Isu Moral dalam Intervensi Kemanusiaan

71 Implementasi intervensi kemanusiaan di Timur Tengah yang tidak mendapatkan mandat PBB salah satu contohnya adalah intervensi NATO ke Libya. Libya tidak pernah menunjuk representasi negaranya untuk memberikan informasi atau menyatakan kepada PBB akan kesediaan negaranya untuk diintervensi. Dengan demikian intervensi kemanusiaan ke Libya tidak mendapatkan justifikasinya. Oleh karena tidak terpenuhinya mandat dan permohonan negara untuk intervensi tersebut membuat intervensi kemanusiaan di Libya tidak sah. Hal berbeda terjadi di Mali, bahwa representasi dari pemerintah Mali meminta bantuan kepada pemerintah Prancis untuk mengatasi pemberontakan di Mali Utara. 19 Jadi, dalam intervensi kemanusiaan, jika suatu negara tetap tidak menginginkan adanya campur tangan dari pihak lain maka intervensi tersebut ilegal atau tidak sah untuk dilakukan, mmeskipun telah mendapatkan mandat dari PBB.

2.5 Isu Moral dalam Intervensi Kemanusiaan

Humanitarian Intervention Intervensi kemanusiaan pada dasarnya diatur oleh PBB bertujuan untuk menghormati hak asasi manusia. Komitmen ini tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 Piagam PBB. Sejak 1945 bersamaan dengan lahirnya konvensi mengenai pelarangan genosida, deklarasi HAM universal, maka tindakan kesewenang- wenangan negara terhadap warganya dibatasi. Batas teritorial menjadi tidak berarti ketika sudah menyangkut dengan upaya pelaksanaan dan perlindungan HAM. 20 Intervensi kemanusiaan dianggap telah mendapat legalisasi PBB dengan adanya Universal Declaration of Human Right. Pasal 28 Universal Declaration of Human Right menyatakan bahwa setiap manusia berhak melakukan setiap hak- hak yang dimilikinya, dan tidak ada satu pun otoritas yang dapat melanggar semua hak-hak tersebut. Di dalam pasal 30 juga dinyatakan bahwa negara tidak berhak 19 Aljazeera. 2013. Mali Seeks France Help Againts Rebel Advances. Dalam http:www.aljazeera.comnewsafrica20130120131111454291579.html . Diakses 10 April 2015. 20 Vandi Syahputra, dkk. Tanpa tahun. International Law Percepective Of Humanitarian Intervention Implementation By The United Nation Security Council In an Internal Conflict Of State. Jurusan Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta. Hal 11. 72 melakukan penafsiran terhadap deklarasi ini untuk memberikan negara, kelompok atau seseorang hak untuk melakukan perusakan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh manusia yang telah dijamin dalam deklarasi ini. 21 Masalah dalam intervensi kemanusiaan muncul ketika pemerintah sebuah negara memutuskan menggunakan kekuatan senjata dalam menghadapi rakyatnya sendiri, sementara itu situasi di negara itu kolaps dan terjadi pelanggaran terhadap hukum. 22 Pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia saat ini telah berkembang sehingga menjadi masalah internasional. Legitimasi dalam menggunakan kekuatan senjata untuk mencegah pelanggaran HAM di wilayah yang diintervensi tersebut yang menjadi perdebatan. R.J. Vincent mengatakan, jika sebuah negara secara sistematis dan masif melanggar hak asasi manusia, masyarakat internasional memiliki tugas untuk melakukan intervensi kemanusiaan. 23 Koffi Annan selaku Sekretaris Jendral PBB periode 1997 sampai dengan 2006 juga memberikan pernyataan yang mendukung intervensi kemanusiaan: “… If humanitarian intervention is, indeed, an unacceptable assault on sovereignity, how should we respond to a Rwanda, to a Srebrenica – to gross and systematic violations of human right that offend every percept of our common humanity? ” 24 Pernyataan Koffi Annan tersebut dapat dipahami bahwa kemanusiaan adalah priotitas dan tujuan dari suatu intervensi. Tragedi kemanusiaan yang terjadi di suatu negara kemudian dianggap sebagai tanggung jawab dunia internasional. Negara-negara yang tergabung dalam PBB memiliki tanggung jawab menghentikan tragedi tersebut. Selain penggunaan kekuatan senjata dalam intervensi kemanusiaan. Perdebatan paling krusial dalam humanitarian intervention adalah intervensi kemanusiaan tersebut seringkali diwarnai konflik kepentingan dari negara-negara 21 Ibid 22 Nicholas J. Wheeler. 2000. Saving Strangers: Humanitarian Intervention in International Society. New York: Oxford University Press. Hlm. 27. 23 R. J. Vincent. 1986. Human Rights and International Relations. Cambridge: Cambridge University Press. Hlm. 127. 24 Rudi Guraizu. 2008. Is humanitarian military intervention in the affairs of another state ever justified?. Middlesex University School of Health and Social Sciences. Hal 2. 73 tertentu sehingga seringkali intervensi kemanusiaan itu dilakukan tanpa mandat dan legalitas yang jelas. Akibatnya, intervensi dipandang sebagai hal ilegal dan menjadi bukti arogansi kekuatan negara-negara besar yang menyalahi kedaulatan negara-negara lemah. Berkaitan dengan legalitas intervensi tersebut, Libya sebagai negara yang juga terkena dampak dari adanya Arab Spring juga mengalami intervensi tanpa adanya mandat yang jelas. Hal ini akan dijelaskan pada sub bab berikut.

2.6 Intervensi Kemanusiaan di Timur Tengah: Kasus Libya dan Suriah.