wilayah yang pada umumnya telah menetapkan fungsi, intensitas, ketentuan masa bangunan, sarana dan prasarana, serta indikasi program
pembangunan.
31
Peraturan zonasi merupakan dokumen turunan dari RDTR yang berisi ketentuan yang harus diterapkan pada setiap zona peruntukan. Dalam
peraturan zonasi dimuat hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh pihak yang memanfaatkan ruang, termasuk pengaturan
koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, penyediaan ruang terbuka hijau publik, dan hal-hal lain yang dipandang perlu untuk
mewujudkan ruang yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Peraturan zonasi tersebut bersama dengan RDTR menjadi bagian ketentuan perizinan
pemanfaatan ruang yang harus dipatuhi oleh pemanfaat ruang.
32
c. Mekanisme Insentif-Disinsentif
Pemberian insentif kepada pemanfaat ruang dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang.
Sebaliknya, penerapan perangkat disinsentif dimaksudkan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang menyimpang dari ketentuan rencana tata ruang.
Contoh bentuk insentif adalah penyediaan prasarana dan sarana lingkungan yang sesuai dengan karakteristik kegiatan yang diarahkan untuk berkembang
di suatu lokasi. Sedangkan disinsentif untuk mengurangi pertumbuhan
31
Ismail Zubir, “Zoning Regulation Sebagai Instrumen Dalam Penataan Ruang” Jakarta : Buletin Tata Ruang, 2007, h 18
32
Ismail Zubir, “Zoning Regulation Sebagai Instrumen Dalam Penataan Ruang” , h 7
kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi atau ketidak-tersediaan prasarana dan sarana.
Sesuai dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mekanisme insentif dan disinsentif merupakan bagian dari
pengendalian pemanfaatan ruang. Mekanisme insentif dan disinsentif dianggap mampu untuk mendorong perkembangan kota dan dapat
menimbulkan dampak positif yang menunjang pembangunan kota atau upaya pengarahan pada perkembangan yang berdampak negatif untuk
mengefektifkan pembangunanrencana tata ruang yang telah ditetapkan.
33
Mekanisme insentif dan disinsentif mengandung suatu pengaturan dan pengendalian pembangunan yang akomodatif terhadap setiap perubahan
yang menunjang pembangunanperkembangan kota. Insentif dan disinsentif diharapkan disusun oleh masing-masing daerah sebagai perangkat
pengendaliannya. Pengendalian pemanfaatan ruang bukan hanya kewajiban pemerintah,
tetapi juga merupakan hak dan kewajiban masyarakat. Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pelaksanaan peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69
33
Sjofjan Bakar,
“
Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah” Jakarta : direktur fasilitasi penataan ruang dan lingkungan hidup – depdagri, 2006,h 4-5
Tahun 1996. Hal ini dipertegas dalam rumusan naskah RUU Penataan Ruang yang disusun untuk menggantikan UU No.24 Tahun.
34
Kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dengan
rencana tata ruang. Kegiatan pengawasan dimaksud untuk mengikuti dan mendata perkembangan pelaksanaan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh
semua pihak sehingga apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan pemanfaatan ruang dari rencana yang telah ditetapkan dapat diketahui dan dilakukan upaya
penyelesaiannya. Kegiatan penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk
mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Tindakan penertiban ini dilakukan melalui pemeriksaan dan
penyidikan atas semua pelanggaran yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
35
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, kegiatan penertiban
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS. Selain
34
Hermanto Dardak,
“
Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang Sebagai Upaya Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan Berkelanjutan” Bogor ;
Direktur Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, 2005, h 7-8
35
Hermanto Dardak, “Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang Sebagai Upaya
Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan Berkelanjutan”. h 8.
PPNS, ada beberapa Instansilembaga yang dapat melaksanakan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yaitu:
•
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD;
•
Instansi penerbit izin;
•
Instansilembaga lain yang bertugas dalam penertiban.
Adapun instansi atau lembaga yang bertugas dalam menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran adalah lembaga peradilan yang membentuk
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Selanjutnya, guna mengefektifkan daya penertiban, BupatiWalikota membentuk Tim Khusus
yang bertugas menangani pembongkaran bangunan-bangunan yang melanggar tata ruang. Tim ini terdiri dari unsur Bappeda, Bawasda, Penyidik PNS,
kejaksaan, dinas teknis terkait, camat, dan sebagainya.
36
Pengawasan adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang berupa
pengumpulan data dengan melalui proses visualisasi, pengawasan dan monitoring untuk keudian dievaluasi dari setiap pemanfaatan ruanglahan
yang terjadi. Tahapan proses pengawasan meliputi pelaporan, pemantauan dan evaluasi.
a. Pelaporan