berkomitmen dalam mencapai tujuan organisasi, dan 3 mempunyai inisitif serta bersifat optimisme. Hal senada juga sesuai dengan hasil penelitian dari Dulewicz dan
Higg 2003.
5.5. Pengaruh Empati Pemimpin terhadap Motivasi Kerja Perawat di Rumah
Sakit Bangkatan Binjai
Keahlian dalam membangun dan mempertahankan bakat, kepekaan terhadap perasaan orang lain, berkomunikasi efektif merupakan aspek yang sangat pentin
dalam berorganisasi, demikian juga empati yang ditunjukkan oleh kepala keperawatan terhadap tenaga perawat dalam pelaksanaan kerjanya, sebesar 79,1
perawat menyataka pemimpin dalam kesehariannya menunjukkan empati kepada orang lain, sebesar 62,8 perawat menyatakan pemimpin mampu menyelesaikan
konflik dengan baik, dan sebesar 76,6 perawat menyatakan pemimpin menunjukkan komunikasi interpersonal yang efektif Tabel 4.9.
Setelah melalui uji statistik regresi berganda maka diperoleh nilai signifikan =0,167 yang berarti terdapat pengaruh empati pemimpin yang ditunjukkan kepala
keperawatan rumah sakit Bangkatan Binjai terhadap motivasi kerja tenaga perawat dalam pelaksanaan keperawatan. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat
dijelaskan bahwa semakin tinggi rasa empati pemimpin terhadap tenaga perawat akan meningkatkan motivasi kerja tenaga perawat tersebut.
Sesuai dengan pendapat Goleman 2000, yang menyatakan pemimpin dengan empati yang tinggi, pemimpin ini mampu menciptakan keharmonisan dan kooperatif,
peduli dengan orang lain. Pemimpin ini efektif dalam memperbaiki keretakan antara
Tuti Sumarni : Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit..., 2008 USU e-Repository © 2008
anggota tim dan memotivasi orang dalam keadaan krisis. Hal ini juga sama dengan pendapat Patra 2004 yang menyatakan semakin tinggi seorang empati yang dimiliki
seorang pemimpin dia akan semakin mengerti akan orang lain dan selalu bersikap berorientasi servis sehingga dapat neningkatkan prodoktivitas dan menyenangkan
pelanggan.
5.6. Pengaruh Kecakapan Sosial Pemimpin terhadap Motivasi Kerja Perawat
di Rumah Sakit Bangkatan Binjai
Kecakapan sosial atau ketrampilan sosial merupakan kemampuan untuk memimpin upaya perubahan, pembujukkan, dan keahlian dalam membangun dan
memimpin tim merupakan faktor yang penting pada seorang pemimpin. Kecakapan sosial atu ketrampilan sosial yang dimiliki kepala keperawatan di rumah sakit
Bangkatan Binjai adalah: sebesar 55,8 perawat menyatakan pemimpin mampu mengartikulasikan pemikiran bawahannya, sebesar 55,8 perawat menyatakan
apabila ada masalah masalah pemimpin mampu memberikan saran dan mendukung bawahannya, dan sebesar 44,2 perawat menyatakan pemimpin mampu
mempengaruhi orang lain Tabel 4.10. Berdasarkan hasil uji regresi berganda diperoleh nilai signifikan =0,147,
yang berarti ada pengaruh kecakapan sosial atau ketrampilan sosial pemimpin yang ditunjukkan kepala keperawatan rumah sakit Bangkatan Binjai terhadap motivasi
kerja tenaga perawat dalam pelaksanaan keperawatan. Mengacu kepada hasil uji regresi berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin baik atau semakin tinggi
Tuti Sumarni : Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit..., 2008 USU e-Repository © 2008
kecakapan sosial yang ditunjukkan kepala keperawatan terhadap tenaga perawat akan meningkatkan motivasi kerja tenaga perawat dalam pelaksanaan keperawatan.
Sesuai dengan pendapat Gerungan 2002, yang menyatakan pemimpin yang baik itu memilki ciri-ciri sebagai barikut: warmth of feeling, spontaneity of
expression, objectivity of social thinking, and cooperatives of social thinking, dimana pemimpin yang mempunyai ciri-ciri tersebut dapat meningkatkan motivasi kerja
bawahannya. Berdasarkan analisa bivariat untuk melihat pengaruh antara masing-masing
komponen kecerdasan emosional pemimpin kesadaran diri, manajemen diri, motivasi diri, empati dan kecakapan sosial dengan masing-masing komponen
motivasi kerja perawat tanggung jawab, memikul risiko profesi, memiliki tujuan yang realistik, memiliki rencana kerja, memanfaatkan umpan balik dan mencari
kesempatan Dari hasil dapat dilihat pengaruh yang signifikan antara komponen kesadaran diri terhadap komponen memikul resiko profesi dengan nilai sig.=0,006,
komponen motivasi diri terhadap komponen mencari kesempatan dengan nilai sig.=0,025, serta komponen kecakapan sosial dengan komponen mencari kesempatan
dengan nilai sig.=0,019. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Bangkatan Binjai selain dari
faktor kecerdasan emosional pemimpin, sebagaimana yang diungkapkan oleh Arep dan Tanjung 2004, sumber-sumber yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu :
kebutuhan manusia, kompensasi, komunikasi, kepemimpinan, pelatihan, dan prestasi.
Tuti Sumarni : Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit..., 2008 USU e-Repository © 2008
Motivasi kerja terbentuk dari sikap attitute karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan situation. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positip terhadap situasi
kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja yang maksimal, seperti yang diungkapkan oleh Mangkunegara 2005. Individu yang
tinggi kerjanya akan menunjukkan keutamaan yang tinggi kepada situasi yang sederhana, yaitu kemungkinan derajat mencapai keberhasilan dan kegagalan sama.
Sebaliknya orang-orang yang rendah motivasi kerjanya suka kepada situasi yang sangat sukar atau sangat mudah mencapai keberhasilan.
Motivasi kerja yang tinggi bukan sesuatu yang bisa diwarisi begitu saja, juga dapat dipengaruhi situasi sekitarnya, maka motivasi kerja yang tinggi dapat dibentuk
mengikuti cara tertentu. Individu dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi lebih menyukai situasi pekerjaan dengan memiliki tanggung jawab pribadi, memikul
resiko, memiliki tujuan, memilki rencana kerja, memanfaatkan umpan balik, serta mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana. Bila karakteristik-karakteristik ini
ada, peraih prestasi tinggi akan termotivasi. Salah satu keadaan atau situasi yang mampu untuk meningkatkan motivasi
kerja adalah kecerdasan emosional seorang pemimpin, dimana kecerdasan emosional seseorang merupakan penentukunci terhadap kepemimpinan yang efektif. Persepsi
bawahan terhadap efektivitas pemimpin berkaitan dengan kecerdasan emosional pemimpin menurut hasil penelitian Kerr dan kawan-kawan. Pemimpin dengan
Tuti Sumarni : Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit..., 2008 USU e-Repository © 2008
kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai sikap terbuka, transparan, akomodatif, konsisten, satu kata dengan perbuatan, menepati janji, jujur adil, tidak tergesa-gesa
dalam mengambil keputusan, lebih mengutamakan rasio dari pada emosi, tidak reaktif bila mendapat kritik, dan berwibawa. Kewibawaannya ditegakkan dengan arif
bijaksana, bukan semata-mata dengan power atau kekuasaan. Berdasarkan hasil penelitian diatas juga didukung oleh penelitian dari Barling,
Mourinho dan Kelloway 2000 yang menyimpulkan adanya hubungan kecerdasan emosional seorang pemimpin dengan motivasi kerja bawahannya.
Tuti Sumarni : Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN