36
kebangkrutan perusahaan
3 Kozjak
2014 Assessment of
Bankruptcy Prediction Model
Applicability in Croatia
Independen: Variabel
Springate Dependen:
Prediksi kebangkrutan
Springate merupakan
model yang memberikan
hasil terbaik dalam
memprediksi potensi
kebangkrutan di Kroasia
4 Fedorova, et
al. 2012 Model for
Bankcruptcy Forecasting: Case
Study of Russian Enterprises
Independen: Variabel
Springate Dependen:
Prediksi kebangkrutan
Model Springate
memberikan hasil yang
baik dalam memprediksi
kebangkrutan perusahaan
manufaktur di Rusia
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konseptual secara teoritis
menggambarkan hubungan antara variabel penelitian yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengukuran rasio Springate bertujuan untuk mengetahui
potensi kebangkrutan perusahaan yang diteliti. Model Springate memiliki rasio yang terdiri dari: modal kerja dibagi total aset; laba sebelum beban bunga dan
pajak dibagi total aset; penjualan dibagi total aset; dan laba sebelum pajak dibagi kewajiban lancar.
37
Rasio – rasio dalam Model Springate yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel bebas dan variabel terikatnya adalah potensi kebangkrutan
perusahaan dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel, dan permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
H1
H2
H3
H5 H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
X
4
Potensi Kebangkrutan
Perusahaan Y
38
2.4 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu
penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
2.4.1 Pengaruh Rasio Modal Kerja Dibagi Total Aset Terhadap
Potensi Kebangkrutan Perusahaan
Rasio modal kerja dibagi total aset merupakan rasio aktivitas yang mengukur sejauh mana modal kerja yang ada dapat digunakan untuk
membiayai total asetnya. Menurut Darwis 2013, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aset jangka pendek. Modal kerja
didefinisikan sebagai aset lancar dikurangi kewajiban lancar. Aset lancar merupakan aset dengan tingkat likuiditas lebih tinggi daripada aset lain yang
dimiliki perusahaan. Besarnya nilai rasio modal kerja dibagi total aset ini merupakan gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan modal kerja
yang tersedia untuk membiayai aktivitas perusahaan dan nilai rasio ini tergantung dari nilai modal kerja dan total aset itu sendiri. Jika aset lancar
lebih kecil dari kewajiban lancar, maka nilai yang dihasilkan rasio ini akan negatif. Demikian pula sebaliknya jika aset lancar lebih besar dari kewajiban
lancar, maka nilai yang dihasilkan akan positif. Nilai rasio yang positif akan meningkatkan kepercayaan kreditor kepada perusahaan sehingga
kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman
39
dari kreditor. Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aset yang menyebabkan rasio ini ikut
mengalami penurunan. Berarti semakin kecil rasio ini maka perusahaan akan
semakin berpotensi untuk bangkrut.
Berdasarkan penjelasan diatas disusun hipotesis sebagai berikut: H
1
: Modal kerja dibagi total aset berpengaruh terhadap prediksi potensi kebangkrutan perusahaan.
2.4.2 Pengaruh Rasio Laba Sebelum Beban Bunga dan Pajak Dibagi
Total Aset Terhadap Potensi Kebangkrutan Perusahaan
Rasio
l
aba
s
ebelum
b
eban
b
unga dan
p
ajak dibagi
total a
set mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba dari aset yang digunakan.
Laba sebelum bunga dan pajak adalah laba operasional perusahaan sebelum dikenakan pajak dan kebijakan keuangan lainnya. Menurut Darwis 2013,
rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang digunakan earning power. Rasio ini mengukur efektifitas
perusahaan dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Jika nilai rasio ini kecil maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan itu tidak
efektif dalam menghasilkan labanya. Nilai rasio yang rendah akan menurunkan minat investor untuk menanamkan dananya di perusahaan.
40
Penurunan minat investor ini akan meningkatkan potensi kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas disusun hipotesis sebagai berikut: H
2
: Laba sebelum beban bunga dan pajak dibagi total aset berpengaruh terhadap prediksi potensi kebangkrutan perusahaan.
2.4.3 Pengaruh Rasio Penjualan Dibagi Total Aset Terhadap Potensi
Kebangkrutan Perusahaan
Rasio penjualan dibagi total aset merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aset untuk
menghasilkan penjualan. Rasio ini mencerminkan seberapa efektif perusahaan memanfaatkan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Rasio
penjualan terhadap total aset menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan bersih yang dapat
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk aset perusahaan. Semakin besar nilai dari rasio ini berarti perusahaan semakin
efektif menggunakan aset untuk menghasilkan penjualan yang meningkatkan laba perusahaan. Sebaliknya jika rasio ini menurun maka perusahaan tidak
efektif dalam menggunakan aset perusahaan yang akan menurunkan penjualan yang pada akhirnya akan menurunkan laba. Laba yang menurun
akan meningkatkan potensi kebangkrutan perusahaan tersebut
41
Berdasarkan penjelasan diatas disusun hipotesis sebagai berikut: H
3
: Penjualan dibagi total aset berpengaruh terhadap prediksi potensi kebangkrutan perusahaan.
