Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

50

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap muslim sudah tentu mempunyai keinginan untuk dapat membaca dan memahami Al-Quran dalam gaya bahasa yang asli, yaitu Bahasa Arab. Tetapi karena tiap orang tidak mempunyai kemampuan atau kesempatan yang sama, maka tidaklah keinginan tersebut di atas dapat dicapai oleh setiap muslim. Untuk itulah maka Al-Quran diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. 1 Terjemahan Al-Quran ke dalam berbagai bahasa dunia di antaranya telah dilakukan dalam bahasa Persia, Turki, Urdu, Tamil, Pastaho, Jepang, Perancis, Spanyol, dan berbagai bahasa di kepulauan timur dan beberapa Bahasa Afrika. Juga terdapat terjemahan dalam bahasa China. Terjemahan dalam Bahasa Urdu yang pertama dimulai oleh Syah Abdul Qodir dari Delhi wafat tahun 1826. Kemudian setelah itu banyaklah dilakukan orang terjemahan ke dalam Bahasa Urdu, yang sebagian dari hasil terjemahannya tidak sampai selesai. Di antara terjemahan yang lengkap dan masih dipergunakan sampai saat ini ialah terjemahan dari Syah Rafiuddin, Syah Asyraf Ali Thanawi dan Maulvi Nazir Ahmad, mereka semua dari Delhi. Beberapa tahun terakhir Al-Quran telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa atas bantuan Rabithah Al Alam Al Islami dan Dar Al Ifta Wa Al Irsyad yang bermarkas di Saudi 1 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1990, h.30 51 Arabia. Mujamma’ Khadim Al Haramain Al Syarifain Al Malik Fahd untuk pencetakkan mushaf telah mencetak terjemahan Al-Quran dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Perancis, Turki, Urdu, China, Hausa, dan Indonesia. 2 Berbagai hasil penerjemahan Al-Quran di dunia ini ternyata bayak membawa nilai positif, baik bagi penerjemah itu sendiri maupun bagi pembacanya, di antaranya adalah seorang penerjemah Al-Quran dalam Bahasa Inggris Marmaduke Pickthall, ia telah menerjemahkan Al- Quran dalam gaya bahasa sastra. Karena latar belakang tersebut ia akhirnya memeluk Islam karena menganggap Islam agama yang mudah dipahami oleh setiap orang dan sebagai agama yang rasional. 3 Keperluan kita akan berbagai ilmu agama yang bersumber dari Al-Quran rnemang sangat besar dan tidak ada batasnya, akan tetapi untuk memahaminya ternyata memang bukan hal yang mudah, terutama bagi para pembaca yang tidak memahami gaya bahasa Al-Quran. Oleh sebab itu saat ini di tengah berbagai berita dan opini, serta makin pesatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, hasil karya terjemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Indonesia sangat memberi kontribusi dalam proses pemahaman isi Al-Quran. Semua terjemahan itu pada umumnya ditulis dalam bahasa prosa, hal mana tiada mengherankan karena yang dipentingkan oleh para penerjemah yang pada umumnya guru-guru agama, ialah isi kandungan kitab suci itu. Juga disebabkan karena Al Quran itu sendiri secara visuil disusun sebagai prosa, meskipun sebenarnya bahasanya sangat puitis dan ayat-ayatnya dapat disusun sebagai puisi dalam pengertian sastra. Maka tidaklah mengherankan pula apabila belakangan ini ada usaha-usaha dari para penyair untuk mempuitisasikan terjemahan ayat- ayatnya, seperti yang mula-rnula dilakukan oleh beberapa penyair Islam golongan pujangga baru 2 Ibid., h.35. 3 H.B. Jassin, Al-Quranul Karim-Bacaan Mulia, Jakarta: PT. Jambatan, 1991, cet. Ke-3, h. XVI 52 di antaranya Rifai Ali dan kemudian setelah perang dunia kedua oleh Diponegoro, Syubah Asa, Ali Audah, Taufik Ismail, Ajip Rosyidi, dan lain-lain. 4 Terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Indonesia yang beredar saat ini sudah cukup banyak. Di antaranya yang terpopuler adalah Tafsir Quran Karim Mahmoed Joenoes yang terbit pertama kali tahun 1938, Al Furqan A. Hasan, terbit tahun 1953, Tafsir Annur karya TM. Hashi Ash Siddieqy yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1956 dan jilid X dan terakhir tahnn 1973, Tafsir Quran H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS tahun 1960, dan yang terkemudian Al- Quran dan terjemahnya yang pertama kali terbit tahun 1970, dengan sponsor Departemen Agama Republik Indonesia. 5 Dari sekian banyak tokoh penerjemah Al-Quran yang berusaha menerjemahkan dengan gaya bahasa syair dan prosa, melalui skripsi ini saya akan menyajikan seorang tokoh penyair yang semasa hidupnya banyak menghasilkan karya sastra dan berhasil menerjemahkan Al-Quran dengan gaya bahasa puisi, ia adalah Hans Bague Jassin. Sebagai seorang yang bergelut dalam dunia sastra tentunya ia mempunyai banyak pengalaman dalam menulis karya yang identik dengan dirinya, salah satu karya yang cukup populer di kalangan masyarakat pecinta Al-Quran adalah terjemahan Al-Quranul Karim-Bacaan Mulia yang hasil terjemahannya bergaya puitis. Karena alasan tersebut maka penulis merasa termotivasi untuk menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURANUL KARIM BACAAN MULIA KARYA H.B. JASSIN ”. Pendapat H.B. Jassin tentang penerjemahan Al-Quran adalah bahwasanya untuk memperoleh terjemahan puitis yang efektif diperlukan perbendaharaan kata yang luas untuk 4 H.B. Jassin, Pengantar Al Qur’anul Karim-Bacaan Mulia, Jakarta: PT. Jambatan, 1978, cet. Ke-1, h.12 5 Ibid. 53 memungkinkan mencari kata-kata sinonim yang lebih merdu bunyinya atau jumlah suku katanya memungkinkan irama yang lebih harmonis dalam hubungan kandungan makna. Kata-kata sinonim diperlukan supaya ada variasi dalam pengungkapan sesuai dengan keindahan bunyi dan keserasian irama. Begitu pula kata-kata yang dimiliki oleh terjemahan yang puitis sebenarnya bersifat netral. Oleh karenanya menurut ia kata-kata yang dikatakan puitis adalah kata-kata yang menurut bunyinya enak didengar. Contoh : Artinya : l. Menurut terjemahan Departemen Agama mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat 2. Menurut terjemahan H.B.Jassin “mengapa kamu katakan apa yang tiada kamu lakukan? Artinya : 1. Menurut terjemahan Departement Agama “mereka yang memelihara sholat” 2. Menurut terjemahan H.B.Jassin “mereka yang setia menjalankan sembahyang” Selain itu penulis ingin mengetahui bagaimana langkah-langkah H.B. Jassin dalam menerjemahkan kitab suci tersebut, karena sebagaimana tercantum dalam berbagai buku yang berkaitan dengan hasil terjemahannya ia bukanlah seorang tokoh agama dan ia menyelesaikan 54 hasil terjemahannya ini di beberapa kota besar di dunia seperti Kuala Lumpur, Amsterdam, Berlin, Paris, London, Singapura, Jakarta, dan beberapa kota kecil di mancanegara.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah