Informan II Hasil Penelitian

60

5.1.2 Informan II

Informan kedua dalam pernelitian ini adalah: Nama : Rustina Simatupang Umur : 44 thn TempatTanggal Lahir : Tarutung, 28 Juli 1971 Alamat : Jln. Marhusa Panggabean, Lumban Siagian Jae. Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Protestan Status Pernikahan : Menikah Jumlah Anak : 2 Anak yang masih tanggungan : 2 Informan kedua pada penelitian ini merupakan penduduk asli desa Lumban Siagian Jae, dan menikah dengan bapak T. Panggabean yang merupakan warga desa Lumban Siagian Jae juga. Peneliti melakukan penelitian sekitar jam 9.00 pagi dan melihat bu Simatupang sedang bersantai di teras rumahnya sedangkan suaminya tengah bekerja ke kebun cabe. Rumah beliau berada di Jalan Marhusa Panggabean, terlihat rumah beliau tergolong besar dengan bahan permanen dengan lantai keramik dan jendela kaca. 61 Ibu Simatupang telah berprofesi sebagai penenun ulos selama lebih kurang 10 tahun. Awalnya Bu Simatupang belajar bertenun ulos dari orang tuanya. Beliau mengaku belajar selama lebih dari setengah tahun untuk bisa mahir. Alasan beliau menjadi penenun karena bertenun adalah mata pencaharian mayoritas kaum perempuan di desa ini. Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi alasan mengapa beliau menjadi penenun ulos, karena sebelum menikah beliau tidak bertenun walaupun beliau berasal dari desa ini. Pekerjaan lain dari beliau bersama suaminya adalah sebagai petani cabe. “karna memang itu nya penghasilan di daerah ini, sudah sepuluh tahunlah aku bertenun. Dulu diajari mama, sekitar setengah tahun lebihlah supaya mahir. Pekerjaan lain ya bertani, kalo masalah tidak ada. Bu Simatupang menuturkan tidak mendapatkan hambatan yang berarti saat melakukan aktivitasnya sebagai seorang penenun ulos. Penghasilan keluarga beliau berkisar antara Rp 900.000 per bulan. Sedangkan penghasilan dari tenun sendiri hanya berkisar 500.000 rupiah setiap bulannya. Walaupun penghasilan keluarga beliau tergolong rendah, tetapi bu simatupang mengaku bahwa penghasilannya tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan mereka dan memiliki sedikit tabungan. “Berapalah ya kalo penghasilan, liat habis tenunnya lah mungkin 500 lah per bulan kalo dari bertani cukup-cukup dapur lah untuk dapur lah, paling 400.” Modal yang dibutuhkan beliau dalam membuat satu ulos hasil tenunan adalah sekitar Rp 150.000 sampai dengan Rp 200.000, tergantung pada jenis dan 62 kualitas benangnya. Beliau mengaku biasanya menerima pesanan bahkan dari luar kota, seperti dari Medan dan Jakarta. Saat tidak ada pesanan ulos, beliau akan menjual tenun ulos ke pasar Tarutung. Ulos hasil tenunan tersebut dijual sekitar 500.000 sampai 1.000.000 rupiah, tergantung pada besarnya modal, jenis dan tingkat kesulitan membuat ulos tersebut. Bu Simatupang mengatakan bahwa beliau hanya mampu menyelesaikan satu ulos tenunan saja dalam sebulan, atau paling cepat tiga minggu. Ulos hasil tenunan beliau biasanya dipakai oleh pengantin di pesta pernikahan. “modal ya ada lah sekitar seratus lima puluh ke dua ratus ribu. Biasanya tenunku itu pesanan dari luar, harganya pun sampai sejuta. Tergantung modallah. Aku menyelesaikan satu ulos tiga minggulah paling cepat, karna ke kebun lagi”. Untuk kondisi pendidikan, Ibu simatupang dulunya adalah lulusan dari SMEA Swasta Karya Tarutung yang terletak di daerah Tangsi, sedangkan suaminya merupakan tamatan dari STM Pansur na Pitu. Anak-anak beliau masih duduk di bangku SMP Negeri 1 Siatas Barita dan SMA Negeri 2 Tarutung. Anak pertama beliau yang tengah duduk di bangku SMA pergi ke sekolah dengan menaiki angkot dengan tarif ongkos 4000 rupiah, sedangkan anak beliau yang duduk di bangku SMP berjalan kaki karena jarak rumah yang dekat dengan sekolah yaitu sekitar 700 meter. “ya cukup sih, kalo tabungan ada lah sikit. Aku dulu sekolah di SMEA Karya, kalo anak masih kelas dua SMA 2 yang di tangsi satu lagi kelas dua SMP 1 inilah”. 63 Saat peneliti menanyakan tentang kondisi kesehatan keluarga bu Simatupang, beliau mengatakan keluarganya dalam kondisi kesehatan yang normal dan sejauh ini tidak gangguan yang berarti. Bila salah satu anggota keluarga yang sakit, maka Bu Simatupang akan membawanya pergi ke puskesmas. Sedangkan untuk kegiatan rekreasi, dalam setahun keluarga bu Simatupang tidak pernah melakukan kegiatan rekreasi bersama keluarganya. “kondisi kesehatan baik, kalo ada yang sakit ya di bawa ke puskesmas. Rekreasi tidak pernah.” Dari segi pangan, keluarga bu Simatupang tergolong sudah layak. Beliau mengaku keluarganya selalu mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan makan tiga kali setiap harinya. Beliau juga mengatakan akan pergi ke pasar pada hari Rabu dan Sabtu. Untuk pemenuhan kebutuhan sandang, keluarga beliau akan membeli baju dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Desember saat hari Natal, dan pada bulan enam saat liburan sekolah. Keluarga beliau juga memiliki kendaraan berupa sepeda motor. “makan 3 kali sehari, kalo beli baju sekali sebulan tak bisalah, paling 2 kali setahun bisa nya, bulan-bulan enam sama bulan dua belas. kalo kendaraan sepeda motor itulah.” 64

5.1.3 Informan III