Sarana Yayasan Kesehatan SIGIZI Sistem Informasi Gizi SKD Sistem Kesehatan Daerah Tangsel Tangerang Selatan TB Tinggi Badan
TPG Tenaga Pelaksana Gizi TTD Tablet Tambah Darah WHO World Health Organization WUS Wanita Usia Subur
(21)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Informasi menjadi sebuah hal yang penting dalam pengambilan sebuah keputusan. Sebuah keputusan yang baik bukan diambil secara sembarangan namun harus didasarkan pada data yang terkumpul secara sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga data tersebut bersifat aktual dan reliabel (Siagian, 1974). Hal tersebut juga berlaku dalam bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan, informasi kesehatan berfungsi dalam pengambilan keputusan. Selain itu, informasi juga berfungsi untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan, kemajuan dan evaluasi dampak dari sebuah intervensi (WHO, 2008).
Ketersediaan informasi kesehatan sangat dipengaruhi oleh keberadaan sistem informasi kesehatan. Di Indonesia, sistem informasi kesehatan dapat ditemukan dalam berbagai bidang seperti bidang gizi, kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Sistem informasi kesehatan juga terbagi menjadi beberapa tingkatan seperti tingkat pelayanan kesehatan dasar, kabupaten/kota dan nasional. Mengingat pentingnya sebuah sistem informasi maka Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan sebuah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Dalam keputusan tersebut tertulis bahwa subsistem manajemen dan informasi kesehatan dibentuk dengan tujuan agar terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan
(22)
2
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (SKN, 2009).
Sistem informasi gizi merupakan salah satu sistem informasi tingkat nasional yang dikelola oleh Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelaksanaan surveilans melalui sistem tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2011. Sistem tersebut dibuat untuk dapat menyediakan berbagai data mengenai kegiatan pembinaan gizi seperti penimbangan balita di posyandu (D/S), data kasus gizi buruk, data cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil, data cakupan konsumsi garam beriodium, data cakupan pemberian vitamin A dan data cakupan ASI eksklusif. Informasi yang tersedia dari sistem tersebut sangat membantu para pengambil keputusan untuk dapat berkoordinasi dengan daerah, meningkatkan kinerja pelaksana dan program serta sebagai bahan evaluasi dan perencanaan kegiatan (Direktorat Bina Gizi, 2013).
Status gizi anak Indonesia, belum mencapai kondisi yang diharapkan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi balita kurang gizi secara nasional adalah sebebesar 17,9% dan 4,9% diantaranya memiliki status gizi buruk. Sedangkan balita pendek atau stunting secara nasional berjumlah 35,6%. Dalam pemberian ASI eksklusif secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan dan 4-5 bulan berturut-turut adalah 45,5%, 38,3% dan 31,0% (Riskesdas, 2010). Oleh karena itu, penyelenggaraan sistem informasi kesehatan gizi dirasa sangat penting untuk dapat menyediakan data dan informasi, sehingga pemerintah dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menangani permasalahan gizi di Indonesia.
Dalam penyediaan data dan informasi mengenai status gizi tidak dapat dilakukan secara parsial, oleh karena itu Pemerintah Pusat yang perlu melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pelayanan Kesehatan seperti puksesmas dan posyandu. Pada dasarnya, pemerintah pusat hanya menghimpun data
(23)
mengenai status gizi yang dimasukkan oleh pemerintah daerah dimana sebelumnya pemerintah daerah juga menghimpun data status gizi dari pelayanan kesehatan yang ada diwilayahnya.
Hingga saat ini, ketersediaan data dalam website sistem informasi gizi dirasa masih kurang optimal. Hal tersebut ditunjukan dengan tidak tersedianya data bulan Agustus 2012 mengenai cakupan pemberian vitamin A, cakupan penggunaan garam beriodium dan pemberian ASI eksklusif pada beberapa daerah di Provinsi Banten seperti Pandeglang, Serang dan Tangerang Selatan. Informasi yang tidak aktual menjadi sebuah permasalahan yang dapat menyebabkan informasi tidak berkualitas sehingga berdampak pada sulitnya pengambilan keputusan berbasis fakta oleh Pemerintah.
Tidak tersedianya informasi kegiatan pembinaan gizi di Kota Tangerang Selatan menjadi sebuah permasalahan yang harus diketahui secara lebih mendalam. Bila dikaitkan dengan kondisi gizi masyarakat di Kota Tangerang Selatan, berdasarkan data yang diperoleh dari SIGIZI, jumlah penderita gizi buruk di Kota Tangerang Selatan tahun 2012 dari bulan Januari hingga Juli 2012 mengalami peningkatan.
Menurut World Health Organization (WHO), dalam bukunya yang berjudul Framework and Standards for Country Health Information Systems, komponen dan standar yang akan mempengaruhi kinerja dari sistem informasi kesehatan diantaranya adalah sumber daya sistem informasi kesehatan, indikator, sumber data, manajemen data, produk informasi, diseminasi dan penggunaan data (WHO, 2008). Oleh karena itu, peneliti akan meneliti pelaksanaan sistem informasi gizi pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan berdasarkan kerangka teori yang dibuat oleh WHO melalui berbagai penyesuaian.
(24)
4
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan website sistem informasi gizi Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada bulan Januari 2013, tidak tersedia data bulan Agustus tahun 2012 mengenai cakupan pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif dan cakupan penggunaan garam beriodium di Kota Tangerang Selatan. Data tersebut termasuk data yang harus dilaporkan setiap enam bulan. Berdasarkan kesepakatan antara pemerintah pusat dan daerah, data enam bulanan tersebut seharusnya telah dilaporkan kepada Pemerintah Pusat setiap tanggal 10 bulan selanjutnya. Bila dilihat secara trend, kinerja pelaporan data terjadi penurunan. Hal ini dapat dilihat pada Sistem Informasi Gizi (SIGIZI) dimana data cakupan pemberian vitamin A dan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bulan Februari tahun 2012 tersedia, namun data pada bulan Agustus 2012 data tersebut tidak tersedia.
Dalam sudut pandang manajemen, ketidaktersediaan data pada tahun sebelumnya, di awal tahun berjalan berpengaruh pada penyusunan program pembinaan gizi yang dilakukan para pembuat program baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Hal tersebut dikarenakan terdapat pembuatan program oleh Pemerintah Daerah dilakukan setiap awal tahun. Tidak tersedianya informasi dalam merencanakan dapat mengakibatkan kesalahan dalam membuat program atau kegiatan karena tidak menggunakan konsep evidence based atau berbasis fakta.
Kota Tangerang Selatan sebenarnya bukan termasuk daerah perbatasan ataupun daerah tertinggal. Hal tersebut dapat terlihat dari letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta sehingga akses terhadap jaringan internet maupun teknologi penunjang lainnya sangatlah mudah. Oleh karena itu, tidak dimanfaatkannya pelaporan melalui sistem informasi gizi sebagai media pelaporan menjadi sebuah masalah yang perlu dianalisis secara lebih mendalam. Atas dasar tersebut,
(25)
peneliti ingin mengetahui gambaran pelaksanaan dan masalah yang dialami dalam kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.3Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013?
