hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis di RS Haji Adam Malik Medan juga menunjukkan jumlah penderita DSS lebih banyak terdapat pada wanita 64,7.
15
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal di Delhi pada tahun 1996 menunjukkan bahwa jumlah penderita DSS lebih banyak terdapat pada laki-laki
60.
27
2.6.2. Distribusi Menurut Waktu.
Dari hasil pengamatan pederita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim penghujan yaitu
awal dan akhir tahun. Hal ini disebabkan pada musim hujan tempat perkembangan Aedes aegypti bertambah banyak misalnya dengan bertambahnya tempat
penampungan air secara alamiah yang terisi air hujan yang dapat dijadikan tempat berkembangbiaknya nyamuk. Sehingga jumlah vektor meningkat dan jumlah
penyakit juga akan meningkat.
26
2.6.3. Distribusi Menurut Tempat
Tempat terjangkitnya penyakit DBD pada umumnya adalah perkotaan.Hal ini disebabkan pada daerah perkotaan penduduknya cukup padat dan jarak antara rumah
berdekatan, sehingga lebih memungkinkan terjadinya penularan penyakit DBD, mengingat jarak terbang nyamuk Aedes aegypti 50-100 meter. Tetapi dejak tahun
1975 menurut Saroso penyakit DBD dapat berjangkit di daerah pedesaan yang padat penduduk, keadaan ini erat hubungannya dengan mobilitas penduduk serta sarana
transportasi yang semakin membaik.
26
Essy Mandriani : Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue DBD Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome DSS Rawat Inap Di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008, 2010.
2.6.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian DBD
26
Menurut Jhon Gordon 1950 terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari satu faktor Multiple Causal. Faktor-faktor tersebut adalah agent, pejamu host,
dan lingkungan environment. a.
Faktor Agent Adalah penyebab untuk terjadinya suatu penyakit, dalam hal ini yang menjadi
agent adalah virus Dengue. Virus Dengue termasuk kelompok Arbovirus tergolong dalam genus Flaviviridae dan dikenal 4 serotipe. Dengue 1 dan 2
ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan Dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus Dengue
berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksisiklat, stabil pad suhu 70°C. Keempat serotipe telah ditemukan
pada pasien di Indonesia dengan Dengue 3 merupakan serotipe yang paling banyak beredar.
b. Faktor Pejamu host
Pejamu yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan menderita DSS. Faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku serta peran serta dalam kegiatan
pemberantasan vektor dimasyarakat. Mobilitas penduduk yang tinggi akan memudahkan penularan virus dengue dari satu tempat ke tempat lain. Faktor
lainnya adalah umur dan kondisi individu masing-masing dalam mempertahankan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Selain itu faktor pendidikan juga
mempengaruhi cara berfikir dalam penerimaan penyuluhan yang diberikan dan cara mengatasi DBD agar tidak menjadi DSS.
Essy Mandriani : Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue DBD Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome DSS Rawat Inap Di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008, 2010.
c. Faktor Lingkungan environment
Faktor lingkungan adalah termasuk segala sesuatu yang berada diluar agent dan pejamu, antara lain :
c.1. Kualitas pemukiman dan sanitasi lingkungan yang kurang baik merupakan kondisi ideal untuk perkembangbiakan nyamuk vektor penyakit dan penularan
penyakit. c.2. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti. Pada daerah ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan vektor penular penyakit.
c.3. Curah hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah kelembapan udara. Temperatur dan kelembapan selama musim hujan
sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk. c.4. Iklim dan temperatur, virus dengue hanya endemis diwilayah tropis dimana
iklim dan temperatur memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. c.5. Kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena berkaitan
dengan jarak terbang nyamuk aedes aegypti.
2.7 Pencegahan