Menurut Hassan Hanafi, dunia Islam sedang menghadapi tiga ancaman, yaitu imperialisme, zionisme dan kapitalisme dari luar serta kemiskinan, ketertindasan dan
keterbelakangan dari dalam. Kiri Islam berfokus pada problem-problem era ini.
3.1.2. Revitalisasi Khazanah Islam Klasik
Hassan Hanafi menjelaskan ada 3 tiga pendekatan terhadap khazanah klasik
25
. Pertama adalah pendekatan kaum tradisionalis yang beranggapan bahwa khazanah lama telah
memberikan solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi di segala zaman masa lalu, masa kini, dan masa depan. Pendekatan kedua erat kaitannya dengan usaha-usaha pembaharuan
yang dimotori oleh kaum Modernis. Mereka ingin membangun sebuah ”bangunan” baru disamping ”bangunan” lama yang dianggap seperti tidak mempunyai nilai sama sekali.
Adapun pendekatan ketiga adalah gabungan antara tradisi dan pembaruan. Sebuah pendekatan yang bermaksud mengidentifikasi kedua nilai tersebut dalam rangka mencari
yang relevan dengan perubahan zaman. Menurut Hassan Hanafi, ada 2 dua cara dalam menafsirkan kembali khazanah Islam
klasik. Pertama adalah reformasi bahasa linguistik. Bahasa adalah alat untuk mengekspresikan ide-ide sehingga perlu direformasi agar tetap memenuhi fungsinya sebagai
media ekspresi dan komunikasi. Reformasi ini dapat dilakukan secara otomatis tilqa’iyya ketika kesadaran berpaling dari bahasa lama kepada makna dasarnya, kemudian berusaha
untuk mengekspresikan kembali makna dasar ini dengan menggunakan bahasa-bahasa yang sedang berkembang. Dengan demikian, makna yang dipegang adalah makna tradisi, sedang
bahasanya adalah bahasa yang telah direformasi.
25 Ibid, hal. 45.
Universitas Sumatera Utara
Sebagi contoh tentang makna dari istilah “Islam” yang biasanya secara umum diartikan sebagai sebuah agama tertentu. Menurut Hassan Hanafi sebaiknya istilah ini diganti
dengan “pembebasan” sebagaimana disimbolkan dalam syahadat. Asumsi dasar dari pandangan teologi semacam ini adalah bahwa Islam, dalam pandangan Hassan Hanafi, adalah
protes, oposisi dan revolusi
26
. Baginya, Islam memiliki makna ganda. Jika untuk mempertahankan status-quo suatu rezim politik, Islam ditafsirkan sebagai tunduk. Sedang
jika untuk memulai suatu perubahan sosial politik melawan status-quo, maka harus menafsirkan Islam sebagai pergolakan
27
. Cara kedua untuk pembaruan khazanah klasik adalah dengan mengganti obyek
kajian
28
dari ilmu-ilmu keIslaman tradisional yang sarat dengan latarbelakang kemunculannya budaya lingkugan pada situasi dan kondisi tertentu. Settingan ini tentu
berpengaruh pada pada perkembangan ilmu-ilmu tersebut : esensi, metode, hasil dan bahasanya sehingga menyebabkan disiplin keilmuan tersebut tidaklah absolut dan karenanya
berubah. Hassan Hanafi memberi contoh pada teologi ilmu kalam. Pendekatan tradisional mendefinisikan objek dari ilmu ini adalah keesaan Tuhan. Menurut Hassan Hanafi, objek
tersebut harus diganti dengan manusia, yakni kesatuan manusia. Pergantian ini akan menggiring kita untuk mengakui persamaan manusia. Dapat disimpulkan penafsiran yang
bercorak transformatif sebagai hasil akhir dari rumusan praktis metodologi ini. Kiri Islam lahir dari kesadaran penuh atas posisi tertindas umat Islam, untuk
kemudian melakukan rekonstruksi terhadap seluruh bangunan pemikiran Islam tradisional agar dapat berfungsi sebagai kekuatan pembebasan. Upaya rekonstruksi ini adalah suatu
keniscayaan karena bangunan pemikiran Islam tradisional yang sesungguhnya satu bentuk
26 Hassan Hanafi, “Pandangan Agama tentang Tanah, Suatu Pendekatan Islam,” dalam Prisma 4, April 1984, hal. 103. 27 Ibid, hal. 104.
28 Din Wahid, “Kiri Islam”, hal. 46.
Universitas Sumatera Utara
tafsir justru menjadi pembenaran atas kekuasaan yang menindas. Upaya rekonstruksi ini diawali dengan menjaga jarak terhadap Asy’arisme, pemikiran keagamaan resmi yang telah
bercampur dengan tasawuf dan menajdi ideologi kekuasaan, serta mempengaruhi perilaku negatif rakyat untuk hanya menunggu perintah dan ilham dari langit. Hassan Hanafi lebih
terbuka dengan Mu’tazilah versi Muhammad Abduh yang memproklamirkan kemampuan akal untuk mencapai pengetahuan dan kebebasan berinisiatif dalam perilaku. Juga
melanjutkan apa yang dirintis oleh Al-Kawakibi dalam menganalisis faktor-faktor sosial politik untuk membebaskan dan memperkuat kaum muslimin. Dan Kiri Islam juga mewarisi
kapabilitas Muhammad Iqbal dan upaya-upayanya dalam “Pembaharuan Pemikiran Keagamaan dalam Islam” Reconstruction of Islamic Thoughts.
3.1.3. Oksidentalisme : Sikap Terhadap Turas Barat