50
Sociocultural practice
Menggunakan studi pustaka dan penelusuran data sekunder lainnya.
Sumber: Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta:LKIS Yogyakarta
. Ada tiga tahap analisis yang digunakan. Pertama, deskripsi,yakni untuk
menguraikan isi dan analisis secara deskriptif pada teks. Di sini, teks dijelaskan tanpa dihubungkan dengan aspek lain. Kedua, interpretasi, yaitumenafsirkan teks
dengan menghubungkan pada praktik wacana yang dilakukan. Ketiga, eksplanasi, bertujuan untuk mencari penjelasan atas hasil penafsiran kita pada tahap kedua.
Penjelasan tersebut dapat diperoleh dengan menghubungkan produksi teks itu dengan praktik sosiokultural dimana suatu media berada. Melalui model ini,
Fairclough ingin menegaskan bahwa wacana sesungguhnya adalah suatu bidang yang kompleks karena yang muncul pada teks yang kita teliti sesungguhnya
adalah bagian akhir dari suatu proses yang kompleks pula. Kompleks sebab berasal dari berbagai kekuatan, aturan, regulasi, dan negoisasi yang menghasilkan
fakta tertentu. Model yang diperkenalkan oleh Fairclough juga berusaha mendeteksi dan menghubungkan substansi wacana pidato Presiden Obama
dengan bentuk wacana umum lainnya yang terjadi di dalammasyarakat modern. Hal initentunya yang terkait dengan isu intervensi kemanusiaan dan praktik
wacana hegemoni Amerika Serikat di Timur Tengah.
1.15. Peran Peneliti
Di dalam penelitian kualitatif, peran peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data mensyaratkan identifikasi nilai-nilai, asumsi-asumsi,dan bias
personal di awal penelitian.
109
Di dalam critical theory, keberpihakan peneliti terhadap suatu pandangan atau objek penelitian diterima bahkan menjadi ciri
validitas penelitian tersebut. Meskipun demikian, keberpihakan dan bias peneliti ini
perlu dinyatakan
secara eksplisit
sebagaimana dinyatakan
oleh Creswell.
110
Maka, dalam penelitian ini peran peneliti lebih kepada posisi untuk melakukan proses kritik dan interpretasi atas wacana praktik hegemoni yang
109
John W. Creswell. Op Cit. 2003. Hal 200.
110
Ibid
51
diduga terkandung dalam naskah Pidato Presiden Obama terkait dengan intervensi kemanusiaan di Timur Tengah sebagai doktrin internasional.
1.16. Kerangka Kerja Penelitian
Tahapan penelitian ini dimulai dengan pengumpulan bahan termasuk penemuan data primer, kemudian teks-teks, berita, deklarasi, piagam, resolusi dan
perjanjian internasional tentang humanitarian intervention sebagai data sekunder sejak perang dingin hingga 2011. Tahap selanjutnya adalah riset mengenai Timur
Tengah bekaitan dengan humanitarian intervention. Peneliti memfokuskan pada kasus di Timur Tengah. Dalam tahap awal sebelum analisis ini, penulis dituntut
memberikan penggambaran jelas mengenai definisi intervensi kemanusiaan, Timur Tengah dalam kebijakan AS dan juga penggunaan teks wacana dalam
humanitarian intervention di ranah internasional.
Bagan 1. Kerangka Kerja Penelitian Dapat dilihat di bagan, tahap selanjutnyaadalah masuk tahap yang penting
karena pada tahap ini analisis sudah diberlakukan pada teks pidato Obama yang menjadi data primer penelitian ini. Peneliti mencari makna tanda-tanda signifikan
yang menjadi komponen analisis teks secara mendalam menggunakan multilevel analisis Fairclough. Paling pertama adalah analisis teks. Akan tetapi sebelum
52
analisis teks Fairclough tersebut, dilakukan terlebih dahulu pengkodean pada teks sesuai kaidah linguistik pada tahap analisis teksnya.
Tahap ketiga adalah analisis teks sosiokultural. Analisis ini merupakan tahap lanjutan dari analisis teks. Hasil dai analisis teks sangat penting untuk tahap
analisis sosiokultur ini sebab hasil analisis tersebut yang digunakan untuk mengetahui mengapa pembuat teks atau agen menggunakan tanda-tanda tertentu
dalam teksnya. Lalu menentukan adanya agenda tesembunyi penutur yang dalam konteks penelitian ini adalah konsep hegemoni Presiden Obama. Analisis
sosiokultural dilakukan dengan melakukan pemaknaan secara komprehensif. Peneliti mencoba menemukan relasi-relasi kekuasaan yang bersifat hegemonik
dalam teks. Caranya adalah dengan mencocokkan penemuan yang ada di tahap analisis teks dengan data sekunder berupa buku, jurnal, hasil iset, berita, deklarasi,
dan lain-lain yang relevan. Tahap keempat adalah mengumpulkan penemuan dari keseluruhan hasil
penelitian dan menuliskannya secara sistematis dalam kesimpulan. Selain itu pelu pemeriksaan kembali hasil penelitian untuk mencapai kualitas penelitian.
Hal lain yang perlu peneliti tambahkan berkaitan dengan kualitas penelitian adalah bahwa dalam tradisi teori-teori kritis menilai kualitas suatu penelitian dari
segi sejauh mana penelitian tersebut merupakan suatu studi yang memiliki sifat historical situatedness dan wholeness.
111
Historical Situatedness berurusan dengan
konteks historis,
politik-ekonomi, serta
sosial-budaya yang
melatarbelakangi fenomena yang diteliti. Penelitian dalam tradisi teori-teori kritis juga menekankan sifat holistik dari suatu penelitian. Oleh karena itu pada
umumnya studi yang dilakukan merupakan suatu multilevel analysis, tidak terbatas hanya pada satu jenjang analisis tertentu saja.
112
Dengan menggunakan metodologis paradigma kritis yang mengacu pada pemikiran Fairclough yang
multilevel, diharapkan keabsahan penelitian ini memenuhi: pertama, kriteria
111
N. K. Denzin Y.S. Lincoln Eds.. 2005. Handbook of Qualitative Research. Cetakan ketiga. London: SAGE Publication. Hal 105-117. Dalam Eduardus Dosi. 2012. Media
Masa Dalam Jaring Kekuasaan; Sebuah Studi tentang Relasi Kekuasaan di Balik Wacana. Flores: Ledalero. Hal 125.
112
Ibid.
53
berkenaan dengan historical situatedness, penelitian yang baik harus memperhatikan konteks historis, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
1.17. Keabsahan Penelitian