Data Penelitian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu

57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampling jenuh dan diperoleh 21 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2011-2014 sehingga jumlah observasi menjadi 84. Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dibawah ini: Tab el 4.1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel No Kode Nama Perusahaan 1 ADRO Adaro Energi Tbk 2 ARII Atlas Resource Tbk 3 ATPK ATPK Resources Tbk 4 BORN Borneo Lumbung Energi Metal Tbk 5 BRAU Berau Coal Energy Tbk 6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 7 BUMI Bumi Resources Tbk 8 BYAN Bayan Resources Tbk 9 DEWA Darma Henwa Tbk 10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 11 GEMS Golden Energy Mines Tbk 12 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk 13 HRUM Harum Energy Tbk 14 ITMG Indo Tambangraya Mega Tbk 15 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk 16 MYOH Samindo Resources Tbk 17 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk 58 18 PTBA Bukit Asam Tbk 19 PTRO Petrosea Tbk 20 SMMT Golden Eagle Energy Tbk 21 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 4.2 Analisis Model Springate 4.2.1 Modal Kerja dibagi Total Aset Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Modal kerja yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut dan sebaliknya perusahaan dengan modal kerja positif jarang menghadapi kesulitan keuangan. Hasil perhitungan Modal Kerja dibagi Total Aset disajikan pada tabel berikut ini: Tab el 4.2 Modal Kerja dibagi Total Aset Tahun 2011-2014 No Nama Perusahaan Kode Modal Kerja dibagi Total Aset X1 2011 2012 2013 2014 1 Adaro Energi Tbk ADRO 0,092 0,077 0,089 0,077 2 Atlas Resource Tbk ARII 0,105 -0,306 -0,398 -0,292 3 ATPK Resources Tbk ATPK 0,286 0,277 0,056 0,267 4 Borneo Lumbung Energi Metal Tbk BORN 0,172 -0,421 -0,963 -1,259 5 Berau Coal Energy Tbk BRAU -0,249 -0,364 0,025 -0,238 6 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR 0,025 0,229 -0,213 -0,116 7 Bumi Resources Tbk BUMI 0,023 -0,046 -0,396 -0,401 8 Bayan Resources Tbk BYAN -0,132 0,033 0,027 -0,168 59 9 Darma Henwa Tbk DEWA 0,243 0,071 0,084 0,130 10 Delta Dunia Makmur Tbk DOID 0,218 0,155 0,113 0,193 11 Golden Energy Mines Tbk GEMS 0,608 0,375 0,210 0,245 12 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO 0,387 0,300 0,552 0,073 13 Harum Energy Tbk HRUM 0,391 0,424 0,421 0,448 14 Indo Tambangraya Mega Tbk ITMG 0,387 0,357 0,267 0,157 15 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI 0,496 0,227 0,194 0,162 16 Samindo Resources Tbk MYOH 0,168 -0,040 0,212 0,233 17 Perdana Karya Perkasa Tbk PKPK 0,104 0,156 0,222 0,103 18 Bukit Asam Tbk PTBA 0,603 0,546 0,361 0,259 19 Petrosea Tbk PTRO -0,019 0,075 0,132 0,148 20 Golden Eagle Energy Tbk SMMT -0,089 0,278 0,230 0,038 21 Toba Bara Sejahtera Tbk TOBA -0,053 -0,130 -0,049 0,073

