Chaerul Umam Sekilas Profil Pembuat Film Al-Kautsar 1. Asrul Sani

dengan gambar, ”kata Asrul menyederhanakan. Ini berarti bahwa film menuntut penguasaan terhadap kedua segi tersebut. Tidak mengherankan jika dalam prasaran Asrul di hadapan peserta Musyawarah Besar I Lesbumi tahun 1962 di Bandung, Asrul lebih asyik menyoroti masalah teater dan film ketimbang sastra—bidang yang belakangan mulai digelutinya secara intensif. 46 Berkat keseriusannya di bidang film, Asrul telah banyak membuat film baik skenarionya yang ia buat maupun film tersebut ia sutradarai. Apa yang dilakukan Asrul Sani terhadap puisi, sama dan sbangun dengan apa yang dilakukannya pada film. Baginya, film adalah alat ungkap dan ekspresi personal. Dalam hal ini, Asrul Sani adalah pengarang auteur bagi karya-karyanya karena setiap karya adalah ekspresi pembuatnya. Ini merupakan perubahan besar dari pandangan generasi sebelumnya yang memandang film sebagai sarana ketakjuban. Bagi Asrul Sani, film adalah medium ekspresi. Dalam bahasa Jean Luc Godard, ia tidak membuat film politik, tetapi ia membuat film secara politik. 47

2. Chaerul Umam

Iman Chaerul Umam. Lahir di Tegal, 4 April 1943. Agama Islam. Pendidikan: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Tingkat III. Sebelum ke film aktif jadi aktor teater di ”Teater Amatir” 1964-1966, lalu ikut ”Bengkel Teater” Rendra 1966-1970. Pindah ke Jakarta pada tahun 1970 dan bergabung dengan ”Teater Kecil” pimpinan Arifin C. Noer alm. Mulai terjun ke film dalam 46 Asrul Sani, “Kedudukan Sastra dalam Sandiwara Pentas, Radio, dan Film”, dalam Satyagraha Hoerip peny., Antologi Esei tentang Persoalan-persoalan Sastra, Jakarta: PT Sinar Kasih, 1969, hal. 64-79, dalam Choirotun Chisan, LESBUMI; Strategi Politik Kebudayaan, Yogyakarta, LKiS, 2008. Hal 199-200, bandingkan dalil Pierre Paolo Pasolini yang menyatakan bahwa tugas tertinggi pembuat film jauh lebih berat ketimbang seorang penyair. Ia filmmaker harus bisa berpikir secara visual. 47 Veronica Kusuma dalam Asrul Sani dan Fragmen Keadaan, http:old.rumahfilm.orgartikel_asrul.htm . Bing Slamet Dukun Palsu 1973 sebagai Astrada asisten sutradara. Penyutradaraannya pertama ialah dalam Tiga Sekawan 1975. Pada tahun 1977 membuat film dakwah Al-Kautsar yang memenangkan penghargaan khusus pada festival Film Asia di Muangthai Thailand. Mamang, begitu panggilan akrabnya, meraih nominasi sebagai sutradara terbaik dalam Titian Serambut Dibelah Tujuh FFI 1983, Kejarlah Daku Kau Ku Tangkap FFI 1986, dan Joe Turun ke Desa FFI 1990. Tetapi akhirnya meraih pila Citra juga dalam Ramadhan dan Ramona FFI 1992. Bersama Imam Tantowi, menyutradarai Fatahillah 1997 yang juga disinetronkan. Sebelumnya pernah menyutradarai sinetron Bengkel Bang Jun. Filmografi: Bing Slamet Dukun Palsu as.std, 1973, Si Rano, Syangilah Daku, Sebelum Usia 17 as.std, 1974, Tiga Sekawan 1976, Al-Kautsar, Bidan AminahCinta Putih 1977, Sepasang Merpati 1979, Betapa Damai Hati Kami, Gadis Marathon 1981, Titian Serambut Di belah Tujuh 1982, Hati Yang Perawan 1984, Perceraian as. Std, 1985, Kejarlah Daku Kau Kutangkap 1985, Sama Juga Bohong, Bintang Kejora, Keluarga Markum 1986, Terang Bulan Di Tengah Hari 1988, Malioboro, Joe Turun Ke Desa 1989, Jangan Bilang Siapa-siapa, Oom PasikomParodi Ibukota, Boss Carmad 1990 , Nada dan Dakwah 1991, Ramadan dan Ramona 1992, Fatahillah 1997. 48 Dalam wawancara dengan penulis, Chaerul Umam mengatakan bahwa motif ia membuat film Al-Kautsar didasari oleh lingkungannya sejak kecil hingga dewasa dekat dengan lingkungan Islami dan juga didasari motif untuk melawan arus industri film nasional yang minim sekali mengambil tema agama. Bagi Chaerul Umam sebuah karya akan komunikatif apabila si pembuat tahu dan dekat dengan permasalahannya dan juga dekat dengan lingkungannya sehingga film yang 48 Apa Siapa Orang Film Indonesia. Jakarta: Penerbit Direktorat Pembinaan Film dan Rekaman Video Departemen Penerangan RI. 1999. Hal 115-6. dibuat benar-benar dapat menyampaikan pesan komunikasinya secara baik. 49 Jadi, film al-kautsar yang dibuat tak lebih dari realitas yang ada disekitar pembuatnya yang dituangkan kedalam film. 49 Wawancara penulis dengan Chaerul Umam, 4 Februari 2010. 76

BAB IV ANALISIS DATA FILM AL-KAUTSAR

A. Jalan Cerita Film Al-Kautsar dan Kontekstualisasinya Dalam Gagasan

Pembaruan Islam Tinjauan Konsepsi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Film Al-Kautsar diproduksi pada tahun 1977 oleh PT. Sippang Jaya Film pimpinan Chan Pattimura, disutradarai oleh Chaerul Umam dan skenarionya ditulis oleh Asrul Sani. Film Al-Kautsar mengisahkan Saiful Bahri Rendra, guru mengaji dari Pondok Pesantren Pabelan, dikirim ke Sekarlangit, suatu desa di luar Jawa, atas permintaan Haji Mustofa Bagong Kussudiardjo. Ia terpilih karena kecuali kepandaiannya dalam agama, juga keterampilannya dalam hal pertanian. Suatu hal yang dibutuhkan desa itu menurut Mustofa. Kedatangan Saiful menimbulkan berbagai reaksi dari penduduk desa. Haji Musa Wisnu Wardhana, yang jadi panutan penduduk, mula-mula tidak simpati pada pembaharuan yang dibawakan Saiful. Konflik halus ini meningkat karena berhadapannya Saiful dengan Tuan Harun Soultan Saladin, tengkulak yang ditakuti penduduk dan menghalalkan segala cara, termasuk “membunuh” suami Halimah Henny Kundhalini yang sudah sakit-sakitan untuk bisa memperistrinya. Niat ini tak kesampaian. Halimah malah bersimpati pada Saiful, meski Saiful berusaha tak menanggapi karena ia sudah punya pacar di Pabelan, yaitu Nurhayati Yulinar Firdaus, yang baru di akhir film diketahuinya putri Haji Musa. Halimah ikut mengajar di Madrasahnya. Maka Harun dan tangan kanannya, Kamaruddin Sutan Wahab Abdi, penjudi yang terjerat hutang pada Harun, menyebarkan fitnah. Ini gagal. Usaha pembunuhan saat berburu juga gagal. Kesempatan baik datang saat Saiful bersama penduduk penduduk membuat saluran saluran air, agar sawah desa itu tidak lagi tergantung hujan. Halimah hanyut. Saiful menyelamatkan