dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungan. Sikap dipelaajri atau dibentuk dalam konteks budaya. Sikap ini kemudian mempengaruhi kesiapan untuk memberi
respons dan tingkah laku. Pengaruh kebudayaan terhadap sistem keyakinan, nilai dan sikap dapat terlihat dalam contoh menyerupai pertarungan antara binatang
banteng dengan orang yang berasal dari negara Spanyol. Bagi sejumlah orang di Amerika, kekejaman terhadap binatang adalah perbuatan yang salah. Contoh dan
kekejaman ini ialah kegiatan secara sistematik untuk membuat lemah dan kemudian membubuh binatang banteng tersebut. Akibatnya banyak orang Amerika
Serikat yang memandang pertandingan manusia binatang dalam rangka sifat yang negatif dan secara aktif akan menghindarkan diri dari kemungkinan terekspose
pada peristiwa tersebut. Tetapi bagi orang Amerika Latin, pertarungan manusia dengan banteng diyakini sebagai cara untuk mempertunjukkan keberanian
sehingga dinilai positif.
14
2. Pandangan Dunia
Unsur budaya ini berkaitan dengan orientasi, pandangan hidup manusia terhadap makhluk dan masalah-masalah filosofis mengenai Tuhan, kemanusiaan,
alam, alam semesta. Pandangan hidup ini bersifat abadi dan merupakan landasan budaya. Konsep pemahamannya cukup sulit karena sangat abstrak di antara unsur-
unsur kebudayaan.
15
Unsur kebudayaan ini, walaupun sebagai konsep dan deskripsi bersifat abstrak, tetapi merupakan salah satu yang terpenting dari aspek-
aspek perseptual komunikasi antar budaya. Karena sifatnya yang kompleks,
14
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, tanpa tahun. Hal 27- 28
15
Alex H. Rumondor, Materi Pokok Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, hal. 62-63
kadang-kadang sulit untuk memisahkan dan mengindentifikasikannya dalam suatu peristiwa antara budaya.
16
Pandangan hidup merupakan landasan pokok yang paling mendalam dari suatu kebudayaan. Efeknya seringkali sangat tersamar sehingga tidak dapat terlihat
secara nyata seperti misalnya cara-cara berpakaian, gerak isyarat dan perbendaharaan kata.
17
Apalagi pandangan hidup tersebut menyebar, menjiwa serta membudaya ke dalam keseluruhan aspek kebudayaan. Dalam pandangan
hidup itu melekat pula kepercayaan, nilai-nilai, sikap dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
18
3. Organisasi Sosial
Organisasi sosial sebagai unsur budaya, merupakan cara bagaimana suatu budaya mengorganisasikan dirinya dan bagaimana lembaga-lembaganya
mempengaruhi cara anggota-anggota budaya itu mempersepsi dunia serta bagaimana pula mereka berorganisasi.
19
Ada dua macam bentuk pengaturan sosial yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya:
a. Kebudayaan geografik, yakni negara, suku-bangsa, kasta, sekte keagamaan dan lain sebagainya yang dirumuskan berdasarkan batas-batas geografik.
b. Kebudayaan-kebudayaan peranan, yaitu keanggotaan dalam posisi-posisi sosial yang jelas batasannya dan lebih spesifik, sehingga menghasilkan perilaku
komunikasi yang khusus pula. Pengorganisasian masyarakat atas dasar peranan ini melintasi organisasi masyarakat secara geografik dan mencakup seluruh
16
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, tanpa tahun. Hal 28
17
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, tanpa tahun. Hal 28-29
18
Alex H. Rumondor, Materi Pokok Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, hal. 63
19
Alex H. Rumondor, Materi Pokok Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, hal. 63
organisasi-organisasi yang menekankan ideologi-ideologi tertentu. Karena kebudayaan-kebudayaan peranan mangajarkan cara-cara berperilaku dalam posisi-
posisi sosial khusus, maka jelas pengaruhnya terhadap komunikasi antarbudaya. Misalnya, seorang tenaga pengajar di Indonesia telah mempelajari seperangkat
cara-cara bertingkah laku komunikasi yang sangat berbeda dari apa yang dipelajari dan dimiliki oleh seorang pelacur di Amerika. Dalam hal ini, dua kebudayaan
peranan sosial telah memberikan batasan kepada masing-masing anggotanya pola- pola bertingkah laku tertentu dan menentukan jaringan komunikasinya. Apalagi
anggota dari kebudayaan-kebudayaan geografik mungkin menemukan kesulitan dalam proses komunikasi antar budaya karena latar belakang pengalaman yang
sangat berbeda sehingga kerangka acuan berbeda pula, maka anggota-anggota dari kebudayaan peranan mungkin lebih mudah untuk berkomunikasi dalam batasan
peranan-peranannya walaupun mereka berasal dari kebudayaan-kebudayaan geografik yang berbeda.