1.4Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pelaksanaan dan masalah yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1Diketahuinya ruang lingkup sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.4.2.2Diketahuinya gambaran input sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.4.2.3Diketahuinya gambaran proses sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangearang Selatan.
1.4.2.4Diketahuinya gambaran output sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.4.2.5Diketahuinya masalah pada setiap komponen sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
(26)
6
1.4.2.6Diketahuinya alternatif solusi dalam menangani masalah pada setiap komponen sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Kementerian Kesehatan
1.5.1.1Mengetahui gambaran kinerja pelaksanaan pelaporan kegiatan pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.5.1.2Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.5.1.3Mendapatkan solusi dalam menangani kendala pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sehingga dapat meningkatkan pelaksanaan pelaporan untuk tingkat nasional.
1.5.2 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
1.5.2.1Mengetahui gambaran pelaksanaan pelaporan kegiatan pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.5.2.2Mengetahui kendala yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dalam pelaksanaan pelaporan kinerja gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi.
(27)
1.5.2.3Mendapatkan masukan dan solusi dalam menangani kendala pelaporan kegiatan pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan sistem informasi gizi.
1.5.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5.4.1Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai sistem informasi gizi.
1.5.4.2Terbentuknya kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dengan Program Studi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
1.6Ruang Lingkup
Data kegiatan pembinaan gizi Kota Tangerang Selatan yang tidak tersedia di sistem informasi gizi menjadi sebuah permasalahan yang harus diketahui secara lebih mendalam akar permasalahannya. Oleh karena itu, dilakukan sebuah penelitian yang berjudul Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan melihat gambaran ruang lingkup, input, proses dan output dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur, observasi, dan telaah dokumen. Waktu penelitian adalah bulan Januari – April 2013.
(28)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Manajemen dan Informasi Kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa informasi dapat berguna dalam berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Urgensi tersebut dirasakan oleh pemerintah Indonesia sehingga pemerintah memasukan subsistem manajemen dan informasi kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009.
2.1.1 Pengertian Manajemen dan Informasi Kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Berdasarkan SKN tahun 2009, Subsistem manajemen dan informasi kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan yang menghimpun berbagai upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan yang mendukung subsistem lainnya dari SKN guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2.1.2 Tujuan Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Subsistem tersebut memiliki tujuan untuk mewujudkan kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
(29)
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2.2Sistem Informasi
2.2.1 Dasar-Dasar Informasi dan Sistem Informasi 2.2.1.1Definisi Data dan Informasi
Sampai saat ini, masih sering ditemukan adanya ambiguitas antara data dan informasi. Secara etimologis data berasal dari bentuk jamak datum yang dalam bahasa latin diartikan sebagai pernyataan atau nilai dari suatu kenyataan. Secara umum, Faried Irmansyah mendefinisikan data sebagai nilai yang merepresentasikan deskripsi dari suatu obyek dan peristiwa. Sedangkan informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini dan kemudian. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang sebelumnya telah diolah sehingga menghasilkan sesuatu yang berfungsi bagi penerimanya (Putra dan Subyakto, 2006).
2.2.1.2Kualitas Informasi
Terdapatnya sebuah infomasi belum dapat menentukan sebuah keberhasilan khsusunya dalam pengambilan keputusan. Informasi yang baik meliputi bebapa kriteria, diantaranya adalah (Putra dan Subyakto, 2006):
(30)
10
a. Akurasi, informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak menyesatkan bagi penerima informasi.
b. Tepat waktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya sehingga keputusan dapat diambil secara cepat dan tepat.
c. Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi si penerima.
d. Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi.
e. Aksesibilitas, informasi yang digunakan mudah dan cepat penelusurannya.
2.2.2 Dasar Sistem Informasi
Untuk dapat menghasilkan informasi yang baik dibutuhkan sebuah sistem informasi yang baik sehingga dapat mengolah data menjadi informasi dengan benar. Berikut ini akan dijelaskan mengenai sistem informasi dan jenis-jenisnya.
2.2.2.1Definisi Sistem
Definisi sistem dapat dilihat dari dua cara yaitu secara prosedural dan secara komponen. Secara prosedur, sistem dapat diartikan sebagai suatu jaringan kerja dari suatu prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan secara
(31)
komponen, yang dimaksud dengan sebuah sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi mencapai suatu tujuan tertentu (Putra dan Subyakto, 2006). Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan yang terstruktur baik secara prosedur maupun secara komponen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan.
Penerapan konsep sebuah sistem dapat terlihat dalam berbagai bidang seperti sistem pencernaan manusia, sistem peredaran darah hingga sistem informasi. Sistem informasi menjadi salah satu bidang yang diperlukan khususnya bagi para pengambil keputusan. Hal tersebut dikarenakan informasi menjadi hal yang dibutuhkan untuk dapat mengambil keputusan dengan baik. Informasi yang baik dihasilkan oleh sistem informasi yang baik dan benar.
2.2.2.2Definisi Sistem Informasi
Telah diuraikan sebelumnya bahwa para pengambil keputusan membutuhkan sebuah informasi yang baik untuk dapat membuat sebuah keputusan yang baik pula. Oleh karena itu dibentuklah sebuah sistem informasi yang bertujuan untu memasok informasi yang diperlukan bagi para pengambil keputusan. Definisi dari sistem informasi sendiri adalah sebagai proses komunikasi dimana informasi dicatat, disimpan dan disebarkan untuk memperoleh keputusan-keputusan didalam perencanaan, operasi dan pengendalian. (Putra dan
(32)
12
Subyakto, 2006). Bila ditinjau lebih jauh lagi, penggunaan sistem informasi dapat terbagi menjadi beberapa macam dengan tujuan yang berbeda tergantung pada kebutuhan.
2.2.2.3Jenis Sistem Informasi
Sistem informasi terbagi menjadi tujuh diantaranya adalah (Kendall, 2007):
a. Transaction Processing Systems (TPS) adalah sistem informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi.
b. Office Automtation Systems (OAS) merupakan sistem yang biasanya tidak menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya mendukung pekerja data, yagn biasanya tidak menciptakan pengetahuan baru melainkan hanya menganalisis informasi sedemikian rupa untuk mentransformasikan data atau memanipulasinya dengan cara-cara tertentu sebelum membaginya atau menyebarkannya secara keseluruhan dengan organisasi dan kadang-kadang diluar itu.
c. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang sudah terkomputerisasi yang bekerja karena adanya interaksi antar manusia dan komputer. SIM digunakan untuk menghasilkan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.
(33)
d. Decision Support Systems (DSS) merupakan sistem informasi yang hampir sama dengan SIM yang memiliki basis data namun DSS lebih menekankan pada fungsi mendukung pembuatan keputusan di seluruh tahapan-tahapannya.
e. Sistem Ahli dan Kecerdasan Buatan merupakan sebuah sistem yang secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan seorang ahli untuk menyelesaikan masalah yang dialami dalam suatu organisasi.
