Pencegahan DBD 1. Vektor Penularan Penyakit

c. Faktor Lingkungan environment Faktor lingkungan adalah termasuk segala sesuatu yang berada diluar agent dan pejamu, antara lain : c.1. Kualitas pemukiman dan sanitasi lingkungan yang kurang baik merupakan kondisi ideal untuk perkembangbiakan nyamuk vektor penyakit dan penularan penyakit. c.2. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pada daerah ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan vektor penular penyakit. c.3. Curah hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah kelembapan udara. Temperatur dan kelembapan selama musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk. c.4. Iklim dan temperatur, virus dengue hanya endemis diwilayah tropis dimana iklim dan temperatur memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. c.5. Kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena berkaitan dengan jarak terbang nyamuk aedes aegypti.

2.7 Pencegahan

2.7.1 Pencegahan Primer

a. Pencegahan DBD

Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah terjadinya DBD. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Essy Mandriani : Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue DBD Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome DSS Rawat Inap Di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008, 2010.

a.1. Vektor Penularan Penyakit

25 Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aeedes aegypti merupakan vektor penting didaerah perkotaan daerah urban sedangkan di daerah pedesaan daerah rural kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu dan dalam genangan air lainnya. 1 Morfologi dan Lingkaran Hidup Nyamuk Aedes aegypti 25 Morfologi Aedes aegypti yang terdiri dari nyamuk dewasa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Pupa atau kepompong berbentuk seperti “koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan larva jentik. Pupa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. Larva jentik memiliki 4 tingkat instar sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut: larva instar I berukuran paling kecil, 1-2 mm, larva instar II 2,5-3,8 mm, larva instar III lebih besar sedikit dari larva instar II, dan larva instar IV berukuran paling besar 5 mm. Larva memiliki pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral. Beristirahat dengan bergantung membuat sudut terhadap permukaan air. Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm. Berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Essy Mandriani : Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue DBD Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome DSS Rawat Inap Di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008, 2010. Lingkaran hidup nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik, dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetes menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air, stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan stadium pupa kempompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2- 3 bulan. 2 Tempat Perkembangbiakan 25 Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam atau di luar rumah atau di tempat-tempat umum,biasanya tidak lebih berjarak 500 m dari rumah. Nyamuk ini tidak berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Tempat Penampungan Air TPA untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandiwc, ember dan lain-lain. b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum burung, vas bunga, dan barang-barang bekas ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain c. Tempat penampungan air alamiah seperti : lobang pohon , lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain- lain. Essy Mandriani : Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue DBD Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome DSS Rawat Inap Di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008, 2010.

a.2. Bionomik Vektor