4.2.2 Laba Sebelum Beban Bunga dan Pajak dibagi Total Aset

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari keseluruhan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar nilai dari rasio ini berarti akan semakin kecil pula resiko kebangkrutan perusahaan tersebut. Hasil perhitungan Laba Sebelum Beban Bunga dan Pajak dibagi Total Aset disajikan pada tabel berikut ini: Tab el 4.3 Laba Sebelum Beban Bunga dan Pajak dibagi Total Aset Tahun 2011-2014 No Nama Perusahaan Kode Laba Sebelum Beban Bunga dan Pajak dibagi Total Aset X2 2011 2012 2013 2014 1 Adaro Energi Tbk ADRO 0,198 0,124 0,080 0,080 2 Atlas Resource Tbk ARII 0,033 -0,040 -0,044 -0,082 3 ATPK Resources Tbk ATKP -0,213 -0,110 0,011 0,046 4 Borneo Lumbung Energi Metal Tbk BORN 0,176 -0,209 -0,386 -0,166 5 Berau Coal Energy Tbk BRAU 0,241 0,067 0,040 0,047 60 6 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR 0,074 0,113 0,050 0,041 7 Bumi Resources Tbk BUMI 0,139 -0,019 -0,012 0,127 8 Bayan Resources Tbk BYAN 0,193 0,058 -0,019 -0,139 9 Darma Henwa Tbk DEWA -0,034 -0,115 -0,160 0,025 10 Delta Dunia Makmur Tbk DOID 0,042 0,029 0,016 0,076 11 Golden Energy Mines Tbk GEMS 0,134 0,065 0,060 0,064 12 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO 0,206 0,319 -0,056 -0,070 13 Harum Energy Tbk HRUM 0,525 0,402 0,138 0,024 14 Indo Tambangraya Mega Tbk ITMG 0,464 0,397 0,231 0,201 15 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI 0,665 0,345 0,238 0,130 16 Samindo Resources Tbk MYOH 0,190 0,128 0,136 0,185 17 Perdana Karya Perkasa Tbk PKPK 0,053 0,008 0,042 -0,126 18 Bukit Asam Tbk PTBA 0,360 0,308 0,211 0,184 19 Petrosea Tbk PTRO 0,190 0,146 0,104 0,073 20 Golden Eagle Energy Tbk SMMT 0,051 0,033 0,032 0,003 21 Toba Bara Sejahtera Tbk TOBA 0,697 0,092 0,174 0,195

