34 dasar setiap warga negara meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan,
membina, memelihara, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa usaha-usaha
kesejahteraan sosial merupakan upaya ditujukan kepada manusia baik individu, kelompok maupun masyarakat.
Badan Pusat Statistik BPS menyebutkan tentang latar belakang informasi mengenai konsep dan istilah yang digunakan dalam statistik Kesejahteraan Sosial
diantaranya adalah kondisi rumah tangga, luas lantai, daerah perkotaan atau pedesaan, probabilitas bayi mati sebelum mencapai usia satu tahun, keluhan
masyarakat terhadap kesehatan, imunisasi, pasien rawat inap, status gizi, narapidana, aksi dan korban kejahatan, luas lantai, mendengarkan radio, membaca
koran atau surat kabar, serta menonton televisi. Dari kelompok tersebut BPS melakukan pengelompokan menjadi empat indikator dalam pengukuran
kesejahteraan sosial, yaitu : pendapatan, kesehatan, perumahan, dan gizi.
2.6 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan hal yang berkaitan erat dengan pengangguran. Indonesia sendiri masih memiliki angka kemiskinan yang tinggi begitu mula
masalah penganggurannya. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus memiliki keterampilan disertai kemauan untuk melakukan usaha-usaha alternatif untuk
35 dapat memenuhi kebutuhan hidup. Contohnya adalah seperti para penenun ulos di
desa Lumban Siagian Jae. Penenun ulos merupakan profesi yang berkaitan dengan budaya dan
keterampilan tradisional. Profesi ini biasanya ditekuni oleh wanita dengan menggunakan alat-alat tradisional. Profesi ini pernah berjaya dulu dan menjadi
penopang kebutuhan hidup keluarga. Akan tetapi kini penenun ulos tradisional telah kalah bersaing dengan penenun-penenun lainnya yang telah menggunakan
mesin yang lebih canggih di kota-kota besar. Kesulitan demi kesulitan pun kian dialami para penenun mulai dari kurangnya perhatian dari pemerintah daerah,
harga ulos hasil tenun mereka tidak tetap dan harga bahan pembuatan seperti benang semakin mahal, hingga kebutuhan hidup semakin meningkat. Hal tersebut
membuat para penenun ulos tradisional kini merasa sosial ekonominya berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Kebutuhan makan sehari-hari, penghasilan
rumah tangga, biaya sekolah anak, situasi perumahan, dan biaya perobatan bila sakit menjadi sesuatu yang mereka anggap susah untuk dipenuhi pada masa
sekarang ini. Secara umum kehidupan para penenun ulos penenun ulos di desa Lumban
Siagian Jae ini memang masih tergolong menengah ke bawah. Pada umumnya mereka juga berprofesi sebagai petani dan berkebun untuk menambah pendapatan
keluarga. Melalui penelitian ini nantinya akan diketahui lebih detailnya mengenai
kondisi sosial ekonomi penenun ulos di desa Lumban Siagian Jae. Kondisi sosial
36 ekonomi tersebut akan terlihat dari enam komponen yang membentuknya, yaitu:
pendapatan, pekerjaan, rumah, pendidikan, kesehatan, dan pola konsumsi. Untuk lebih jelas kerangka pemilikiran dalam penelitian ini, berikut
disajikan bagan alur pemikirannya.
37 Bagan 1. Bagan Alir Pemikiran
Penenun Ulos di desa Lumban Siagian Jae kecamatan Siatas Barita
kabupaten Tapanuli Utara
Sosial Ekonomi
Pendapatan Pekerjaan
Rumah Pendidikan
Kesehatan Konsumsi
38
2.7 Defenisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian 2.7.1 Defenisi Konsep