Sebab-sebab Terjadinya Perceraian TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka diizinkan ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru”. Selain ayat-ayat al-Qur’an diatas, adapula hadist yang berkenaan dengan dasar hukum perceraian. Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah, yang berbunyi: ا ﺮ ا ﱠ ﱠ ﱠ ﷲا ﻰ و ﱠ لﺎ : ا ﻐ ﺾ ا ل ا ﷲا ﻰ ﱠﺰ و ﺟ ﱠ ا ﱠﻄ ق . داﻮ ا اور آﺎ ا دوا و Artinya: “Dari Ibnu Umar r. a berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Diantara barang-barang yang halal yang dibenci oleh Allah adalah talak”. Diriwayatkan oleh abu Daud, Ibnu Majah, dan disahkan oleh Hakim dan Abu Hatim menguatkan kemursalannya.

B. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian

Suatu perceraian dapat terjadi karena sebab-sebab tertentu. Di dalam Kompilasi Hukum Islam alasan-alasan perceraian disebutkan pada pasal 116 yang terdapat delapan macam alasan untuk perceraian. Dalam hal ini penulis mencoba menjelaskan menurut kemampuan yang ada, yaitu: 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; Zina adalah salah satu perbuatan yang dapat dijadikan alasan perceraian. Suatu perbuatan zina yang dituduhkan kepada seseorang dapat dibuktikan dengan saksi-saksi yang kesaksiannya benar-benar menyaksikan sendiri peristiwa zina yang dilakukan oleh orang yang dituduh berada dalam keadaan tertangkap basah. Para saksi harus melihat langsung seorang laki-laki dan perempuan sedang melakukan hubungna kelamin. Tuduhan perbuatan zina tidak bisa didasarkan atas suatu hasil konklusi. Karena sulitnya cara pembukitan ini, maka banyak dalam perkara perceraian, penggugatnya jarang yang berani secara tegas mendasarkan dalilnya atas alasan zina. Karenanya orang lebih sering mempergunakan istilah “serong, selingkuh, ataupun menyeleweng” dan dari perbuatan ini akan timbulah perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus. Alasan lain yang dapat digunakan oleh kedua belah pihak untuk mengajukan perceraian adalah pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya. Jika hal tersebut mabuk, madat dan judi dilakukan terus menerus maka akan timbul dampak negatif terhadap keutuhan rumah tangga dan kehidupan ekonomi keluarga akan terancam. 2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; Dicantumkannya jangka waktu 2 tahun pada rumusan diatas adalah untuk mendapatkan kepastian hukum, karena permasalahan ini erat kaitannya dengan pihak yang meninggalkan. Perceraian dengan alasan ini adalah untuk menjaga dan melindungi pihak yang ditinggalkan, sedangkan mengenai kata ‘berturut-turut’, apabila tidak disebutkan dengan jelas ada kemungkinan kepergiannya terputus-putus asal kepergianya itu jumlahnya 2 tahun maka bisa dijadikan alasan untuk memohon perceraian. Persyaratan paling penting dalam hal ini adalah bila memang ada i’tikad ingin meninggalkan tanpa suatu alasan yang sah dan tanpa izin orang yang ditinggalkannya itu. Namun, bila meniggalkannya itu demi kepentingan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka pada masa yang akan datang, maka hal seperti itu tidak dapat dijadikan sebagai alasan memohon perceraian. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 disebutkan “Gugatan perceraian karena salah seorang dari suami-isteri mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat sebagai dimaksud dalam Pasal 19 huruf c maka untuk mendapat putusan perceraian sebagai bukti penggugat cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 7 7 Abdul Gani Abdullah, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Peradilan Agama, Jakarta: Intermasa, 1991, h. 326 Pasal tersebut diatas menunjukan bahwa salinan putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum langsung dianggap mempunyai kekuatan pembuktian yang menentukan mempunyai kekuatan pembuktian yang memaksa. Pihak penggugat tidak dapat melumpuhkan alat tersebut dengan alat bukti lawan. Hakim sendiripun terikat secara mutlak atas alat bukti tersebut, dengan syarat: a. Hukuman yang dijatuhkan paling rendah lima tahun penjara. b. Putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap in kraht c. Adanya keterangan dari pengadilan yang bersangkutan yang menjelaskan bahwa putusan pidana tersebut telah benar-benar mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan dijatuhkan setelah perkawinan berlangsung antara suami istri. 8 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyayaan berat yang membahayakan pihak lain Jika suami melakukan kekejaman atau penganiyayaan berat terhadap isterinya, maka isteri berhak mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan. Alasan kejam yang dimaksudakan bukan hanya menurut ukuran isteri yang bersangkutan melainkan menurut perasaan umum yang tentunya 8 M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan, dan Acara Peradilan Agama , Jakarta: Pustaka Kartini, 1993, h. 260 tidak berlawanan dengan pemukulan secara edukatif yang dibolehkan agama dalam batas kewajaran. 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagi suami atau isteri Alasan cacat badan atau menderita suatu penyakit tidak memperoleh penjelasan yang lengkap di dalam Undang-undang Perkawinan, keseluruhannya diserahkan pada kebijaksanaan Hakim. Hakimlah yang menentukan secara pasti terhadap semua keadaan apakah bisa dijadikan alasan untuk bercerai sebagaimana yang dimaksud dalam pasal ini. Bila cacat badan atau penyakit itu menurut Hakim menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan kewajibannya, maka hal tersebut dapat menjadi alasan untuk memohon perceraian. 6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengakaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus yang terjadi dalam dalam suatu keluarga akan sangat merugikan, baik bagi kedua pasangan maupun bagi kehidupan anak-anaknya. Disebutkan lebih lanjut dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 134 bahwa; “Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116 huruf f, dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan Agama mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu dan setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami isteri tersebut. 7. Suami melanggar ta’lik talak Apabila suami telah terbukti melakukan pelanggaran atas perjanjian ta’lik talak atau tidak menepati salah satu dari isi sighat ta’lik talak yang telah ia ucapkan dahulu, kemudian isteri merasa di rugikan, maka hal tersebut menimbulkan peluang bagi isteri untuk mengajukan gugatan dengan menempatkan perjanjian itu sebagai alasan perceraian. 8. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga. Orang yang murtad yaitu orang yang keluar dari agama Islam baik memeluk agama Yahudi, Nasrani atau yang lain atau sama sekali tidak beragama, maka haram bagi diri isterinya yang masih beragama Islam. 9 Dengan demikian maka apabila seorang suami atau isteri murtad, maka dengan sendirinya perkawinannya menjadi batal, artinya jatuhlah perceraian antara suami isteri tersebut dengan disebabkan kemurtadan. Agama Islam menetapkan batalnya perkawinan karena murtad dimaksudkan untuk melindungi agama suamiisteri sehingga tidak terjerumus pada keyakinan hidup yang sesat, dengan demikian pula dalam suatu pernikahan bila suami atau isteri pindah agama 9 M. Thlaib, 15 Penyebab Perceraian dan Penanggulangannya, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1997, cet. Ke-1, h. 179 murtad jelas sekali akan membawa dampak dalam kehidupan perkawinan, karena agama dan keimanan merupakan salah satu dasar dari pembentukan rumah tangga yang sakinah dan diridhai Allah.

C. Macam-macam Perceraian