2.2.3 Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan sistem yang menggunakan komputer sebadai dasar untuk menghasilkan informasi. SIM adalah salah satu sumber daya organisasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan manajer dalam organisasi tersebut.
2.2.3.1Fungsi Sistem Informasi Manajemen
Berikut ini beberapa fungsi SIM dalam sebuah organisasi (Aditama, 2003):
a. SIM akan mempercepat dan meningkatkan akurasi transaksi karena semuanya terekam dan terkomunikasikan antar berbagai unit.
b. SIM dapat menyajikan data mutakhir yang ada dan membandingkannya dengan ekspetasi/rencana/standar.
c. SIM dapat merekam data yang besar sehingga memungkinkan pemahaman yang menyeluruh untuk penyesuaian bila diperlukan.
(34)
14
2.2.3.2Komponen Sistem Informasi Manajemen
Berikut ini akan dijelaskan komponen sistem informasi manajemen (Putra dan Subyakto, 2006):
a. Blok masukan merupakan metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukan.
b. Blok model terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang berfungsi memanipulasi data.
c. Blok keluaran merupakan keluaran dokumen dan informasi yang berkualitas.
d. Blok teknologi untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, mengasilkan dan mengirimkan keluaran serta membantu pengedalian dari sistem secara keseluruhan.
e. Blok basis data merupakan kumpulan data yang berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras dan termanipulasi di perangkat lunak.
f. Blok kendali merupakan pengedalian masalah yang berfungsi mencegah dan menangani kesalahan/kegagalan sistem.
(35)
2.2.3.3Tipe Keputusan dan Informasi Manajemen
Keputusan manajemen dapat diklasifikasian ke dalam tiga jenis (Sutabri, 2005) :
a. Keputusan tidak terstruktur
Keputusan ini bersifat tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini dilakukan oleh manajemen tingkat atas (top manger). Informasi pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah didapat, tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar organisasi.
b. Keputusan semi terstrutur
Keputusan setengah terstruktur adalah keputusan yang dapat diprogram. Keputusan tersebut masih membutuhkan pertimbangan dari pengambil keputusan. Keputusan seperti ini sering bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-pertimbangan dari pengambil keputusan.
c. Keputusan terstruktur
Keputusan yang dapat diprogram atau terstruktur adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan dan proesdur. Keputusan ini rutin dan berulang. Setiap organisasi mempunyai kebijakan tertulis atau tidak tertulis yang memudahkan pembuatan keputusan dalam situasi yang berulang dengan membatasi dan menghilangkan alternatif-alternatif.
(36)
16
2.3Sistem Informasi Gizi
2.3.1 Definisi Sistem Informasi Gizi
Sistem informasi gizi adalah sistem pelaporan secara online melalui website SIGIZI dimana merupakan bentuk fasilitas yang disediakan agar pelaporan dari kabupaten dan kota dapat dilakukan dengan cepat, sehingga prioritas pembinaan teknis dalam hal penanggulangan masalah gizi dapat dipetakan (Kemenkes, 2012a).
2.3.2 Tujuan Sistem Informasi Gizi
Tujuan dari penyelenggaraan sistem informasi gizi adalah (Kementerian Kesehatan, 2012a):
1. Menjalin kesinambungan informasi dan pelaporan tentang pelaksanaan kinerja pembinaan gizi masyarakat antara daerah dan pusat.
2. Menyediakan informasi dan pelaporan hasil pelaksanaan kinerja pembinaan gizi masyarakat bagi para pengambil keputusan secara cepat dan mudah sebagai bahan evaluasi dan perencanaan lebih lanjut.
3. Menyediakan data dan informasi kinerja pembinaan gizi secara berkala, bulanan maupun tahunan yang dapat dijadikan acuan untuk pemantauan dan evaluasi berkala serta tindak lanjutnya.
4. Meningkatkan kinerja pelaksana dan penanggungjawab pengelola program gizi di daerah melalui perbandingan gambaran informasi antar wilayah propinsi maupun kabupaten/kota.
(37)
2.4Surveilans Gizi
2.4.1 Pengertian Surveilans Gizi
Surveilans gizi adalah adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat (Kementerian Kesehatan, 2012b).
2.4.2 Tujuan Surveilans Gizi
Tujuan diadakannya surveilans gizi adalah memberikan gambaran perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan menengah serta perumusan kebijakan (Kementerian Kesehatan, 2012b).
2.4.3 Pendanaan Surveilans di Tingkat Kabupaten/Kota
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sistem inforamasi gizi merupakan bagian yang saling bersinggungan dengan surveilans gizi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan sumber pendanaan surveilans gizi pada tingkat kabupaten/kota dimana dana tersebut juga dapat digunakan dalam pengelolaan sistem informasi gizi.
Secara yuridis, pengelolaan pendanaan surveilans di tingkat Kabupaten/Kota telah diatur dalam berbagai Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) seperti Kepmenkes nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
(38)
18
Kesehatan. Dalam Kepmenkes tersebut disebutkan bahwa biaya penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan terdiri sumber dana APBN, APBD Kabupaten/Kota, APBD Propinsi, Bantuan Luar Negeri, Bantuan Nasional dan Daerah, dan swadaya masyarakat.
APBN yang disalurkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diatur dalam Kepmenkes Nomor 008/MENKES/SK/1/2012 tentang Alokasi Anggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012. Dalam peraturan tersebut alokasi dana dekonsentrasi dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang utamanya ditujukan untuk:
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
b. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
c. Program Pembinaan Upaya Kesehatan
d. Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
e. Prgram Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK)
(39)
2.5Hubungan Sistem Informasi Gizi Dengan Surveilans Gizi
Dalam Kepemenkes Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem surveilans Epidemiologi Kesehatan dijelaskan bahwa surveilans merupakan subsistem dari Sistem Informasi Kesehatan Nasional dimana surveilans mempunyai fungsi yang strategis sebagai intelijen penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang mampu berkontribusi mewujudkan Indonesia Sehat dalam rangka ketahanan nasional. Dalam Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009 juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan informasi kesehatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan dan analisis data, manajemen informasi kesehatan, pengembangan dan penelitian kesehatan serta penerapan pengetahuan dan teknologi kesehatan dilakukan melalui dukungan pendayagunaan teknologi, data dari fasilitas kesehatan seperti Riskesdas dan surveilans serta pengembangan sistem informasi kesehatan terpadu.
WHO dalam bukunya juga menjelaskan bahwa komponen kunci dalam sistem informasi kesehatan adalah surveilans dimana surveilans memiliki fokus utama untuk menemukan masalah dan menyediakan tindakan yang berbasis waktu. Epidemiologi menghasilkan informasi yang berhubungan tindakan kesehatan masyarakat. Adanya kebutuhan dalam informasi dan tindakan yang tepat waktu dan kebutuhan untuk menghubungkan informasi dengan tanggung jawab dalam pengendalian penyakit memaksakan adanya persyaratan tambahan pada sistem informasi kesehatan (WHO, 2008).
(40)
20
2.5.1Indikator Surveilans Gizi yang Dilaporkan Melalui Sistem Informasi Gizi (Kementerian Kesehatan, 2012b)
Indikator surveilans yang dilaporkan melalui sistem informasi gizi, adalah:
1. Cakupan balita gizi buruk ditangani/dirawat
Jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat dibagi jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%.
2. Cakupan balita ditimbang berat badannya (D/S)
Jumlah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi balita yang berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%.
3. Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Jumlah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral, berdasarkan recall 24 jam dibagi jumlah seluruh bayi umur 0 – 6 bulan yang datang dan tercatat dalam register pencatatan/KMS di wilayah tertentu dikali 100%.
(41)
4. Cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium
Jumlah desa/kelurahan dengan garam baik dibagi jumlah seluruh desa/kelurahan yang diperiksa di satu wilayah tertentu dikali 100%.
5. Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A
Jumlah bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan dibagi jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten/kota dalam periode 6 (enam) bulan yang didistribusikan setiap Februari dan Agustus dikali 100%.
6. Cakupan ibu hamil mendapat Fe 90 tablet
Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 TTD atau tablet Fe dibagi jumlah seluruh ibu hamil yang ada di satu wilayah tertentu dikali 100%.
2.5.2Pemanfaatan Informasi Berdasarkan Indikator Dalam Sistem Informasi Gizi (Kementerian Kesehatan 2012b)
Informasi yang diperoleh dari sistem informasi gizi akan dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan dalam membuat tindakan segera, perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang serta perumusan kebijakan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Berikut tindak lanjut yang perlu dilakukan dalam merespon pencapaian indikator:
1. Kasus gizi buruk
(42)
22
b. Menyiapkan Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit untuk pelaksanaan tatalaksana gizi buruk.
c. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan surveilans gizi.
d. Memberikan PMT pemulihan untuk balita gizi buruk rawat jalan dan pasca rawat inap.
e. Melakukan pemantauan kasus yang lebih intensif pada daerah dengan risiko tinggi terjadinya kasus gizi buruk.
f. Melakukan penyelidikan kasus bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
2. Cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan rendah
a. Meningkatkan promosi dan advokasi tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP ASI).
b. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam melakukan konseling ASI.
c. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan motivator ASI yang telah dilatih.
3. Banyak ditemukan rumah tangga yang belum mengkonsumsi garam beryodium
a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten/Kota untuk melakukan operasi pasar garam beriodium.
(43)
b. Melakukan promosi/kampanye peningkatan penggunaan garam beriodium.
4. Cakupan distribusi vitamin A rendah
a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka perlu mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas.
b. Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk melakukan sweeping.
c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah. 5. Cakupan distribusi TTD (Fe3) rendah
a. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan di desa tidak mencukupi maka perlu mengirim TTD ke puskesmas.
b. Bila TTD masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk melakukan peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya kegiatan Ante Natal Care (ANC).
c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah. 6. Hasil analisis menunjukan D/S rendah atau cenderung menurun
a. Melakukan koordinasi dengan Camat dan PKK tingkat kecamatan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.
b. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada di desa, yang bertujuan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.
(44)
24
2.6Matriks Jaringan Kesehatan
HMN merupakan upaya pertama untuk mengembangkan penyatuan kerangka yang memfasilitasi efisiensi koordinasi dan aksi bersama dari semua subsistem dalam sistem informasi kesehatan. HMN akan mencapai tiga tujuan yaitu:
1. Untuk mengembangkan harmonisasi dari kerangka HMN untuk mengembangkan sistem informasi kesehatan dari sebuah Negara.
2. Untuk mendukung Negara berkembang dalam mengadaptasi dan mengaplikasikan rekomendasi dan standar yang terkandung dalam kerangka HMN untuk meningkatkan sistem informasi kesehatan dan menyediakan dukungan teknis dan sebagai percepatan dalam pengamanan pendanaan sampai akhir.
3. Untuk meningkatkan kualitas, nilai dan kegunaan dari informasi kesehatan dengan mengembangkan kebijakan dan menawarkan insentif untuk meningkatkan penyebaran dan penggunaan data dengan konsentrasi pada tingkat lokal, regional dan global.
Bagian dari kerangka HMN menggambarkan enam komponen sistem informasi kesehatan dan setiap standar yang dibutuhkan. Nilai yang jelas mendefinisikan bagaimana peraturan sistem informasi kesehatan dan bagaimana komponen dalam sistem tersebut berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk dapat menghasilkan informasi yang lebih baik untuk kesehatan yang lebih baik. Dalam enam komponen itu, sistem informasi kesehatan terbagi lagi menjadi input, proses dan output. Input menunjukan pada sumber daya dimana proses berhubungan pada
(45)
bagaimana indikator dan sumber data dipilih dan dikumpulkan dan mengelola. Output berhubungan dengan produksi, diseminasi dan penggunaan informasi. Berikut ini adalah enam komponen dari sistem informasi kesehatan:
Input
1. Sumber daya sistem informasi kesehatan – dalam hal ini termasuk undang-undang, peraturan dan kerangka kerja perencanaan yang diperlukan untuk memastikan informasi kesehatan yang berfungsi secara menyeluruh, dan sumber daya yang merupakan prasyarat untuk suatu sistem sehingga sistem dapat berfungsi. Sumber daya tersebut meliputi personil, pembiayaan, dukungan logistik, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), dan mekanisme koordinasi di dalam dan antar enam komponen.
Proses
2. Indikator – merupakan basis dari perencanaan dan strategi informasi kesehatan. Indikator meliputi pengaruh dari kesehatan, input sistem kesehatan, output dan dampak dan status kesehatan.
3. Sumber data - terbagi menjadi dua kategori utama: (1) data berbasis populasi (sensus, pencatatan sipil, dan survei populasi) dan (2) data berbasis lembaga (catatan individu, catatan layanan dan catatan sumber daya). Perlu dicatat bahwa sejumlah pendekatan pengumpulan data dan sumber lainnya ada yang tidak cocok dengan salah satu kategori utama di atas, tetapi dapat memberikan informasi penting yang mungkin tidak tersedia di tempat lain. Dalam hal ini
(46)
26
termasuk survei kesehatan, penelitian, dan informasi yang dihasilkan oleh organisasi berbasis masyarakat.
4. Manajemen data - ini mencakup semua aspek penanganan data dari pengumpulan, penyimpanan, jaminan kualitas dan aliran, untuk pengolahan, kompilasi dan analisis. Persyaratan spesifik ditentukan untuk periodesitas dan ketepatan waktu seperti dalam kasus surveilans penyakit.
Output
5. Produk informasi - data harus diubah menjadi informasi yang akan menjadi bukti dasar dan pengetahuan untuk membentuk aksi kesehatan.
6. Penyebaran dan penggunaan - nilai informasi kesehatan dapat mempermudah para pengambil keputusan dalam membuat kebijakan.
Peningkatan kualitas sistem informasi di sebuah Negara menjadi sebuah hal yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi yang baik. Oleh karena itu WHO membuat sebuah kerangka atau fase untuk dapat meningkatkan sistem informasi di sebuah Negara. Berikut ini fase dalam pengingkatan fase sistem informasi di sebuah Negara:
1. Fase 1 – kepemimpinan, koordinasi dan penilaian merupakan langkah pertama dalam melaksanakan penguatan sistem informasi kesehatan melalui menjamin keterlibatan dan mendukung oleh berbagai stakeholders. Proses penilaian memeberikan kesempatan kepada stakeholder untuk berkolaborasi antar disiplin
(47)
dalam memberikan pemahaman bersama pada konsep, keuntungan dan kapasitas khusus pada sistem informasi kesehatan di sebuah Negara.
2. Fase 2 – membuat prioritas dan rencana. Membangun alat perncanaan dengan melibatkan stakeholder yang mempunyai visi untuk membuat perencanaan dan keputusan berbasis fakta.
3. Fase 3 – Implementasi dari kegiatan penguatan sistem informasi kesehatan termasuk membahas kemampuan teknologi informasi dalam kebijakan, sumber daya manusia dan proses yang membuat akses dapat ditindaklanjuti dalam sistem informasi kesehatan sebuah Negara.
Dari ketiga fase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila ingin meningkatkan sistem informasi kesehatan di sebuah Negara maka harus dilakukan penilaian terlebih dahulu terhadap sistem informasi kesehatan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam tindakan selanjutnya.
2.7Kerangka Teori
WHO telah mengeluarkan sebuah kerangka teori sebagai pedoman khususnya bagi Negara berkembang untuk dapat meningktkan pelaksanaan sistem informasi kesehatan. Dalam kerangka tersebut, sistem informasi memiliki enam komponen diantaranya adalah sumber daya, indikator, manajemen data, sumber data, produk informasi dan disemnasi dan penggunaan informasi. Untuk dapat meningkatkan kinerja sistem informasi maka harus melewati beberapa proses diantaranya adalah Kepemimpinan, Koordinasi dan Penilaian ; Penetapan Prioritas dan Perencanaan dan
(48)
28
Komponen dan Standar Sistem Informasi Kesehatan
Sumber Daya
Indikator
Sumber Data
Manajemen Data
Produk Informasi
Diseminasi dan Penggunaan Informasi
Penguatan Sistem Informasi Kesehatan
Prinsip
Proses : (a) Kepemimpinan, Koordinasi dan Penilaian ; (b)
Penetapan Prioritas dan Perencanaan ; (c) Pelaksanaan
Sistem Informasi Kesehatan
Peralatan
Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan. Kerangka teori secara detail dapat dilihat pada Bagan 2. 2.
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : World Health Organization. Framework and Standards for Country Health Information Systems. Geneva, World Health Organization, 2008.
Tujuan Health Metrics Network
Meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, kualitas, dan penggunaan informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan di tingkat negara dan global.
(49)
28
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1Kerangka Pikir
Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisis implementasi sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maka disusunlah sebuah kerangka pikir.
Kerangka pikir disusun sesuai dengan kerangka Health Metric Network yang dikeluarkan oleh WHO. Berdasarkan kerangka pikir yang telah dibuat, sistem informasi gizi disusun atas beberapa komponen seperti sumber daya yang tergolong komponen input. Indikator, sumber data dan manajemen data tergolong pada komponen proses. Sedangkan produk informasi dan penyebaran penggunaan informasi termasuk dalam komponen output. Penilaian komponen dilakukan pada pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan instrumen penilaian Health Metric Network (HMN) yang juga dikeluarkan oleh WHO. Dalam melakukan penilaian, peneliti melakukan beberapa penyesuaian terhadap instrumen penilaian. Hal tersebut dikarenakan instrumen yang dikeluarkan oleh WHO digunakan untuk tingkat nasional sedangkan penilaian dilakukan pada tingkat daerah atau wilayah. Dalam kerangka pikir dapat dilihat bahwa komponen sumber daya mempengaruhi komponen lain seperti indikator, sumber data, manajemen data, produk informasi dan diseminasi dan penggunaan informasi. Untuk memperjelas kerangka berpikir maka dibuatlah bagan kerangka berpikir yang dapat dilihat dalam bagan 3. 1.
(50)
29
Sumber Daya
Indikator
Sumber Data
Manajemen Data
Produk Informasi Diseminasi
dan Penggunaan
Informasi
Bagan 3.1
(51)
3.2Definisi Istilah
1. Sumber Daya Sistem Informasi Kesehatan (Input)
Sumber daya sistem informasi kesehatan terdiri dari kebijakan, peraturan dan kerangka perencanaan kerja yang diperlukan untuk memastikan sistem informasi kesehatan berfungsi sepenuhnya, Sumber daya merupakan prasyarat untuk berfungsinya sebuah sistem. Sumber daya meliputi personil, pendanaan, dukungan logistik, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mekanisme koordinasi dalam dan diantara enam komponen tersebut. (WHO, 2008)
Sumber daya terdiri dari:
a. Kebijakan adalah seperangkat aturan yang dibuat Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan untuk melegalisasi pelaksanaan pengelolaan sistem informasi gizi di Kota Tangerang Selatan.
b. Personil yaitu tenaga pelaksana yang melakukan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui website sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
c. Dana yaitu anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di tingkat dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan dalam pemenuhan sarana penunjang untuk pelaksanaan pelaporan melalui sistem informasi gizi.
d. Sarana yaitu alat yang terkait dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
2. Indikator (Proses)
(52)
31
3. Sumber Data (Proses)
Sumber data merupakan informasi kesehatan yang akan diperoleh baik data berbasis populasi maupun data berbasis institusi di wilayah administratif Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
4. Manajemen Data (Proses)
Sekumpulan prosedur untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan mendistribusikan data sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
5. Produk Informasi (Output)
Informasi merupakan produk dari pengolahan data yang akan menjadi basis fakta dan pengetahuan untuk pengambilan tindakan kesehatan dimana informasi tersebut didapat dari sistem informasi gizi.
6. Diseminasi dan penggunaan informasi (Output)
Diseminasi merupakan penyebarluasan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi gizi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penggunaan informasi yaitu pemanfaatan hasil informasi yang terdapat dihasilkan dari sistem informasi gizi dalam rangka pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan strategis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
(53)
32
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal tersebut dilakukan karena peneliti ingin melihat gambaran pelaksanaan sistem informasi gizi secara menyeluruh dan mendalam.
4.2Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai sejak bulan Januari – April 2013.
4.3Informan Penelitian
Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Atas dasar tersebut, yang termasuk informan dalam penelitan ini adalah staf di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) di puskesmas, kader posyandu dan staf SDK dan informasi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Pemilihan informan tersebut dikarenakan pihak-pihak yang telah disebutkan adalah pihak yang terlibat dan atau bertanggung jawab dalam pelaporan kegiatan pembinaan gizi yang dilaporkan melalui sistem informasi gizi.
