Pemanfaatan Tata Ruang RUANG LINGKUP PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998

Perda tentang RTR Kawasan Strategis KabupatenKota, dan Perda tentang RDTR KabupatenKota mutatis mutandis berdasarkan pada Peraturan Menteri ini Pasal 29. 9

C. Pemanfaatan Tata Ruang

Berdasarkan Permendagri No 81998 pemanfaatan ruang adalah rangkaian program dan kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang untuk membentuk ruang. Berdasarkan Permendagri No 81998 yang terdapat pada Pasal 11 1 Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, kepala daerah mempersiapkan kebijakan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau kawasan yang akan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budi daya yang ditetapkan dalan rencana tata ruang. 2 Pengaturan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, berupa penetapan Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan teknis bagi pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya. 9 G una wa n, “ Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah”Jakarta : Kasubdit Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Ditjen Bina Bangda Depdagri, 2008, h 1-8. Dalam rangka efisiensi alokasi pemanfaatan lahan diperlukan rencana yang merangkum kebutuhan seluruh sektor kegiatan masyarakat, baik kebutuhan saat ini maupun kegiatan di masa mendatang. Rencana tata ruang merupakan bentuk rencana yang telah mempertimbangkan kepentingan berbagai sektor kegiatan masyarakat dalam mengalokasikan lahanruang beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya bersifat komprehensif. Rencana tata ruang merupakan pedoman pemanfaatan ruanglahan oleh sektor sebagaimana diatur dalam UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang. 10 Perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan melalui pembangunan dalam rangka mengembangkan kawasan lindung, kegiatan budidaya, serta sarana dan prasarana penunjang. Agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien hal tersebut perlu diatur melalui peraturan perundang-undangan. Beberapa aspek penting dalam pemanfaatan ruang beserta ketentuan peraturan perundang- undangan yang mengaturnya dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Penetapan Lokasi KegiatanInvestasi. Tujuan penataan ruang di samping terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, juga terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang 10 Hermanto Dardak, “ Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang Sebagai Upaya Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan Berkelanjutan” Bogor ; Direktur Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, 2005, h 1. kawasan lindung dan kawasan budi daya, dan tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, penataan ruang dilaksanakan melalui proses perencanaan tata ruang yang menghasilkan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan pengendalian pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Dengan perkataan lain, kualitas pemanfaatan ruang ditentukan antara lain oleh rencana tata ruang yang digambarkan dalam peta rencana tata ruang wilayah yang disusun dalam suatu sistem perpetaan dan disajikan berdasarkan pada unsur-unsur serta simbol dan atau notasinya yang dibakukan secara nasional. 11 Penetapan lokasi pengembangan kawasan lindung, kegiatan budidaya, serta sarana dan prasarana penunjangnya perlu dengan kebutuhan dan kesesuaian lokasi. Alokasi pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung, kawasan budi daya, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan tertentu dalam rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah daerah propinsi, rencana tata ruang wilayah daerah kabupaten, dan rencana tata ruang wilayah daerah kota, serta rencana tata ruang kawasan, digambarkan dengan unsur alam seperti garis pantai, sungai, danau, dan unsur buatan seperti jalan, pelabuhan, bandar udara, permukiman, serta unsur-unsur kawasan lindung dan 11 Penjelasan Atas Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 10 tahun 2000 Tentang Tingkat ketelitian peta untuk penataan Ruang wilayah kawasan budi daya dengan batas wilayah administrasi dan nama kota, nama sungai, dan nama laut. Penggambaran unsur-unsur tersebut disesuaikan dengan keadaan di muka bumi dan pemanfaatan ruang yang direncanakan. 12 Ruang terbuka hijau dialokasikan sebagai bagian dari kehidupan perkotaan, Ruang terbuka hijau terdiri dari kawasan lindungalami, hijau buatan dan hijau fungsional. Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi untuk perlindungan ekosistem, pengamanan lingkungan dari pencemaran, penciptaan iklim mikro, perlindungan tata air, meningkatkan citra estetika lingkungan, menciptakan kebersihan dan kesehatan, sarana rekreasi, dan sarana produksi. 13 pasal 13 UULH undang-undang lingkungan hidup berbunyi : ketentuan tentang sumber daya buatan ditetapkan dengan undang-undang. Perlindungan sumber daya buatan yang penting ditunujukan kepada konservasi fungsi sumber daya tersebut bagi kesinambungan pembangunan. Sumber daya buatan meliputi bendungan, waduk, instalasi energi, perumahan dan pemukiman, dan lain-lain. Yang perlu dilindungi oleh undang-undang adalah sumber daya buatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga perlu diatur penggunaannya oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 12 Penjelasan Atas Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 10 tahun 2000 Tentang Tingkat ketelitian peta untuk penataan Ruang wilayah. 13 RTRW Depok - Rencana Tata Ruang Kota Yang dipentingkan disini adalah konservasi fungsi bagi kesinambungan penyambung untuk kesejahteraan manusia. 