57
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENERJEMAHAN AL-QURAN
A. Sejarah Penerjemahan Al-Quran.
Sebelum penulis menyajikan informasi tentang penerjemahan Al-Quran, ada baiknya saya singgung sedikit tentang pengertian terjemah dari beberapa tokoh penerjemah dan seberapa
penting hal tersebut Kata “Tarjamah dalam tuturan Bahasa Arab meliputi berbagai makna, bahkan pengertian yang satu ini seringkali tergantung pada situasi di mana kata itu diucapkan.
Pengertian-pengertian yang dapat dijangkau oleh ungkapan kata Tarjamah antara lain: 1. Menyampaikan pembicaraan kepada orang - orang yang
belum menerimanya. Jadi menyampaikan menyebarkan ajaran Al-Quran kepada masyarakat yang belum menerimanya, itu termasuk menerjemahkan ajaran Al- Quran.
2. Menjelaskan kalam dengan menggunakan bahasa kalam itu sendiri. Oleh karena itu menafsirkan Al - Quran dengan menggunakan Bahasa
Al -Quran Arab masih termasuk arti menerjemahkan Al-Quran.
3. Mengalih pembicaraan kalam dari satu bahasa ke bahasa lain, atau dengan bahasa yang sederhana alih bahasa.
6
Berdasarkan keterangan di atas, yang intinya mengandung arti penjelasan, karena memang sampai dengan millenium ketiga ini masih banyak manusia yang belum memahami
6
Rifai Sauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta : Bulan Bintang, 1992, cet. Ke-2, h. 169 - 171.
58 Bahasa Al-Quran. Oleh karenanya dibutuhkan terjemahan Al-Quran sebagai salah satu sarana
dan upaya berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengajarkan dan memahaminya. Al-Quran mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada tanggal 17 Ramadhan,
ketika itu usia Nabi 41 tahun bertepatan dengan tanggal 16 Agustus 610 M. Adapun tentang sejarah penerjemahan Al-Quran, penulis perlu membaginya menjadi beberapa babak
berdasarkan dengan bahasa apa kitab suci ini diterjemahkan. Karena adanya perbedaan antara sejarah penerjemahan Al-Quran dalam Bahasa Barat dan bukan Barat termasuk Bahasa
Indonesia. Sebelum berkembangnya Bahasa-bahasa Eropa modern, maka yang lebih dahulu
berkembang di Eropa saat itu adalah Bahasa Latin. Oleh karena itu, terjemahan Al-Quran dimulai ke dalam bahasa latin. Usaha terjemahan itu dilakukan dalam upaya memenuhi
kebutuhan rumah peribadatan biara clugny kiri-kira pada tahun 1135 M. Prof. W. Montgomery Watt dalam bukunya Bells Introductins 70 The Quran Islamic
Surveys 8 menyebutkan bahwa terdata dimulainya perhatian barat terhadap studi Islam Islamic Studies adalah dengan kunjungan Peter The Venerable, Abbot Clugny ke Toledo pada abad ke-
12 M.
7
Di antara usahanya adalah menerbitkan serial keilmuan untuk menandingi kegiatan intelektual Islam saat itu terutama di Andalusia. Sebagai bagian dari kegiatan tersebut adalah
menerjemahkan Al-Quran ke dalam Bahasa Latin yang dilakukan oleh Robert Of Ketton Robertus Retanensis yang diselesaikan pada bulan Juli 1143 M.
8
Sedangkan keterangan yang lain menyatakan bahwa penerjemahan Al-Quran yang pertama ke dalam Bahasa Eropa dilakukan oleh Robert de Retines pada tahun 1141-1143 M atau
7
Departemen Agama, Al-Quran dan terjemahnya, Semarang : 1990, op.cit., h. 30
8
Ibid.
59 menurut Abu Bakar Atjeh tahun 1146 M.
9
Terjemahan yang dilakukan oleh Robert de Retines ini ternyata sebagai upaya untuk menyudutkan ajaran agama Risalah yang dibawa oleh
Muhammad SAW, karena hasil terjemahannya ternyata sangatlah tidak sesuai isi dan kandungan Al-Quran itu sendiri, bahkan setengahnya sengaja dibuat menyimpang supaya makna Al-Quran
itu menjadi rusak.