(54)
33
4.4Instrumen Penelitian
Pada tahap pengumpulan data, instrument penelitian menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur yang tergolong dalam bagian wawancara mendalam untuk mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan sistem informasi gizi. Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi dan panduan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera dan perekam suara agar dapat memperkuat akurasi data. Dalam tahap analisis, penulis menggunakan instrumen HMN tools agar dapat memberikan skor pada sistem informasi gizi.
4.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu :
1. Data primer yaitu hasil wawncara, hasil telaah dokumen dan hasil observasi. 2. Data sekunder yaitu profil Dinas Kesehatan.
Tabel 4. 1
Sumber Perolehan Data Berdasarkan Informan Komponen SI Gizi
Berdasrkan HMN Pengelola Gizi Dinas Kesehatan Kota Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Kader Posyandu S umber Da ya
Regulasi up to date √ √
Kegiatan
pemantauan rutin √ √ √
Kebijakan melakukan pertemuan
(55)
Ada unit fungsional √ √
Pelatihan/kapasitasi √ √ √
Anggaran √ √
Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lain untuk mencatat kinerja √ √ √ Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lain untuk mencatat kinerja √ √ √ Tersedianya
komputer √ √
Peralatan TI
(Telpon, internet) √ √
Pemeliharaan
peralatan √ √
Indika
tor
Indikator inti √ √ √
Indikator mengacu
pada MDG √ √ √
Pelaporan indikator √ √ √
S umber Da ta Surveilans representatif dalam mengukur pelayanan
kesehatan ibu dan anak √ √ √ Surveilans representatif dalam mengukur kematian √ √ √ Pengelompokan data pada usia dan jenis kelamin
(56)
35 Pertemuan rencana tahunan untuk mengkoordinasikan variabel √ √ Mana jeme n D ata
Prosedur tertulis √ √
Pelaporan bersifat
user-friendly √ √
Gudang data pada tingkat dinas kesehatan
√ √ √
Terdapat kamus √ √ √
Terdapat kode khusus dalam mengolah data √ √ P roduk I nf or masi Kelengkapan dan
konsistensi √ √ √
Dilaporkan setiap
bulan √ √ √
Waktu pengukuran √ √
Data cakupan menjadi dasar perkiraan
√
Pemisahan estimasi
data √ √
Diseminasi da n pe nggun aa n infor masi Pembuat meminta
laporan √ √ √
Adanya grafik dalam penyajian data
√ √ √
Adanya peta dalam
penyajian data √ √ √
Penggunaan
(57)
Adasnya program
advokasi √ √ √
Informasi
digunakan dalam perencanaan
√ √ √
Alokasi sumber
daya √ √
4.6 Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data Dengan Dokumen
Studi dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen yang berkaitan sistem informasi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati langsung semua komponen sistem informasi gizi yang terdapat di dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan.
3. Wawancara semiterstruktur
Wawancara akan dilakukan kepada informan yang meliputi staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, tenaga pelaksana gizi di puskesmas, bidan dan kader posyandu. Informasi yang ingin didapatkan adalah mengenai komponen sistem informasi gizi dan pelaksanaan pelaporan
(58)
37
kinerja pembinaan gizi masyarakat dalam sistem informasi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
Tabel 4. 2
Sumber Perolehan Data Berdasarkan Metode Pengumpulan Data Komponen SI Gizi Berdasrkan HMN Wawancara Observasi Studi
dokumen S umber Da ya
Regulasi up to date √ √
Kegiatan
pemantauan rutin √ Kebijakan
melakukan pertemuan
√ √
Ada unit fungsional √ Pelatihan/kapasitasi √
Anggaran √
Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lain untuk mencatat kinerja √ √ Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lain untuk mencatat kinerja √ √ Tersedianya
komputer √ √
Peralatan TI
(59)
Pemeliharaan
peralatan √
Indika
tor
Indikator inti √ √
Indikator mengacu
pada MDG √ √
Pelaporan indikator √ √ S umber Da ta Surveilans representatif dalam mengukur kegiatan pembinaan gizi √ √ Terdapat surveilans yang representatif dalam perkiraan mengenai kematian akibat gizi buruk.
√ √
Pengelompokan data pada usia dan jenis kelamin √ √ Pertemuan rencana tahunan untuk mengkoordinasikan variabel √ Mana jeme n D ata
Prosedur tertulis √ √
Pelaporan bersifat
user-friendly √ √
Gudang data pada tingkat dinas kesehatan
√
Terdapat kamus √ √
Terdapat kode khusus dalam mengolah data
(60)
39 P roduk I nf or masi Kelengkapan dan
konsistensi √ √
Dilaporkan setiap
bulan √
Waktu pengukuran √ Data cakupan
menjadi dasar perkiraan
√
Pemisahan estimasi
data √ √
Diseminasi da n pe nggun aa n Inf or masi Pembuat meminta
laporan √
Adanya grafik dalam penyajian data
√ √
Adanya peta dalam
penyajian data √ √
Penggunaan
informasi √
Adasnya program
advokasi √
Informasi
digunakan dalam perencanaan
√
Alokasi sumber
(61)
4.7 Validasi Data
Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumer data yang telah ada (Sugiyono, 2010). Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Triangulasi sumber, didapat dari staf gizi di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, tenaga pelaksana gizi puskesmas dan kader posyandu.
2. Triangulasi teknik dilakukan dengan wawancara semiterstruktur, observasi dan telaah dokumen.
Poin pertanyaan yang akan triangulasi dapat dilihat padaTabel 4.1.
Tabel 4. 3
Validasi Data
Komponen SI Gizi Berdasrkan HMN
Validasi Sumber
Validasi Teknik
S
umber
Da
ya
Regulasi up to date √ √
Kegiatan
pemantauan rutin √ Kebijakan
melakukan pertemuan
√ √
Ada unit fungsional √ Pelatihan/kapasitasi √
Anggaran √
Formulir, kertas,
(62)
41 perlengkapan lain untuk mencatat kinerja Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lain untuk mencatat kinerja √ √ Tersedianya
komputer √ √
Peralatan TI
(Telpon, internet) √ √
Pemeliharaan
peralatan √
Indika
tor
Indikator inti √ √
Indikator mengacu
pada MDG √ √
Pelaporan indikator √ √
S umber Da ta Surveilans representatif dalam mengukur pelayanan
kesehatan ibu dan anak √ √ Surveilans representatif dalam mengukur kematian √ √ Pengelompokan data pada usia dan jenis kelamin
√ √
Pertemuan rencana tahunan untuk mengkoordinasikan
(63)
Mana
jeme
n D
ata
Prosedur tertulis √ √
Pelaporan bersifat
user-friendly √ √
Gudang data pada tingkat dinas kesehatan
√
Terdapat kamus √ √
Terdapat kode khusus dalam mengolah data √ P roduk I nf or masi Kelengkapan dan
konsistensi √ √
Dilaporkan setiap
bulan √
Waktu pengukuran √ √
Data cakupan menjadi dasar perkiraan
Pemisahan estimasi
data √ √
Diseminasi da n P engguna an Inf o rma si Pembuat meminta
laporan √
Adanya grafik dalam penyajian data
√ √
Adanya peta dalam
penyajian data √ √
Penggunaan
informasi √
Adasnya program
advokasi √ √
Informasi
(64)
43
perencanaan Alokasi sumber
daya √ √
4.8Pengolahan Data
Tahap pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mencatat kembali hasil observasi, telaah dokumen dan pewawancara. Pencatatan observasi dilakukan dengan mencatat hasil observasi pada lembar observasi. Telaah dokumen dilakukan sesuai sesuai dengan panduan telaah dokumen (terlampir). Pencatatan kembali dilakukan untuk meringkas hasil wawancara dan menemukan inti pembicaraan atau data yang diperlukan.
2. Melakukan kategorisasi data berdasarkan komponen sistem informasi gizi. Dalam hal ini, komponen sistem informasi gizi terbagi menjadi tiga yaitu sumber daya tergolong dalam input; indikator, sumber data dan manajemen data yang tergolong dalam proses serta produk informasi, penggunaan dan diseminasi informasi yang tergolong output.
3. Menyimpulkan gambaran sistem informasi gizi berdasarkan hasil penilaian. Penyimpulan dilakukan berbarengan dengan memberikan penilaian terhadap setiap komponen sistem informasi gizi berdasarkan alat penilaian yang dikeluarkan oleh WHO.
(65)
4.9Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan naratif sesuai kerangka pikir.
4.10 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis interpretasi. Setelah memberikan interpretasi, selanjutnya peneliti mengelompokan hasil sesuai dengan konsep assessing national health insformation system dengan menggunakan tools assessing national health insformation system berdasarkan teori HMN (WHO, 2008). Dalam penilaian, skor tertinggi (3) diberikan untuk komponen yang dianggap sangat memadai dibandingkan dengan standar seperti yang didefinisikan oleh kerangka HMN, skor (2) diberikan kepada komponen yang memadai, skor (1) artinya terdapat komponen namun tidak memadai dan Skor terendah (0) diberikan ketika situasi dianggap tidak memadai sama sekali dalam hal memenuhi standar. Total skor untuk setiap kategori dikumpulkan dan dibandingkan dengan skor maksimum yang mungkin untuk menghasilkan peringkat persentase. Untuk dapat meliah tabel penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran.
(66)
45 BAB V HASIL
5.1. Gambaran Umum Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan sistem informasi gizi diantaranya adalah Kepala Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Staf SDK dan Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas dan Kader Posyandu. Berikut adalah gambaran dari setiap informan:
a. Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (InformanA) Informan merupakan Kepala Seksi Gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Informan memiliki latar belakang pendidikan ilmu kesehatan masyarakat. Informan merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam analisis data kinerja pembinaan gizi masyarakat dan pelaksanaan program gizi.
b. Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas (Informan B dan Informan C)
Dalam penelitian ini, yang menjadi informan yaitu tenaga pelaksana gizi dari puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Informan berasal dari Puskesmas Jurnang Mangu dan Puskesmas Kampung Sawah. Tenaga Pelaksana Gizi merupakan pihak yang melakukan rekap data yang berasal dari posyandu dan akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan.
(67)
c. Kader Posyandu (Informan D dan Informan E)
Informan D dan E adalah kader psyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah dan Puskesmas Jurang Mangu. Kader posyandu merupakan pihak yang melakukan pencatatan data pembinaan gizi masyarakat.
d. Staf Seksi SDK dan Sistem Informasi Kesehatan
Informan merupakan Staf Seksi SDK dan Sistem Informasi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Informan merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan bank data. Ringkasan karakteristik informan dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Karakteristik Informan
No. Informan Jabatan
1 Informan A Kepala Seksi Gizi
2 Informan B Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Kampung Sawah 3 Informan C Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Jurang Mangu 4 Informan D Kader Posyandu
5. Informan E Kader Posyandu
6. Informan F Staf Seksi SDK dan Sistem Informasi Kesehatan
5.2. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Dinas Kesehatan, 2010) 5.2.1. Visi dan Misi
A. Visi
Visi Dinas Kesehatan Kota Tangearang Selatan adalah “Pembangunan berwawasan Kesehatan menuju Kota Tangerang Selatan Sehat 2015”.
(68)
47
B. Misi
Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan Pemberdayaan Kesehatan Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya
Meningkatkan kemitraan dengan seluruh pelaku di bidang kesehatan
5.2.2. Keadaan Umum Wilayah
Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak pada batas astronomis 1050
1’11’’-1060 7’12’’BT dan 50 7’50’’-70 1’1’’ LS, mempunyai posisi strategis
pada lintas perdagangan internasional dan nasional. Temperatur didaerah pantai dan perbukitan berkisar antara 220 C dan 320 C, sedangkan suhu dipegunungan dengan ketinggian antara 400 -1.350 M dapat mencapai antara 180 C- 290 C. Adapun wilayah perbatasan Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan kota Tangerang
Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok
(69)
Nama Kecamatan berserta jumlah kelurahan yang ada dalam wilayahnya dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Tangerang Selatan
Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan
Kecamatan Serpong 9
Kecamatan Serpong Utara 7
Kecamatan Setu 6
Kecamatan Pamulang 8
Kecamatan Ciputat 8
Kecamatan Ciputat Timur 6
Kecamatan Pondok Aren 10
5.2.3. Kependudukan (Dinas Kesehatan, 2013)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2013, jumlah balita di Kota Tangerang Selatan mencapai 131.825 balita. 5.2.4. Sarana Kesehatan (Dinas Kesehatan, 2013)
Jumlah Puskesmas di Kota Tangerang Selatan berjumlah 25 puskesmas. Jumlah Posyandu yang berada di Kota Tangerang Selatan berjumlah 706. Jumlah kader di Kota Tangerang Selatan berjumlah 4989 dan jumlah Tenaga Pelaksana Gizi di tingkat Puskesmas berjumlah 25 orang.
(70)
49
5.2.5. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Bagan 5. 1
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2013
Merujuk pada struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, seksi gizi merupakan seksi yang berada dibawah bidang kesehatan keluarga. Dalam struktur juga digambarkan bahwa seksi gizi dapat berkoordinasi dengan seksi kesehatan ibu dan anak, seksi remaja dan lansia.
(71)
5.2.6. Gambaran Umum Seksi Gizi (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2012)
Seksi perbaikan gizi masyarakat mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan peningkatan gizi masyarakat. Dalam tugasnya secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan program perbaikan gizi dari hasil analisis.
b. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait program perbaikan gizi.
c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
Selain tugas diatas, seksi gizi juga mempunyai beberapa fungsi diantaranya yaitu:
a. Perencanaan program perbaikan gizi dari hasil analisis dan penyiapan bahan untuk peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, analisis data dan penyiapan bahan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat.