2.4.4 Pengaruh Rasio Laba Sebelum Pajak Dibagi Kewajiban Lancar
Terhadap Potensi Kebangkrutan Perusahaan
Rasio laba sebelum pajak dibagi kewajiban lancar dihitung dengan membagi laba sebelum pajak perusahaan dengan kewajiban lancar
perusahaan. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban lancarnya dengan menggunakan laba bersih sebelum
dikenai pajak. Jika laba sebuah perusahaan tinggi maka kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya juga akan lebih besar, sebaliknya jika
laba sebuah perusahaan kecil, kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya juga akan semakin rendah. Hal ini dapat berakibat
terhadap meningkatnya potensi kebangkrutan perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas disusun hipotesis sebagai berikut:
H
4
: Laba sebelum pajak dibagi kewajiban lancar berpengaruh terhadap
prediksi potensi kebangkrutan perusahaan.
42
2.4.5 Pengaruh Rasio Modal Kerja Dibagi Total Aset, Rasio Laba
Sebelum Beban Bunga dan Pajak Dibagi Total Aset, Rasio Penjualan Dibagi Total Aset dan Rasio Laba Sebelum Pajak
Dibagi Kewajiban Lancar Secara Simultan Terhadap Potensi Kebangkrutan Perusahaan
Analisis potensi kebangkrutan dapat dilakukan dengan beberapa cara, dan salah satunya adalah dengan menggunakan analisis model Springate.
Model Springate merupakan salah satu model prediksi yang telah disadur oleh analis dan menurut Gunathilaka 2014 penggunaan model Springate
sebagai model prediksi itu sudah reliabel dan valid. Botheras 1979 melakukan analisis kebangkrutan model Springate pada 50 perusahaan dan
mendapatkan akurasi sebesar 88. Sands 1980 melakukan uji pada 24 perusahaan dan mendapatkan akurasi sebesar 83. Dari penelitian yang
dilakukan oleh beberapa peneliti diatas model Springate layak dijadikan model prediksi kebangkrutan. Rasio – rasio yang terdiri dari modal kerja
dibagi total aset, laba sebelum beban bunga dan pajak dibagi total aset, penjualan dibagi total aset, dan laba sebelum pajak dibagi kewajiban lancar.
Keempat rasio ini menurut peneliti mampu menganalisis perusahaan yang berpotensi bangkrut terutama perusahaan batubara yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun hipotesis
43
berikutnya. H
5
: Modal kerja dibagi total aset, laba sebelum beban bunga dan pajak dibagi total aset, penjualan dibagi total aset, dan laba sebelum pajak dibagi
kewajiban lancar berpengaruh terhadap prediksi potensi kebangkrutan perusahaan secara simultan.
44
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian dimana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan
dalam hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya. Menurut Sugiyono 2011:4, variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Penelitian ini menguji kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono 2011:61, Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyeksubyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan pertambangan sub sektor batu bara yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 yaitu sebanyak 21
45
perusahaan pertambangan sub sektor batu bara. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sample kurang representative maka
mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya Erlina dan Sri Mulyani, 2007:74.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel sehingga jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 21 perusahaan dan diamati selama
empat tahun yaitu mulai dari tahun 2011 sampai 2014. Daftar populasi dan sampel perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan
No Kode
Nama Perusahaan Sampel
1 ADRO
Adaro Energi Tbk 1
2 ARII
Atlas Resource Tbk 2
3 ATPK
ATPK Resources Tbk 3
4 BORN
Borneo Lumbung Energi Metal Tbk 4
5 BRAU
Berau Coal Energy Tbk 5
6 BSSR
Baramulti Suksessarana Tbk 6
46
7 BUMI
Bumi Resources Tbk 7
8 BYAN
Bayan Resources Tbk 8
9 DEWA
Darma Henwa Tbk 9
10 DOID
Delta Dunia Makmur Tbk 10
11 GEMS
Golden Energy Mines Tbk 11
12 GTBO
Garda Tujuh Buana Tbk 12
13 HRUM
Harum Energy Tbk 13
14 ITMG
Indo Tambangraya Mega Tbk 14
15 KKGI
Resource Alam Indonesia Tbk 15
16 MYOH
Samindo Resources Tbk 16
17 PKPK
Perdana Karya Perkasa Tbk 17
18 PTBA
Bukit Asam Tbk 18
19 PTRO
Petrosea Tbk 19
20 SMMT
Golden Eagle Energy Tbk 20
21 TOBA
Toba Bara Sejahtera Tbk 21
3.3 Jenis dan Sumber Data