4.2.3 Penjualan dibagi Total Aset

Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aset untuk menghasilkan penjualan. Semakin kecil nilai dari rasio ini maka akan semakin besar potensi kebangkrutan dari suatu perusahaan. Hasil perhitungan rasio ini dapat dilihat dibawah ini: 61 Tab el 4.4 Penjualan dibagi Total Aset Tahun 2011-2014 No Nama Perusahaan Kode Penjualan dibagi Total Aset X3 2011 2012 2013 2014 1 Adaro Energi Tbk ADRO 0,705 0,556 0,488 0,518 2 Atlas Resource Tbk ARII 0,355 0,325 0,363 0,113 3 ATPK Resources Tbk ATKP 1,213 1,203 0,275 0,375 4 Borneo Lumbung Energi Metal Tbk BORN 0,410 0,313 0,199 0,116 5 Berau Coal Energy Tbk BRAU 0,828 0,713 0,712 0,553 6 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR 0,541 0,782 0,899 1,299 7 Bumi Resources Tbk BUMI 0,399 0,369 0,506 0,234 8 Bayan Resources Tbk BYAN 0,946 0,745 0,732 0,713 9 Darma Henwa Tbk DEWA 0,698 0,762 0,607 0,659 10 Delta Dunia Makmur Tbk DOID 0,650 0,727 0,642 0,671 11 Golden Energy Mines Tbk GEMS 0,860 1,151 1,101 1,322 12 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO 0,707 0,502 0,319 0,368 13 Harum Energy Tbk HRUM 1,637 1,937 1,742 1,076 14 Indo Tambangraya Mega Tbk ITMG 1,509 1,636 1,565 1,486 15 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI 2,255 2,070 1,824 1,364 16 Samindo Resources Tbk MYOH 1,787 1,388 1,352 1,489 17 Perdana Karya Perkasa Tbk PKPK 0,858 0,743 0,560 0,252 18 Bukit Asam Tbk PTBA 0,919 0,911 0,960 0,883 19 Petrosea Tbk PTRO 0,699 0,728 0,707 0,744 20 Golden Eagle Energy Tbk SMMT 0,052 0,050 0,056 0,012 21 Toba Bara Sejahtera Tbk TOBA 2,212 1,517 1,354 1,663 4.2.4 Laba Sebelum Pajak dibagi Kewajiban Lancar Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban lancar dengan menggunakan laba bersih sebelum dipotong pajak, Hasil perhitungan rasio ini dapat dilihat dibawah ini: 62 Tab el 4.5 Laba Sebelum Pajak dibagi Kewajiban Lancar Tahun 2011-2014 No Nama Perusahaan Kode Laba Sebelum Pajak dibagi Kewajiban Lancar X4 2011 2012 2013 2014 1 Adaro Energi Tbk ADRO 1,287 0,794 0,542 0,420 2 Atlas Resource Tbk ARII 0,085 -0,093 -0,092 -0,204 3 ATPK Resources Tbk ATKP -0,352 -0,162 0,062 0,348 4 Borneo Lumbung Energi Metal Tbk BORN 0,310 -0,340 -0,401 -0,157 5 Berau Coal Energy Tbk BRAU 0,244 0,001 -0,071 -0,017 6 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR 0,126 0,274 0,100 0,089 7 Bumi Resources Tbk BUMI 0,220 -0,255 -0,158 0,084 8 Bayan Resources Tbk BYAN 0,471 0,198 -0,128 -0,386 9 Darma Henwa Tbk DEWA -0,215 -0,428 -0,564 0,055 10 Delta Dunia Makmur Tbk DOID 0,013 -0,086 -0,094 0,213 11 Golden Energy Mines Tbk GEMS 0,919 0,432 0,230 0,233 12 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO 3,771 0,623 -0,570 -0,976 13 Harum Energy Tbk HRUM 2,212 1,988 0,765 0,090 14 Indo Tambangraya Mega Tbk ITMG 1,605 1,353 0,857 0,720 15 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI 2,444 1,434 0,898 0,542 16 Samindo Resources Tbk MYOH 0,443 0,243 0,447 0,658 17 Perdana Karya Perkasa Tbk PKPK 0,005 -0,098 -0,038 -0,244 18 Bukit Asam Tbk PTBA 2,159 2,209 1,089 0,748 19 Petrosea Tbk PTRO 0,589 0,505 0,227 0,205 20 Golden Eagle Energy Tbk SMMT 0,380 0,488 0,523 -0,026 21 Toba Bara Sejahtera Tbk TOBA 1,270 0,144 0,347 0,595 63 64 Berdasarkan hasil perhitungan rasio Springate maka didapatkan nilai maksimum dan minimum untuk masing-masing rasio model Springate sebagai berikut. Tabel 4.6 Nilai Maksimum dan Minimum Untuk Setiap Rasio Springate Variabel Tah un 2011 2012 Minimum Maksimum Minimum Maksimum Modal Kerja Dibagi Total Aset BRAU -0,249 GEMS 0,608 BORN -0,421 PTBA 0,546 Laba Sebelum Beban Bunga Pajak Dibagi Total Aset ATKP -0,213 KKGI 0,665 BORN -0,209 HRUM 0,402 Penjualan Dibagi Total Aset SMMT 0,052 KKGI 2,255 SMMT 0,050 KKGI 2,070 Laba Sebelum Pajak Dibagi Kewajiban Lancar ATKP -0,352 GTBO 3,771 DEWA -0,428 PTBA 2,209 Tabel 4.6 Lanjutan Nilai Maksimum dan Minimum Untuk Masing-Masing Rasio Springate Variabel Tah un 2013 2014 Minimum Maksimum Minimum Maksimum Modal Kerja Dibagi Total Aset BORN -0,963 GTBO 0,552 BORN -1,259 HRUM 0,448 Laba Sebelum Beban Bunga Pajak Dibagi Total Aset BORN -0,386 KKGI 0,238 BORN -0,166 ITMG 0,201 Penjualan Dibagi Total Aset SMMT 0,056 KKGI 1,824 SMMT 0,012 MYOH 