Informan Tambahan I Hasil Penelitian

72 Puskesmas kecamatan Siatas Barita atau ke bidan desa. Sedangkan untuk kegiatan rekreasi, keluarga bu Pasaribu tidak pernah melakukannya. “sehat do nian, alai au dang boi palojahu Alana baru operasi i. Molo marsahit tu puskes, molo so i tu bides ma hehehe…, rekreasi pun tidak pernah” Untuk kondisi kebutuhan pangan, Bu Pasaribu mengatakan keluarga mereka makan dengan normal sebanyak 3 kali sehari. Keluarga beliau hanya mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna hanya setiap hari Sabtu. Seperti warga Tarutung lainnya, beliau hanya pergi berbelanja ke pasar hanya pada hari Rabu dan Sabtu saja. Untuk kebutuhan sandang, Bu Pasaribu dan keluarga akan membeli baju sekali setahun pada saat perayaan Tahun Baru sesuai dengan tradisi di daerah tersebut. Keluarga bu Pasaribu memiliki kendaraan berupa sepeda motor. “ba empat sehat lima sempurna mada, jadi maksudmu. Alai holan ari sabtu mulak sian onan. hehehe…, molo makan tolu hali sadari, kalo beli baju satu kali setahun lah itu pun pas tahun baru, kendaraan ya itu lah kereta na burrek i, hehehe…”.

5.1.5 Informan Tambahan I

Nama : Tanner Simanjuntak TempatTanggal Lahir : Huta Barat, 2 Ferbruari 1973 73 Alamat : Lumban Siagian Jae Agama : Kristen Protestan Pendidikan : SMA Jabatan : Plt. Kepala Desa Lumban Siagian Jae Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa informan tambahan dalam penelitian ini adalah kepala desa Lumban Siagian Jae, beliau adalah Bapak Tanner Hutabarat yang telah menjadi pelaksana tugas kepala desa Lumban Siagian Jae semenjak 6 bulan yang lalu. Peneliti melakukan penelitian pada pukul 11.00 siang dan mendatangi beliau ke ruangannya di kantor camat Siatas Barita yang berjarak sekitar 1 km dari desa Lumban Siagian Jae. Beliau memberikan sambutan hangat dan mempersilahkan peneliti untuk melakukan wawancara dan meminta data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Menurut beliau, para kerajinan tenun ulos yang ada di desa yang dipimpinnya tersebut sebenarnya telah menjadi tradisi turun-temurun dan sekaligus telah membantu perekonomian keluarga disana. Kualitas dari tenun yang dihasilkan pun sudah tergolong bagus dengan harga yang terjangkau dan sudah terkenal di luar Tapanuli Utara. Beliau juga menuturkan bahwa para penenun didaerahnya memang masih tergolong dalam kategori menengah ke bawah. Hal ini disebabkan karena tenun tersebut membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, biasanya satu set 74 untuk satu bulan dengan harga berkisar 500 sampai 800 ribu, tergantung pada jenis tenunnya. Pekerjaan lain dari para penenun ulos umumnya sebagai petani. Biasanya penduduk desa Lumban Siagian Jae akan mengolah sawah maupun berupa perkebunan cabe. Hal ini yang membuat mereka sulit dalam memenuhi kebutuhannya apalagi untuk menabung. “penenun ulos di desa lumban siagian jae memiliki kualitas tenun yang bagus dan mantab, kalo tingkat perekonomiannya ya bisa dibilang menengah ke bawahlah itu, kalau pekerjaan lain itu sebagai petani cabe lalu menanam padi di sawah” Keluhan dari para penenun ulos kepada pihak pemerintah adalah berupa biaya modal mereka, hal ini telah disiasati pihak pemerintah setempat dengan pemberian bantuan berupa benang. Bantuan ini diberikan kepada sekitar 40 orang pengerajin tenun di desa Lumban Siagian Jae. “kalau masalah sih, ini apa itu nama nya, masalah biaya. Tapi uda diatasi dengan pemberian bantuan berupa benang, itu kami kasi ke sekitar 40 orang di jae, kalau yang lain sejauh ini tidak ada” Para penenun ulos umumnya menamatkan pendidikannya pada jenjang sekolah menengah tingkat atas, tetapi ada juga sebagian kecil yang hanya menamatkan pendidikannya di jenjang sekolah menengah pertama. Dan anak- anak mereka biasanya bersekolah di sekolah yang dekat dengan desa ini, dan untuk anak-anak mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi biasanya belanjut ke perguruan tinggi yang ada Tapanuli Utara atau ke Medan. 75 Untuk masalah kesehatan para penenun ulos masih tergolong normal, tidak ada keluarga penenun yang menderita gizi buruk ataupun tidak bisa berobat saat dalam kondisi sakit. Penenun ulos yang sakit biasanya akan berobat ke Puskesdes, karena Puskesdes memang sudah tersedia di setiap desa yang ada di Siatas Barita, dan untuk cakupan lebih luas terdapat Puskesmas kecamatan Siatas Barita yang berada di samping kantor camat yang letaknya tidak jauh dari desa ini. Dari segi tempat tinggal, beliau menuturkan pada umumnya para penenun ulos di desa Lumban Siagian Jae sudah memiliki tempat tinggal yang layak dengan bahan semi permanen. “pendidikan rata-rata kalo lumban siagian jae tamatan SMA, kalo kesehatan sih normal-normal aja, kalo berobat bisanya ke puskesmas, gizi buruk pun tidak ada nya, kalau tempat tinggal itu umumnya sudah layak berupa semi permanen”

5.1.6 Informan Tambahan II