10
Usaha tersebut di atas memang sengaja dilakukan, karena memang mereka bermaksud menandingi kemajuan Islam waktu itu. Pada umumnya penerjemahan AlQuran yang dilakukan
oleh kaum orientalis itu mempunyai kecenderungan atau tendensi negatif, yaitu menjelek- jelekkan Islam, karena motif mereka bukan untuk menggali dan memahami petunjuk-petunjuk
Al-Quran melainkan demi kepentingan misi mereka yaitu menyudutkan Islam. Abad renaissance di barat memberi dorongan lebih besar untuk menerbitkan buku-buku
Islam. Pada awal abad ke-16 buku-buku yang beraliran pemikiran Islam banyak diterbitkan, termasuk salah satunya yaitu penerbitan Al-Quran pada tahun 1530 M di Venice dan
terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Latin oleh Robert Of Ketton tahun 1543 M di Basle dengan penerbitnya Bibliander.
11
Lodovici Meracci misalnya menggunakan sebagian usianya selama 40 tahun untuk mempelajari Al-Quran dan pada tahun 1689 M mengeluarkan terjemahan Al-Quran dalam
Bahasa Latin dengan teks Arab dan beberapa nukilan dari berbagai tafsir berbahasa Arab yang dipilih demikian rupa, ditujukan untuk memberi kesan buruk tentang Islam di Eropa. Merracci
sendiri adalah orang pandai dan dalam menerjemahkan Al-Quran itu jelas bertujuan mendiskreditkan Islam di kalangan masyarakat Eropa, dengan mengambil pendapat para ulama
Islam sendiri. Keterangan lain tentang tokoh ini adalah bahwasannya ia seorang Roma Katholik
9
Rifa’i Sauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, op. Cit., h. 33
10
Ibid.
11
Departemen Agama, Al-Quran dan terjemahnya, loc.cit.
60 dan terjemahnya itu dipersembahkan kepada Emperor Romawi. Pada terjemahannya itu di beri
pengantar yang isinya adalah sebagaimana apa yang ia katakan Bantahan terhadap Quran . Adapun terjemahan ke dalam Bahasa Inggris pertama kali dilakukan oleh A. Ross yang
merupakan terjemahan dari Bahasa Perancis yang dilakukan oleh Du Ryer pada tahun 1647 dan baru diterbitkan beberapa tahun kemudian setelah karya Ryer itu. George Sale seorang yang
berhasil menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris pada tahun 1734 ternyata seorang plagiat besar karena sebagian besar karangannya merujuk pada karangan Meracci. Mengingat bahwa tujuan
kaum orientalis menerjemahkan Al-Quran untuk menjelekkan Islam di kalangan masyarakat Eropa, maka terjemahannya dianggap yang terbaik dalam dunia yang berbahasa Inggris dan telah
dicetak berulang kali dan dimasukkan dalam seri apa yang dikatan “Chandos Cllassics” dan mendapat pujian serta restu dari Sir E. Denisson Ros.
Pada tahun 1812 terjemahan George Sale diterbitkan di London dalam edisi baru dua jilid terjemahan tersebut diberi judul The Koran atau The Akoran of Mohamad: translated from
the original Arabic. Disebutkan di dalam terjemahannya berdasarkan sumber berbahasa Arab, para mufassir muslim, terutama tafsir Al Baidlowi.
Pada abad ke-19 penerjemahan Al-Quran semakin berkembang. Gustav Flugel wafat 1870 menerjemahkan Al-Quran sejak tahun 1834 dan telah mengalami cetak ulang dan refisi
oleh Gustav Redslob. Diikuti kemudian oleh Gustav Weil wafat 1889 dan juga menulis sejarah Nabi Muhammad SAW tahun 1843. Usahanya diteruskan oleh pelanjutnya yaitu Aloys
Sprenger dan William Muir, keduanya mempunyai perhatian yang besar dalam mempelajari Al- Quran dan sejarah Nabi Muhammad SAW.
J.M. Rodwell menerbitkan terjemahannya pada tahun 1861 dan berusaha menyusun surat-surat Al-Qur’an berdasarkan urutan turunnya. Sekalipun ia berusaha untuk mengungkapkan
61 secara jujur, tetapi catatan-catatannya menujukkan fikiran seorang pendeta Kristen yang lebih
mementingkan untuk memperlihatkan apa yang menurut pendapatnya kekurangan-kekurangan dalam Al-Quran daripada menunjukkan penghargaan atau ketinggian Al-Quran.
Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Jerman oleh Rudy Paret dianggap baik. Menurut pendapat Richard-Bell bahwa penyusunan ayat demi ayat secara kronologis seperti yang
dilakukannya tidak mungkin. Terjemahan Al-Quran dalam bahasa Eropa lainnya dilakukan oleh E.H. Palmer Guru besar Universitas Cambridge wafat tahun 1883. Hasil terjemahannya
diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1876. Dia tidak mampu memahami keindahan dan keagungan gaya Bahasa Al-Quran. Menurutnya Bahasa Al-Quran itu kasar dan tidak terdapat
keteraturan. Terjemahannya dianggap sembrono dan tidak teliti.
