Oksidentalisme : Sikap Terhadap Turas Barat

tafsir justru menjadi pembenaran atas kekuasaan yang menindas. Upaya rekonstruksi ini diawali dengan menjaga jarak terhadap Asy’arisme, pemikiran keagamaan resmi yang telah bercampur dengan tasawuf dan menajdi ideologi kekuasaan, serta mempengaruhi perilaku negatif rakyat untuk hanya menunggu perintah dan ilham dari langit. Hassan Hanafi lebih terbuka dengan Mu’tazilah versi Muhammad Abduh yang memproklamirkan kemampuan akal untuk mencapai pengetahuan dan kebebasan berinisiatif dalam perilaku. Juga melanjutkan apa yang dirintis oleh Al-Kawakibi dalam menganalisis faktor-faktor sosial politik untuk membebaskan dan memperkuat kaum muslimin. Dan Kiri Islam juga mewarisi kapabilitas Muhammad Iqbal dan upaya-upayanya dalam “Pembaharuan Pemikiran Keagamaan dalam Islam” Reconstruction of Islamic Thoughts.

3.1.3. Oksidentalisme : Sikap Terhadap Turas Barat

Dalam mewujudkan Kiri Islam mengharuskan adanya proses rekonstruksi tradisi kebudayaan Barat yang dicirikannya sebagai kebudayaan murni historis, di mana wahyu Tuhan tidak dijadikan sebagai sentral peradaban. Pandangan obyektif dan kritis dalam pemikiran Hassan Hanafi disebut juga dengan “oksidentalisme”. Proyek ini diharapkan menjadi kekuatan wacana penyeimbang dalam melihat Barat dan upaya westernasasi. Oksidentalisme adalah wajah lain dan tandingan bahkan berlawanan dengan Orientalisme. Orientalisme melihat ego Timur melalui the other. Orientalisme lama adalah pandangan ego Eropa terhadap the other non Eropa, subyek pengkaji terhadap obyek yang dikaji 29 . Di sini terjadi superioritas Barat dalam melihat Timur. Hal demikian dibalikkan dengan Oksidentalisme, yag tugasnya yaitu mengurai inferioritas sejarah hubungan ego 29 Issa J. Boullata, Dekonstruksi Tradisi, Gelegar Pemikiran Arab Islam Yogyakarta : LKIS, 2001, hlm. 62. Universitas Sumatera Utara dengan the other, menumbangkan superioritas the other Barat dengan menjadikannya sebagai obyek yang dikaji, dan melenyapkan infererioritas kompleks ego dengan menjadikannya sebagai subyek pengkaji. Hanya saja Oksidentalisme kali ini dibangun di atas ego yang netral dan tidak berambisi merebut kekuasaan, dan hanya menginginkan pembebasan 30 . Ia juga tidak ingin mendiskreditkan kebudayaan lain, dan hanya ingin mengetahui keterbentukan dan struktur peradaban Barat. Seperti diklaim oleh Hassan Hanafi, ego Oksidentalisme lebih bersih, obyektif, dan netral dibadindingkan ego Orientalisme 31 . Sebuah kenyataan bahwa barat kini secara ekonomi lebih maju dari timur. Dan perihal ini dipandang secara bulat-bulat oleh kebanyakan orang timur untuk seluruhnya berkiblat kepadanya. Melalui paham developmentalism barat mengekspor ideologi yang sepertinya tidak dapat di tolak oleh seluruh negara di dunia. Kemudian negara-negra berkembang mengamini, lalu berjuang dengan disiplin puritan dan sikap licik nomer satu untuk mampu maju secara ekonomi dan teknologi. Sepertinya hal itu adalah sebuah keniscayaan atas sebuah pembangunan manusia yang komperehensif. Berbagai kritik di lontarkan atas agama baru ini developmentalisme tetapi tidak ada yang kunjung mampu menghentikan kekuatan paham ini bahkan justru membuatnya memodisfikasi strategi yang lebih jitu lagi. Sejak munculnya revolusi sains hingga merubah paradigma dunia dalam memandang alam dan segala isinya. Maka berubah pula paradigma-paradigma sosial yang ada. Kemunculan ilmu-ilmu empirik baru dan menangnya filsafat-filsafat positifistik membuka gerakan dan percepatan lain bagi sejarah dunia ini. Sebut saja Copernicus, Galileo, 30 Zacky Khairul Umam, dalam artikel“Rekonstruksi Dialog Islam Barat” Republika On-line, 15 Februari 2006. 31 Happy Susanto , dalam artikel “Geliat Baru Pemikiran Islam Kontemporer”, hal. 5. Universitas Sumatera Utara Newton, dan Descartes orang-orang jenius abad pertengahan telah memetakan dunia baru. Bagi kaum materialis terciptanya ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan peluang bagi dirinya untuk melakukan eksplorasi dan efesiensi kegiatan ekonomi. Alat digunakan sebaik mungkin untuk mengakumulasikan kapital sebanyak-banyaknya. Dan sudah menjadi hukumnya perilaku tersebut memerlukan tanah-tanah baru dan sumberdaya-sumberdaya baru yang lebih kaya lagi murah. Selanjutnya pandangan-pandangan merkantilisme mendorong penguasa-penguasa untuk melakukan pembiyayaan besar-besaran atas sejumlah pelayaran dan ekspedisi.Di Spanyol, raja dan ratu mendukung secara kuat Colombus untuk menemukan dunia baru. Dengan diikuti kongsi-kongsi dagang melaui pelaut-pelaut eropa dengan motif Gold, Gospel, Glory emas, gerejaagama, kejayaan. Jadi upaya globalisasi di era kolonial diarahkan untuk memenuhi kebutuhan negara-negara yang lebih dahulu maju dengan mengeksploitasi negara atau daerah yang lebih terbelakang. Globalisasi ekonomi yang telah berakar berabad-abad terus berevolusi. Munculnya tatanan strata sosial baru antara kaum penjajah dan terjajahpun tidak bisa dihindarkan. Bahkan budaya superior dan inferiorpun muncul sebagai konsekuensi logisnya. Universalisasi nilai, ukuran dan ideologi dipaksakan masuk dalam budaya bangsa-bangsa terjajah yang menyebabkan akulturasi yang tidak seimbang. Situasi yang demikian menyebabkan pribumi secara tidak sadar dan berangsur-angsur mulai memberikan legitimasi kepada penjajah untuk kemudian mengakui bahwa dirinya adalah subordinat dari kaum emperialis. Dari situ mulailah pendiktean atas tradisi, moral dignity, dan pola pikir bangsa- bangsa terjajah. Yang oleh Antonio Gramsci disebut dengan istilah hegemoni. Universitas Sumatera Utara

3.1.4. Fundamentalis Islam Sebagai Reaksi Atas Imperialisme