Zihar, Ila’ dan Li’an Tafwidh

6. Zihar, Ila’ dan Li’an

Tiga macam perbuatan hukum zihar, ila’ dan li’an adalah perbuatan yang berupa kata atau sumpah yang tidak secara langsung berisi ungkapan yang menyatakan putusnya ikatan perkawinan tetapi oleh hukum dinyatakan berdampak memutuskannya. ‘Zihar’ merupakan kebiasaan orang jahiliyah yang tidak lagi memfungsikan isterinya sebagai isteri walaupun masih tetap diikat, seperti pernyataan : “kamu seperti punggung ibuku sendiri” sambil memulai sikap tidak bersedia lagi menggaulinya. Sedangkan ‘ila’ juga merupakan kebiasaan orang jahiliyah yaitu pihak laki-laki bersumpah mengenai hubungannya sebagai suami terhadap isterinya sendiri bahwa ia tidak akan menggaulinya lagi. 15 Adapun li’an ialah saling menyatakan bahwa bersedia dilaknat Allah setelah mengucapkan persaksian empat kali oleh diri sendiri yang dikuatkan dengan sumpah yang dilakukan oleh suami dan isteri karena salah satu pihak bersikeras menuduh pihak yang lain melakukan perbuatan zina, atau suami tidak mengakui bahwa anak yang dikandung atau dilahirkan oleh isterinya sebagai anaknya dan pihak yang lain bersikeras menolak tuduhan 15 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, h. 143 tersebut, sedangkan masing-masing tidak mempunyai alat bukti yang dapat diajukan kepada hakim. 16 Sebagaimana terdapat dalam firman Allah swt : ⌧ ☺ Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang- orang yang benar” . Annur24: 6

7. Tafwidh

Tafwidh talak artinya menyerahkan talak. 17 Yaitu seorang suami memberikan hak kepada isterinya, yaitu berupa hak talak. Syarat-syaratnya ditentukan oleh keduanya secara sukarela, jadi bukan hak talak yang bersifat mutlak. Apabila syarat yang telah ditentukan secara sukarela tersebut terjadi, maka isterinya mempunyai hak untuk menjatuhkan talak dan terjadilah talak. 18 Sebagaimana ulama berpendapat tidak sah mentafwidhkan talak, 16 Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, h. 203-204 17 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Study Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-Sunnah dan Negara-negara Islam , Jakarta: Bulan Bintang, 1988, h. 281 18 Jamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, h. 56-57 karena talak sudah ditetapkan berada ditangan suami. 19 Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 28 : ☯ ⌧ Artinya: “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka marilah supaya kuberikan kepadamu mutah dan Aku ceraikan kamu dengan cara yang baik”.

8. Murtad riddah