Menilai Kualitas Terjemahan Teori Terjemah

50 Metode ketujuh, yaitu idiomatis. Metode ini bertujuan meproduksi pesan dalam teks Bsu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatis yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorasi nuansa makna. Metode kedelapan, yaitu komunikatif. Metode ini merupakan metode yang sangat sempurna dalam penerjemahan, sebab metode ini berupaya memberikan makna konstektual Bsu yang tepat sedemikian rupa sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Menurut Machali, metode ini sesuai dengan namanya, memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Menurut Newmark hanya metode semantik dan komunikatiflah yang dapat memenuhi tujuan utama penerjemahan, yaitu keakuratan dan keekonomisan. Menurutnya penerjemahan semantik ditulis pada tingkat linguistik penulis dan digunakan untuk teks- teks ekspresif, sedangkan penerjemahan komunikatif pada linguistik pembaca dan digunakan untuk teks-teks vokatif dan informatif.

4. Menilai Kualitas Terjemahan

Sebagai pembaca terjemahan, selain menikmati karya terjamahan, pertanyaan mengapa suatu terjemahan “baik” dan “kurang baik” sering muncul dan sering sulit dijawab. Apa alat ukur atau pedoman untuk menilai mutu atau kualitas terjemahan? Pertanyaan ini sampai sekarang belum dapat dijawab tuntas. Penilaian kualitas terjemahan tentu harus didasarkan pada norma-norma objektif. Berpedoman pada karya Nida Taber 1969 dan Newmark 1988, maka suatu terjemahan dikatakan “baik”kalu berorientasi pada pendengarpembaca Bsa. Penilaian terhadapa kualitas terjemahan terkait erat dengan fungsi terjemahan sebagai alat komunikasi ini pada umumnya dipahami sebagai upaya untuk mengalihkan 51 pengetahuan, teknologi, dan budaya dari suatu bahasa ke bahasa lainnya. Selain itu, penilaian terhadap kuallitas terjemahan akan memberikan manfaat bagi pembaca teks bahasa sasaran, penerjemah profesional, peneliti di bidang penerjemahan, dan peserta pelatihan penerjemahan. Bagi pembaca teks bahasa sasaran, hasil penilaian kualitas tejemahan dapat digunakan sebagai patokan apakah penerjemah yang menghasillkan terjemahan tersebut dipercaya ataukah tidak. Bagi penerjemah profesional, hasil penilaian kualitas terjemahan menjadi indikator perihal tingkat keterampilan mereka yang berpengaruh langsung terhadap penghasilan mereka. Dapat dipastikan bahwapenerjemah yang berkualitas tinggi akan mempunyai daya tawar menawar yang lebih tinggi pula. Bagi para peneliti di bidang penerjemahan, hasil penilaian terhadap kualitas terjemahan dapat digunakan sebagai masukan yang sangat berharga dalam menentukan arah penelitian selanjutnya. Bagi para peserta pelatihan penerjemahan, hasil penilaian terhadap kualitas terjemahan dapat digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas terjemahan mereka secara sistematis Honig, 1997:15. Menilai kualitas terjemahan merupakan salah satu aktivitas penting dalam penerjemahan. Ada tiga alasan menilai kualitas terjemahan: 1 Untuk melihat keakuratan 2 Untuk mengukur kejelasan 3 Untuk menimbang kewajaran suatu terjemahan Keakuratan berarti sejauh mana pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Kewajaran berarti sejauh mana pesan dikomunikasikan dalam bentuk yang lazim. Karenanya, aspek yang dinilai, yaitu pesan terjemahkan atau tidak, kewajaran dan ketepatan pengalihan pesan sesuai dengan bahasa sekarang, dan kesesuaian hal-hal teknis dalam kerja penerjemahan dengan tata bahasa dan ejaan yang berlaku. 52 Sesuai dengan tujuan tersebut, Moch. Syarif Hidayatullah menawarkan metode lain yang mungkin lebih sederhana. Menurutnya, penilaian terhadap kualitas terjemahan selain dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati dan membaca secara cermat, juga dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian secara matematis. Meski penilaian secara matematis bersifat subyektif-relatif, tetapi penilaian secara matematis dapat digunakan untuk memberi penilaian kepada mahasiswa atau penerjemah pemula. Penilaian ini juga bisa diterapkan oleh penerbit untuk menilai apakah suatu hasil terjemahan layak dikonsumsi atau tidak. Berikut pedoman penilaian yang ditawarkan oleh Moch. Syarif Hidayatullah: a. Terjemahan diberi nilai awal 100. b. Klausa atau kalimat yang tidak diterjemahkan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 10 poin. c. Terjemahan yang salah menyampaikan pesan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 5 poin. d. Frasa, diksi, kolokasi, konstruksi atau komposisi, dan tata bahasa yang tidak dialihkan secara tepat sesuai kaidah dalam Bsa, berakibat pengurangan skor sebanyak 2 poin. e. Kesalahan ejaan dan tanda baca, berakibat pengurangan skor sebanyak 1 poin. 38

B. Definisi istilah