12
Mengingat Luasnya tujuan-tujuan terselubung dari kegiatan para orientalis yang anti Islam dalam menerjemahkan Al-Quran menyebabkan penulis-penulis muslim berusaha
menerjemahkan Al-Quran ke dalam Bahasa Inggris. Berbagai ketimpangan dan penyimpangan yang terjadi dalam penerjemahan Al-Quran oleh orang-orang Eropa disebabkan karena Al-
Quran yang diterjemahkan itu tidak dikerjakan dari sumber aslinya yang berbahasa Arab, melainkan menerjemahkan hasil terjemahan.
Thomas Carlyle, seorang ahli ketimuran mengatakan bahwa Al-Quran itu sampai ke Eropa dengan cara yang tidak shahih. Bahkan pada masa orang-orang muwahhidin memerintah
Spanyol tahun 1141-1289, secara lebih keras lagi memerintahkan agar Al-Quran yang diterjemahkan dalam Bahasa-bahasa Eropa itu harus segera dimusnahkan.
13
Meskipun demikian ada beberapa karya terjemahan Al-Quran yang disetujui penggunaannya oleh para Ulama Islam.
12
Ibid. h.31
13
Ibid. h.32
62 Sarjana Muslim yang pertama-tama melakukan penerjemahan Al-Quran ke dalam
Bahasa Inggris adalah Dr. Muhammad Abdul Hakim Khan, dari Patiala pada tahun 1905 M. Mirza Hairat dari Delhi juga menerjemahkan Al-Quran dan diterbitkan di Delhi tahun 1919 M.
Nawab Imadal Mulk Sayyid Husein Bilgrami dari Hyderabad Dacca juga menerjemahkan sebagian Al-Quran, ia meninggal sebelum menyelesaikannya. Ahmadiah Qodiani juga
menerjemahkan bagian pertama kitab ini pada tahun 1915, begitu pula Ahmadiah Lahore ia juga menerbitkan terjemahan Maulvi Muhammad Ali yang pertama terbit tahun 1917 M. Terjemahan
itu merupakan hasil karya ilmiah yang diberi catatan-catatan yang luas dan pendahuluan serta indeks yang cukup.
Terjemahan Al-Quran lain yang perlu disebutkan ialah terjemahan oleh Hafidz Ghulam Sarwar yang terbit tahun1930 M. Dalam terjemahannya itu ia memberikan ringkasan surat demi
surat, bagian demi bagian tetapi tidak diberinya footnote pada terjemahan itu. Catatan-catatan yang dimaksud kiranya amat perlu untuk memahami ayat-ayat di dalamnya. Bahasa Al-Quran
dengan ungkapan-ungkapan yang kaya akan arti memerlukan catatan-catatan yang memadai .
14
Di antara sarjana Muslim Barat yang menerjemahkan Al-Quran adalah Muhammad Marmaduke Pickthall dari Inggris, ahli dalam Bahasa Arab. Terjemahannya dilakukan kalimat
demi kalimat dan diterbitkan pada tahun 1930 M. Hasil terjemahannya telah dicetak berulangkali sebanyak lima kali sampai tahun 1476 M. Pada terjemahannya disertai dengan pengantar yang
menguraikan tentang Al-Quran, sejarah singkat Nabi penerima kitab tersebut, serta tidak ketinggalan yang amat penting yaitu Ilmu Tajwid sebagai salah satu alat untuk membaca AI-
Quran secara tertib dan benar Tartil. Pada setiap awal surat diberi keterangan singkat tentang surat dan pada bagian akhir dilengkapi dengan indeks.
14
Ibid. h.33
63 Terjemahan Pickthall tersebut diberi judul The meaning of Glorius Koran dengan
keterangan singkat tentang surat dan kesimpulan ayatnya.
15
Terjemahan Al-Quran yang terkenal di dunia Barat maupun Timur adalah terjemahan Abdullah Yusuf Ali The Holy Quran, Text Translation and commentary telah diterbitkan
berulang kali. Hasil karyanya dilengkapi dengan keterangan singkat surat dan kesimpulannya.
Terjemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Indonesia
Al-Quran al-karim sebagai Bacaan yang mulia bagi umat Islam juga mulai diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kegiatan ini dilakukan dimulai pada pertengahan abad ke-17 oleh
seorang ulama bernama Abdul Rauff`al-Fansuri, tokoh asal singkel, Aceh. Terjemahan yang ia lakukan bukan dalam Bahasa Indonesia yang kita kenal seperti sekarang ini, akan tetapi dalam
Bahasa Melayu, oleh karenanya apabila ditinjau dari sudut Bahasa Indonesia moderen kemungkinan dapat dikatakan belum sempurna, namun demikian kreatifitas semacam ini
sungguh amat besar artinya terutama sebagai perintis jalan menuju ke arah yang lebih sempurna.
