2.1.5. Kutis
Kulit di daerah dorsum dan sisi hidung biasanya tipis dan longgar. Di daerah nasofrontalis dan lower lateral biasanya lebih tebal dan erat. Ketebalan
kulit ini berperan penting pada perencanaan operasi. Undermining
terlalu superfisial akan menyebabkan kontraksi dan retraksi. Permukaan tulang atau
tulang rawan yang tersisa akan teraba dan tampak nyata pada kulit yang tipis Ballenger,1994.
2.1.6. Otot
Otot hidung bersifat elevetor yang dapat memendekkan hidung dan melebarkan cuping hidung. Salah satunya adalah m. proserus yang dapat
dianggap sebagai sambungan dari m. frontalis dan berinsersi pada aponeurosis dorsum nasi. Lapisan ini dapat ditemukan pada bagian bawah dari tulang hidung
dan bagian atas dari kartilago lateral atas Hilger,1997. M. dilator m. nasalis pars alaris membuka nostril dan berasal dari sutura
nasomaksilaris dan jaringan fibrosa yang menghubungkan “ fibro fatty tissue
” dengan kartilago lateral bawah dan apertura piriformis. Insersinya adalah pada
kulit dan lipatan nasolabial. Otot levator labii superior membuka nares dan berasal dari prosesus frontalis os maksilaris. Ia menempel pada lapisan
perikondrium dari kartilago lower lateral. M. depressor septi menurunkan tip hidung dan membuka nostril pada saat inspirasi maksimal Ballenger, 1994.
Budi Mulyana: Ukuran Dan Bentuk Hidung Pada Suku Batak, 2007. USU e-Repository © 2008
Ia merupakan bagian dari m. orbikularis bibir atas dan berinsersi pada kolumela. Satu-satunya otot yang mempunyai efek kompresi, memanjangkan
hidung dan kontraksi nostril adalah m. nasalis pars transversa musculi nasalis. Sehingga otot ini adalah antagonis m. procerus. Ia berasal dari lateral apertura
piriformis dan berinsersi pada lapisan aponeurosis dorsum nasi. Semua otot ini harus dilindungi pada saat melakukan rinoplasti, karena cedera pada otot
tersebut dapat menyebabkan kekakuan pada hidung, kecuali untuk mengurangi tegangan pada tip hidung dapat dilakukan pemotongan pada m. depressor septi
Trimartani, 2000.
2.1.7. Perdarahan