1,489 Laba Sebelum Pajak Dibagi Kewajiban Lancar GTBO -0,570 KKGI 0,898 GTBO -0,976 PTBA 0,748 65 Nilai rasio modal kerja dibagi total aset terendah pada tahun 2011 adalah nilai PT. Berau Coal Energy yang bernilai -0,249. Nilai ini menandakan bahwa kewajiban lancar perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan aktiva lancarnya sehingga menghasilkan modal kerja yang negatif. Nilai rasio tertinggi pada tahun 2011 adalah nilai rasio PT. Golden Energy Mines Tbk, dimana nilai rasio modal kerja dibagi total aset yang tinggi merupakan salah satu indikator perusahaan yang sehat. Pada tahun 2012 nilai rasio modal kerja dibagi total aset terendah adalah nilai rasio PT. Borneo Lumbung Energi Metal Tbk, dan bukan hanya pada tahun 2012, perusahaan tersebut juga memiliki nilai rasio terendah pada tahun 2013 dan 2014, hal ini menandakan kesehatan perusahaan tidak kunjung membaik, dan semakin tidak sehat yang dapat dilihat dari nilai rasio perusahaan dari -0,421 pada tahun 2012 menurun menjadi -0,963 pada tahun 2013 dan -1,259 pada tahun 2014. Untuk nilai maksimum pada tahun 2012, 2013 dan 2014 semuanya dimiliki oleh perusahaan yang berbeda yaitu PT. Bukit Asam Tbk, Garda Tujuh Buana Tbk dan PT. Harum Energy Tbk, tetapi dapat dilihat nilai maksimum rasio modal kerja dibagi total aset terus menurun dari tahun ketahun yang berarti ini dapat menandakan kondisi kesehatan perusahaan pertambangan sub sektor batu bara terus menurun, meski perusahaan masih masuk kedalam kategori sehat. 66 Rasio laba sebelum beban bunga dan pajak terendah pada tahun 2011 adalah nilai rasio PT. ATKP Resources Tbk yang bernilai -0,213. Nilai ini menandakan perusahaan itu sedang merugi dan jika tidak segera memperbaiki kesehatannya maka perusahaan itu akan menderita kebangkrutan. Pada tahun 2012, 2013 dan 2014 nilai rasio terendah adalah milik PT. Borneo Lumbung Energi Metal Tbk dimana hal ini menadakan bahwa perusahaan itu benar-benar sangat tidak sehat dan kondisinya tidak kunjung membaik. Seperti nilai rasio modal kerja dibagi total aset, nilai rasio laba sebelum beban bunga dan pajak maksimum perusahaan-perusahaan pertambangan sub sektor batu bara dari tahun ke tahun terus menurun, hal ini menandakan laba perusahaan-perusahaan di sektor ini terus menurun dari tahun ke tahun dan dikhawatirkan akan terus berlangsung. PT.Golden Eagle Energy Tbk memiliki nilai rasio penjualan dibagi total aset terendah dari tahun 2011 sampai 2014, hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki nilai penjualan terendah dibandingkan perusahaan yang lain, nilai penjualan yang rendah dapat menjadi salah satu faktor penyebab kebangkrutan perusahaan, dan hal ini kembali diperburuk dengan nilai rasio yang terus menurun dari tahun ke tahun dimulai dari 0,052 menjadi 0,012. Nilai rasio penjualan dibagi total aset maksimum selama periode 2011 sampai dengan 2013 adalah nilai rasio PT. Resource Alam Indonesia Tbk, tetapi nilai rasionya terus menurun dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2014 PT. Samindo Resources Tbk memiliki nilai rasio penjualan dibagi total aset tertinggi, meski nilai itu juga menurun dari nilai rasio tahun sebelumnya. Nilai rasio laba sebelum pajak dibagi kewajiban lancar terendah pada 67 tahun 2011 adalah nilai PT.ATKP yang bernilai -0,352. Pada tahun 2012 PT. Darma Henwa Tbk memilki nilai rasio terendah yaitu -0,428. PT. Garda Tujuh Buana Tbk mendapat nilai rasio terendah pada tahun 2013 dan 2014. Nilai rasio tertinggi pada tahun 2011 adalah PT. Garda Tujuh Buana Tbk, pada tahun 2012 PT. Bukit Asam Tbk, pada tahun 2013 PT. Resource Alam Indonesia Tbk dan pada tahun 2014 PT. Bukit Asam Tbk. Nilai rasio terus menurun dari tahun ke tahun dimana hal ini menandakan bahwa laba perusahaan-perusahaan terus menurun dari tahun ke tahun dan pada jangka panjang hal ini tentu sangat tidak baik. Dari nilai-nilai rasio Springate yang didapatkan dapat dilihat bahwa nilai rasio setiap perusahaan terus menurun dari tahun ke tahun, hal ini menandakan bahwa kesehatan perusahaan-perusahaan pertambangan sub sektor batu bara tidak baik dan dikhawatirkan jika ini terus berlangsung maka banyak perusahaan di sub sektor ini yang akan menderita kerugian 68

4.3 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu

Bara dengan Menggunakan Model Springate Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai dengan 2014 sebanyak 21 perusahaan. Perusahaan yang menjadi populasi seluruhnya diambil menjadi sampel yaitu sebanyak 21 perusahaan dengan total observasi sebanyak 84. Sampel akan terlebih dahulu dihitung potensi kebangkrutannya dengan menggunakan model Springate, yang memiliki rumus sebagai berikut: Z = 1,03X 1 + 3,07X 2 + 0,4X 3 + 0,66X 4 Keterangan : X 1 : Modal kerja total aset working capital total asset X 2 : Laba sebelum beban bunga dan pajak total aset earning before interest and tax total asset X 3 : Penjualan total aset sales total asset X 4 : Laba sebelum pajak kewajiban lancar net profit before tax current liabilities Nilai Springate yang didapat dari sampel perusahaan kemudian akan dikelompokkan ke dalam kategori perusahaan yang berpotensi bangkrut dan yang tidak. Semakin tinggi nilai Springate suatu perusahaan maka perusahaan akan semakin sehat, dan nilai kritis dari model Springate adalah 0,862 yang berarti perusahaan dengan skor dibawah 0,862 akan berpotensi untuk bangkrut dan yang diatas 0,862 tidak berpotensi untuk bangkrut. 69 Tab el 4.7 Daftar Sampel Untuk Nilai Springate Tahun 2011-2014 No Nama Perusahaan Kode Tah un Nilai Springate Kategori 1 Adaro Energi Tbk ADRO 2011 1,834 Tidak Bangkrut 2012 1,207 Tidak Bangkrut 2013 0,888 Tidak Bangkrut 2014 0,811 Bangkrut 2 Atlas Resource Tbk ARII 2011 0,408 Bangkrut 2012 -0,369 Bangkrut 2013 -0,461 Bangkrut 2014 -0,642 Bangkrut 3 ATPK Resources Tbk ATPK 2011 -0,105 Bangkrut 2012 0,322 Bangkrut 2013 0,244 Bangkrut 2014 0,797 Bangkrut 4 Borneo Lumbung Energi Metal Tbk BORN 2011 1,087 Tidak Bangkrut 2012 -1,173 Bangkrut 2013 -2,360 Bangkrut 2014 -1,864 Bangkrut 5 Berau Coal Energy Tbk BRAU 2011 0,975 Tidak Bangkrut 2012 0,116 Bangkrut 2013 0,386 Bangkrut 2014 0,111 Bangkrut 6 Baramulti Suksessarana Tbk BSSR 2011 0,553 Bangkrut 2012 1,078 Tidak Bangkrut 2013 0,360 Bangkrut 2014 0,585 Bangkrut 7 Bumi Resources Tbk BUMI 2011 0,756 Bangkrut 2012 -0,127 Bangkrut 2013 -0,347 Bangkrut 2014 0,125 Bangkrut 70 8 Bayan Resources Tbk BYAN 2011 1,145 Tidak Bangkrut 2012 0,640 Bangkrut 2013 0,177 Bangkrut 2014 -0,570 Bangkrut 9 Darma Henwa Tbk DEWA 2011 0,285 Bangkrut 2012 -0,257 Bangkrut 2013 -0,535 Bangkrut 2014 0,509 Bangkrut 10 Delta Dunia Makmur Tbk DOID 2011 0,622 Bangkrut 2012 0,483 Bangkrut 2013 0,360 Bangkrut 2014 0,842 Bangkrut 11 Golden Energy Mines Tbk GEMS 2011 1,987 Tidak Bangkrut 2012 1,330 Tidak Bangkrut 2013 0,994 Tidak Bangkrut 2014 1,131 Tidak Bangkrut 12 Garda Tujuh Buana Tbk GTBO 2011 3,801 Tidak Bangkrut 2012 1,902 Tidak Bangkrut 2013 0,147 Bangkrut 2014 -0,637 Bangkrut 13 Harum Energy Tbk HRUM 2011 4,129 Tidak Bangkrut 2012 3,756 Tidak Bangkrut 2013 2,059 Tidak Bangkrut 2014 1,023 Tidak Bangkrut 14 Indo Tambangraya Mega Tbk ITMG 2011 3,485 Tidak Bangkrut 2012 3,133 Tidak Bangkrut 2013 2,176 Tidak Bangkrut 2014 1,849 Tidak Bangkrut 15 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI 2011 5,067 Tidak Bangkrut 2012 3,069 Tidak Bangkrut 2013 2,253 Tidak Bangkrut 2014 1,468 Tidak Bangkrut 16 Samindo Resources Tbk MYOH 2011 1,764 Tidak Bangkrut 2012 1,068 Tidak Bangkrut 2013 1,472 Tidak Bangkrut 2014 1,838 Tidak Bangkrut 71

4.4 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Model Altman dan Ukuran Perusahaan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 63 93

Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 58 103

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN (Kasus Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 6

ANALISIS KEBANGKRUTAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

21 87 88

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 10

Analisa Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Industri Sub Sektor Textile dan Garment yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Laporan Keuangan dengan Model Springate dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MODEL SPRINGATE DALAM MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN SUB SEKTOR BATU BARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13

Analisis Laporan Keuangan untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan dengan Membandingkan Model Altman Z-Score dan Model Springate pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 11

Analisis Laporan Keuangan untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan dengan Membandingkan Model Altman Z-Score dan Model Springate pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14