16
Selain yang dilakukan oleh Al-Fansuri terdapat tejemahan yang lain, di antaranya adalah terjemahan yang dilakukan oleh kemajuan Islam Yogyakarta; Quran kejawen dan Quran
Sundawiah, terbitan percetakan A.B. Sib Syamsiah Solo, Tafsir Hidayatur Rahman oleh KH. Munawar Khalil, Tafsir Quran Indonesia oleh Prof. Mahmud Yunus 1935, AI-Furqan dan
Tafsir Quran oleh A. Hasan dari Bandung 1928, Tafsir Al-Quran oleh H. Zainuddin Hamidi cs 1959, al-Ibris disusun oleh Kiayi Biysri Musthafa dari Rembang 1960, Tafsir Al-Quran
Al-Hakim oleh H.M. Kasim Bakri cs 1960, dan banyak lagi yang lain. Dari berbagai macam
15
Rifa’i Sauqi dan M. Ali Hasan, op.cit., h. 178
16
Ibid. h.179
64 terjemahan Al-Quran tersebut ada yang lengkap dan ada yang tidak selesai, seperti penerbitan
terjemahan tafsir dari perkumpulan Muhammadiyah, Persatuan Islam Bandung, dan Al-Ittihadul Islamiyah di bawah pimpinan KH. A. Sanusi Sukabumi, sementara terjemahan ke dalam Bahasa
Jawa di antaranya adalah Al-Quran suci Basa Jawi, oleh Prof. K.H.R.Muhammad Adrian 1969, dan Al-Huda, oleh Drs. H. Bakry Syahid 1972.
17
Dari berbagai hasil terjemahan yang telah Penulis sebutkan di atas pada umumnya semuanya ditulis dalam gaya bahasa prosa dan kemunculannya tidak mendapatkan reaksi yang
menimbulkan kontrofersi. Salah satu terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Indonesia ada yang kemunculannya
mampu menimbulkan pro dan kontra ialah Bacaan Mulia oleh kritikus sastra H.B Jassin, yang dalam penerjemahan itu ia mempergunakan pendekatan puitis. Bebagai reaksi timbul setelah
terbitnya bacaan tersebut, baik yang disampaikan melalui media massa maupun buku-buku ilmiah, karena terjemahan karya Jassin ini dianggap banyak yang tidak mencapai maksud ayat
yang diterjemahkan.
18
Masyarakat penerjemah Al-Quran di Indonesia sampai saat ini belum memiliki data pasti yang memadai mengenai sejarah penerjemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Indonesia Melayu,
orang mengenal Quran dalam terjemahan Bahasa Melayu-Indonesia, yang konon diterjemahkan dari tafsir Baidlowi pada petengahan abad ke-17 oleh Abdul Rauff Al-fansuri, sebagaimana telah
Penulis kemukakan sebelumnya.
19
Meskipun demikian, Pemerintah Republik Indonesia menaruh perhatian besar terhadap terjemahan Al-Quran ini. Hal ini terbukti bahwa terjemahan ini temasuk pola I Pembangunan
17
Ibid
18
Ibid. h.180
19
Thamem Ushama, Metodologi Tafsir Al-Qur’n Kajian Kritis, Objektif dan Konfrehensif, Jakarta: Riora Cipta, 2000, h. 99
65 Semesta Berencana, sesuai dengan keputusan MPR. Untuk melaksanakan pekerjaan ini oleh
Menteri Agama waktu itu telah dibentuk sebuah lembaga yang diketuai oleh Prof. R.H.A.Sunarjo SH. Mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Lembaga tersebut
beranggotakan para Ulama dan Cerdik pandai Muslim yang memiliki keahlian dalam bidangnya masing-masing
Dari waktu ke waktu Pemerintah Indonesia selalu mencetak kitab suci al-Quran. Pada Repelita IV 1984-1989 telah dicetak 3.729.250 buah, terdiri dari Mushhaf Al-Quran, Juz
Amma, Al-Quran dan Terjemahnya, serta Al-Quran dan Tafsirnya. Atas berbagai saran masyarakat dan pendapat musyawarah kerja ulama Al-Quran XV
23-25 Maret 1989 terjemah dan tafsir Al-Quran tersebut disempurnakan oleh pustaka penelitian dan pengembangan Lektur Agama bersama Lajnah Pentashhih Mushhaf Al-Quran.
20
B. Penerjemahan Al-Quran Ke dalam Bahasa Indonesia.