(72)
51
c. Pelaksanaan kegiatan kebutuhan dan penyiapan bahan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat.
d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait kebutuhan dan penyiapan bahan untuk peningkatkan status gizi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat.
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.
f. Pelaksanasan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
Sumber daya manusia (SDM) yang ada di bagian gizi terdiri dari Kepala Seksi Gizi dan Staf Gizi, dengan rincian sebagai berikut:
Tugas dari kepala seksi gizi meliputi pengumpulan data, pengolahan data, penyiapan bahan penyusunan petunjuk teknis dan pelaksanaan operasional pembinaan pengaturan gizi masyarakat. Adapun rincian dari tugas kepala seksi adalah sebagai berikut:
a. Menyusun program kerja seksi gizi
b. Membagi tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada staf gizi
c. Monitoring dan mengevaluasi hasil kerja staf gizi
d. Menyusun kebijaksanaan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan pengaturan gizi masyarakat.
(1)
4 Terdapat kamus yang menyediakan definisi yang komprehensif tentang data. Definisi ini meliputi informasi di bidang-bidang berikut: (1) penggunaan data dalam indikator; (2) spesifikasi metode pengumpulan yang digunakan; (3) periodisitas
Ya, terdapat kamus dengan tiga kegunaan
Ya, terdapat
kamus dengan
dua kegunaan
Ya, terdapat kamus dengan satu
kegunaan
Tidak ada kamus
5 Kode pengenal khusus tersedia untuk kabupaten untuk
memfasilitasi penggabungan dari beberapa database dari sumber yang berbeda
Terdapat kode khusus yang digunakan untuk
database yang berbeda atau terdapat tabel
untuk menggabungkan
Terdapat kode yang digunakan
untuk database
berbeda dan kerja dibutuhka n untuk harmonisa
si melalui database
atau membuat tabel yang menghubu
ngkan untuk menggabu
ng data
Terdapat kode tetapi tidak cocok
diantara database yang berbeda
(2)
Total Skor Rata-rata
Penilaian Produk Informasi: Kualitas Data
Item Sangat
Memadai
Memadai Ada tetapi kurang memadai
Tidak adekuat
sama sekali Skor
3 2 1 0
1 Secara sistematis ditinjau pada setiap tingkat untuk kelengkapan dan konsistensi terhadap data yang dilaporkan melalui sistem informasi gizi. Untuk
menghitung cakupan, dapat diandalkan perkiraan populasi yang tersedia
Tidak ada perbedaan secara besar
dalam konsistensi dan
Beberapa perbedaan konsistensi
Banyak perbedaan Tidak dapat digunakan
2 Dilaporkan setiap bulan Ya, pada semua tingkatan
Tidak semua tingkatan
melapor setiap bulan
Tidak dilaporkan Tidak dilaporkan
3 Beberapa kali diukur dalam satu bulan
Ya Tidak
5 Data cakupan yang paling baru menjadi dasar perkiraan
Berdasar populasi
Sampel Lokal studi Tidak dapat digunakan 6 Estimasi data dipisahkan oleh:
(1) karakteristik demografis (misalnya, usia); (2) status sosial ekonomi (misalnya, pendapatan, pekerjaan, pendidikan); dan (3)
Ketiga criteria Dua criteria Satu criteria Tidak dapat digunakan
(3)
wilayah (misalnya, urban/rural, utama geografis atau wilayah administratif)
Total Skor Rata-rata
Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi: Kebutuhan dan Analisis
Item Sangat
Memadai
Memadai Ada tetapi kurang memadai
Tidak adekuat
sama sekali Skor
3 2 1 0
1 Pembuat program gizi di dinas kesehatan meminta data secara lengkap, tepat waktu, akurat, relevan memperoleh informasi gizi
Ya Ya, tetapi
tidak mempunyai
skil untuk penilaian
Permintaan dari pembuat program
secara khusus untuk maksud tertentu seperti politis dan media
Permintaan tidak berarti
2 Grafik digunakan untuk menampilkan informasi yang uptodate dan mudah dipahami di dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas
Ya, dinas kesehatan dan semua
puskesmas
Ya di dinas kesehatan tetapi tidak
semua puskesmas
Hanya di dinas kesehatan
Tidak ada grafik
3 Peta digunakan untuk untuk menampilkan informasi yang uptodate dan mudah dipahami di dinas kesehatan kabupaten/kota
Ya, dinas kesehatan dan semua
puskesmas
Ya di dinas kesehatan tetapi tidak
semua puskesmas
Hanya di dinas kesehatan
Tidak ada grafik
(4)
Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Advokasi, implementasi dan Aksi
Item Sangat
Memadai
Memadai Ada tetapi kurang memadai
Tidak adekuat
sama sekali Skor
3 2 1 0
1 Dinas kesehatan menggunakan informasi gizi untuk manajemen pelayanan kesehatan, monitoring dan evaluasi secara periodik
Informasi kesehatan digunakan oleh
semua pimpinan semua tingkat
untuk manajemen
pelkes, monitoring dan
evaluasi periodic
Informasi kesehatan digunakan oleh dinas kesehatan tidak pada tingkat puskesmas
Semua keputusan terpusat pada tingkat dinas
kesehatan
Tidak digunakan
2 Informasi gizi ini digunakan untuk mengadvokasi adopsi perilaku berisiko rendah oleh kelompok rentan
Indikator digunakan secara
sistematis dan disesuaikan untuk kelompok beresiko dan rentan
Beberapa indikator secara teratur digunakan tetapi tidak disesuaikan
untu kelompok
rentan
Hanya digunakan untuk keperluan
khusus
Tidak digunakan
(5)
Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Perencanaan, Pengaturan Prioritas,Alokasi Sumber Daya
Item Sangat
Memadai
Memadai Ada tetapi kurang memadai
Tidak adekuat
sama sekali Skor
3 2 1 0
1 Terdapat informasi yang terbukti digunakan dalam perencanaan dan proses alokasi sumber daya (misalnya, untuk rencana tahunan pembangunan yang terpadu, jangka menengah, kerangka pengeluaran rencana strategis jangka panjang )
Ya, secara sistematis digunakan dengan metode
dan target sesuai diantara
kerangka perencanan yang berbeda
Kadang digunakan untuk tujuan diagnostic untuk menggambarkan
masalah atau tantangan kesehatan, tetapi
tidak sesuai digunakan untuk kerangka
perencanaan yang berbeda
Informasi kesehatan kadang digunakan
Tidak pernah digunakan
2 Informasi secara luas digunakan oleh dinas kesehatan untuk mengatur alokasi sumber daya dalam proses anggaran tahunan
Proposal keuangan dibuat berdasarkan informasi
Beberapa target atau beberapa proposal dibuat
berdasar informasi
Sedikit target atau beberapa proposal dibuat berdasar
informasi
Tidak ada target maupun proposal
dibuat berdasar informasi Total Skor Rata-rata
(6)