20
Beberapa unit-unit sosial yang dominan berpengaruh dalam suatu kebudayaan ialah: keluarga, sekolah dan lembaga keagamaaan. Institusi-institusi
ini bertanggungjawab dalam transmisi budaya dari satu generasi ke generasi lain dan pelestariannya. Kita semua merupakan anggota dari bermacam-macam
institusi sosial, yaitu dari yang berjangka waktu lebih singkat seperti sekolah, sampai pekerjaan. Semua institusi ini mempunyai derajat pengaruh tertentu
terhadap pembentukan diri dalam kebudayaan. Semua unsur-unsur sosial budaya di atas mempengaruhi proses-proses persepsi. Walaupun demikian daftar dari
unsur-unsur budaya itu bersifat terbatas “exhaustive”. Segala segi atau aspek kebudayaan dapat dimasukkan ke dalam macam-macam cara klasifikasi dan cara
20
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, tanpa tahun. Hal 29-30.
analisis. Bagaimanapun dua hal yang perlu ditegaskan, yakni: 1. Apa yang dipersepsikan sebagai hal yang penting bervariasi dari satu kebudayaan ke
kebudayaan lain; 2 Apa yang dikomunikasikan oleh dan bagaimana seseorang berkomunikasi meruapakan pencerminan dari apa yang dipersepsikan oleh
kebudayaannya.
21
Harris dan Moran 1979 mengajukan sepuluh klasifikasi umum sebagai model sederhana untuk menilai dan menganalisis suatu kebudayaan secara
sistematik, yakni: a. Komunikasi dan Bahasa
b. Pakaian dan penampilan c. Makanan dan cara makan
d. Konsep dan kesadaran tentang waktu f. Pemberian imbalan dan pengakuan
g. Hubungan-hubungan h. Konsep kesadaran diri dan jarak ruang
j. Keyakinan kepercayaan dan sikap. Harris dan Moran juga mengakui bahwa kategorisasi tersebut belum
mencakup semua aspek kebudayaan atau satu-satunya cara untuk menganalisis kebudayaan. Hanya diingatkan oleh mereka bahwa semua aspek kebudayaan saling
berkaitan sehingga berubahnya salah satu aspek atau bagian dapat mengakibatkan berubahnya keseluruhan. Harris dan Moran juga menyatakan bahwa ada berbagai
macam cara pendekatan anthropologis terhadap analisis kebudayaan. Selain yang
21
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, tanpa tahun. Hal 30
telah disebut tadi, ada alternatif lain yang bisa dipilih, yakni pendekatan sistem yang terkoordinasi.
22
C. Teori Film
Sebagai sebuah bentuk kesenian, film adalah sama dengan media artistik lainnya, karena ia memiliki sifat-sifat dasar dari media lain tersebut yang terjalin
dalam susunannya yang beragam itu. Seperti halnya seni lukis dan seni pahat, film juga mempergunakan garis, susunan, warna, bentuk, volume, dan massa, sama
baiknya dalam saling pengaruh-mempengaruhi secara halus antara cahaya dan bayang-bayang. Sebagian besar dari petunjuk-petunjuk komposisi fotografi yang
dijadikan anutan dalam film juga sama dengan yang dipergunakan dalam seni lukis dan seni pahat. Seperti drama, film melakukan komunikasi verbal melalui dialog.
Seperti musik dan khususnya seperti puisi ia berkomunikasi melalui citra, metafora dan lambang-lambang. Laksana pantomime, film memusatkan diri pada gambar
bergerak dan seperti tari, gambar bergerak itu memiliki sifat-sifat ritmis tertentu. Akhirnya seperti novel, film mempunyai kesanggupan untuk memainkan waktu
dan ruang, mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak-majukan atau memundurkannya secara bebas dalam batas-batas wilayah yang cukup lapang dari
kedua dimensi ini. Tapi biarpun antara film dan media terdapat kseamaa-kesamaan, film
adalah sesuatu yang unik, yang dibedakan dari segenap media lainnya karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap. Berkat unsur ini, film dapat
melangkahi keterbatasan statis lukisan dan hasil seni pahat pada segi keruwetan pikatan daya tariknya dan sekaligus berkomunikasi serentak dengan
22
Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia, tanpa tahun. Hal 30