Distribusi Penyakit Distribusi Menurut Orang

tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi virus antibody complex yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstrvaskular. Pada pasien dengan shock berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa efusi pleura, asites. Shock yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan shock sangat penting guna mencegah kematian.

2.6. Epidemiologi DBB dan DSS

2.6.1. Distribusi Penyakit

Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir- akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan Essy Mandriani : Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue DBD Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome DSS Rawat Inap Di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008, 2010. yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Dengue Shock Syndrome DSS pertama kali muncul di Bangkok, Thailand pada tahun 1950.

2.6.1. Distribusi Menurut Orang

Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit DBD. Hasil penelitian Dizon 1958 di Filipina menunjukkan kelompok umur yang paling banyak terserang DBD adalah kelompok umur 15 tahun Menurut Saroso 1985 pada endemik awal penyakit DBD sebagian besar menyerang anak-anak dan90 kasus yang dilaporkan terjadi pada kelompok umur 15 tahun tetapi pada tahun 1989 terjadi pergeseran proporsi kasus pada orang dewasa. 26 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Rezeki Rezeki Hadinegoro dkk di RS Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta selama Januari – Juni 1998 menunjukkan bahwa dari 188 kasus DSS proporsi yang paling besar adalah kelompok umur 5-9 tahun 40. 12 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Munar Lubis di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2003 selama periode 5 tahun menunjukkan bahwa yang paling besar adalah proporsi penderita pada kelompok umur 1-5 tahun 41,2. 15 Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin penderita DBD tetapi hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit 2003 di Jakarta menemukan jumlah penderita DBD lebih banyak diderita oleh wanita 52,5 dibandingkan dengan laki-laki 47,5. 26 Untuk DSS hasil penelitian yang dilakukan di RSCM pada tahun 1998 menunjukkan bahwa jumlah penderita DSS lebih banyak terdapat pada wanita juga 53,9. 12 Begitu juga dengan Essy Mandriani : Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue DBD Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome DSS Rawat Inap Di RSU DR. Pirngadi Medan Tahun 2008, 2010. hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis di RS Haji Adam Malik Medan juga menunjukkan jumlah penderita DSS lebih banyak terdapat pada wanita 64,7. 15 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aggarwal di Delhi pada tahun 1996 menunjukkan bahwa jumlah penderita DSS lebih banyak terdapat pada laki-laki 60. 27

2.6.2. Distribusi Menurut Waktu.