14 2. Penyelenggaraan Kegiatan Budidaya Dan Pengelolaan Kawasan Lindung. Penyelenggaraan kegiatan budidaya dan pengelolaan kawasan lindung yang ditetapkan dalam rencana tata ruang harus mengikuti kaidah-kaidah yang ditetapkan secara sektoral. Untuk itu berbagai peraturan perundang-undangan sektoral harus dijadikan referensi dalam mengatur kegiatan budidaya. Termasuk dalam kawasan lindung adalah kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danauwaduk, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, dan kawasan rawan bencana alam. Termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan berikat, kawasan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pertahanan keamanan. 15 Pasal 12 UULH undang-undang lingkungan hidup berbunyi sebagai berikut : ketentuan tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya ditetapkan dengan undang-undang. Dalam penjelasan tertera : 14 Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan” Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2006, h 223 15 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang , h 22-23 pengertian konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya mengandung 3 aspek, yaitu : a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan. b. Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya pada matra darat, air dan udara. c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam pengertian konservasi tersebut di atas termasuk pula perlindungan jenis hewan yang tata cara hidupnya tidak diatur oleh manusia, tumbuh-tumbuhan yang telah menjadi langka atau terancam punah dan hutan lindung. 16 3. Peran Serta Masyarakat Dalam Pemanfaatan Ruang. Peran serta masyarakat yang sejalan dengan UU 262007 di dalamnya mencakup empat kegiatan utama yaitu : pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Keempat ruang lingkup tersebut lebih luas dari ruang lingkup yang disebutkan dalam PP 691996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang yang hanya mencakup empat hal yaitu perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian penataan ruang serta pembinaan masyarakat. Mekanisme peran serta masyarakat dilakukan sesuai dengan tahapan kegiatan 16 Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan” Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2006, hal-219. penataan ruang. Secara umum mekanisme tersebut dapat berbentuk penyampaian informasi, usul dan saran lisan maupun tulisan melalui berbagai media informasi sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada media cetak dan elektronik, seminar, workshop, konsultasi publik, brosur, kegiatan budaya, website, kegiatan pameran, public hearing dengan masyarakat kepada lembaga-lembaga yang berwenang; dan keterlibatan secara langsung dalam kegiatan penataan ruang, misalnya sebagai salah satu wakil masyarakat yang terlibat dalam penyusunan rencana tata ruang. Selain upaya-upaya yang bersifat individual, mekanisme peran serta dapat dilakukan oleh kelompok dan organisasi masyarakat serta organisasi profesi yang melakukan advocacy planning kepada lembaga-lembaga yang berwenang. 17 Pelaksanaan peran serta masyarakat dilakukan bisa melalui lokakarya atau konsultasi publik untuk menjaring aspirasi masyarakat yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama lokakarya bisa dilakukan lebih dari satu kali untuk setiap daerah KabupatenKota. Pada tahap ini setiap warga KabupatenKota dapat menghadiri acara lokakaryakonsultasi tersebut yang diselenggarakan oleh Pemda. Output workshop pertama adalah serangkaian isu-isu yang terkait pengaturan penataan ruang. Pada tahap ini juga ditentukan wakil-wakil masyarakat yang dapat mengikuti tahap kedua. 18 17 Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan”. hal- 223. 18 Sjo fja n Ba ka r, “ Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang”Jakarta : Dir. Fasilitas Penataan Ruang dab Lingkungan Hidup, 2009, h 1. Tahap kedua merupakan lokakarya atau konsultasi publik pada skala propinsi yang akan mendiskusikan lebih lanjut hasil-hasil diskusi pada tahap pertama. Bila pada tahap pertama, masyarakat mengemukakan masalah pengaturan penataan ruang pada skala yang lebih kecil, maka pada tahap kedua, isu yang akan dibicarakan akan meliputi masalah-masalah pada skala yang lebih luas propinsi. Pada tahap kedua ini , peserta dapat dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan isu-isu spesifik yang telah dihasilkan pada tahap pertama untuk mempertajam isu dan memperoleh informasi dan tanggapan dari pihak eskekutif dan legislatif. Lokakarya bisa dilakukan lebih dari satu kali tergantung kebutuhan. Bahan yang telah dihasilkan pada kedua tahap lokakarya ini menjadi masukan penting bagi pihak eksekutif dan legislatif dalam penyusunan perda pengaturan penataan ruang. Selain melalui workshop, aspirasi dapat dilakukan secara tertulis, lisan, dan perantara teknologi yang ada short message service, email, website, dan lain-lain kepada pihak eksekutif dan legislatif yang memiliki kewenangan dalam menyusun dan menetapkan keputusan. 19 Di samping itu pemerintah telah mempersiapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah. Dalam perundangan 19 Sjo fja n Ba ka r, “ Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang”, hal 1. tersebut diamanatkan bahwa untuk penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh Pemerintah dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat. Peran dan keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan dan mengamankan aturan tersebut amat sangat penting artinya karena hasilnya akan dinikmati kembali oleh masyarakat di wilayahnya. 20 Sebagaimana telah disampaikan, masyarakat mempunyai hak untuk berperan dalam setiap tahap penataan ruang termasuk dalam pemanfaatan ruang. Ketentuan ini diatur dalam UU 241992 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan. Berbagai ketentuan pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penataan ruang telah diatur secara lebih terinci dalam PP 691996. 21

D. Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang