Critical Theory Landasan Teori 1

22 interest of the powerful out of their own free will, we use the term hegemony. ” Gramsci, 1971; Hall et al., 1977 57 Gramsci memberikan perluasan terhadap karakter hegemoni realis. Realis hanya menekankan hegemoni pada coercion atau paksaan oleh orang yang memerintah government, kemudian Gramsci memperluas menjadi consent. Tatanan hegemonik menurut Gramsci adalah kondisi dimana hubungan antar kelas dan antara negara dengan masyarakat sipil dicirikan adanya persetujuan. 58 Hegemoni Gramsci menekankan kesadaran moral. Kelompok yang akan didominasi justru disadarkan lebih dulu akan tujuan hegemoni tersebut setelah itu ia tidak merasa dihegemoni lagi. Kelompok atau orang yang berusaha dikuasai tidak akan merasa dihegemoni lagi dan kemudian justru dengan sadar melakukan hal tersebut, yaitu tujuan dari hegemoni dengan suka rela. Teori hegemoni oleh Gramsci digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana aktor-aktor internasional dari negara adikuasa menggunakan wacana humanitarian internasional untuk kepentingan yang sebenarnya politis daripada untuk kemanusiaan itu sendiri. Secara khusus berkaitan dengan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana Obama sebagai representasi AS dan negara adikuasa menggunakan wacana intervensi kemanusiaan dalam pidatonya di Sidang Umum PBB 24 September 2013.

1.6.3 Critical Theory

Pembacaan manusia dari segala belenggu penghisapan dan penindasan berangkat dari paradigma kritis. Oleh karena itu proyek utama paradigma kritis ini berupa pembebasan nilai dominasi dan kelompok tertindas. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana paradigma kritis mencoba membedah realitas melalui penelitian ilmiah, termasuk di dalamnya penelitian. 57 Teun. A. Van Dijk. 1993. Discourse Societies; Princiles of Critical Discourse Analysis, Critical Power Dominance. London, Newbury Park New Delhi: SAGE Publication. Vol 42. Hal 255. 58 Stephen Gill ed. 1993. Gramsci, Historical Materialism and International Relations. Cambridge University Press. Hal 93. 23 Ada beberapa karakteristik utama dalam seluruh filsafat pengetahuan paradigma kritis yang bisa dilihat secara jelas: 59 Pertama, ciri paradigma kritis tentang realitas adalah semu. Realitas adalah sesuatu yang tidak alami tapi dibentuk oleh kekuatan sosial, politik, dan ekonomi. Dalam pandangan kritis realitas tidak berada dalam harmoni tetapi konflik dan pergulatan sosial. Kedua, tujuan penelitian kritis adalah sikap memberikan kritik, transformasi sosial, proses emansipasi dan penguatan sosial. Dengan demikian tujuan kritis adalah mengubah dunia yang tidak seimbang. Dengan demikian seorang peneliti yang menggunakan paradigma kritis akan mungkin sangat terlibat dalam proses negasi relasi sosial yang nyata, membongkar mitos, menunjukkan bagaimana seharusnya dunia berada. Ketiga, pendasaran diri paradigma kritis mengenai cara dan metodologi penelitian. Kritis menekankan penafsiran peneliti pada apa yang diteliti. Hal ini berarti ada proses dialogal dalam seluruh penelitian kritis. Dialog kritis digunakan untuk melihat secara lebih dalam kenyataan sosial yang telah, sedang dan akan terjadi. Teori kritis adalah teori yang memungkinkan kita membaca produksi budaya dan komunikasi dalam persepetif yang luas dan beragam. Teori kritis dapat ditujukan untuk mengekspolrasi secara reflektif pengalaman alami manusia, juga mempelajari bagaimana manusia mendefinisikan diri berkaitan dengan budaya. Hal ini juga berkaitan dengan usaha memahami teks, objek dan manusia. Teori kritis mempertanyakan legitimasi anggapan umum umum tentang pengalaman, pengetahuan, dan kebenaran. Teori kritis menggunakan ide dari bidang lain untuk memahami pola-pola teks dan cara berinteraksi. Hal ini memunculkan modal pembacaan baru sebagai bagian dari ciri khas teori kritis. Bagi pendukung teori kritis, pengetahuan tidak akan pernah dapat menjadi netral, baik secara moral, politis maupun ideologis. Oleh karena itu pengetahuan mengandung kecenderungan, baik disadari maupun tidak untuk 59 Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKIS. Hal 46. 24 berpihak kepada kepentingan, nilai, kelompok, partai, kelas, atau bangsa tertentu. Di dalam studi HI, critical theory tidak membatasi diri pada kajian mengenai negara-negara dan sistem negara, melainkan memfokuskan diri pada kekuasaan dan dominasi di dunia secara umum. Para pemikir criticaltheory mencari pengetahuan untuk tujuan politis: membebaskan kemanusiaan dari struktur-struktur politik dan ekonomi dunia yang menindas yang dikendalikan oleh penguasa-penguasa hegemonik. Pemikir kritis berupaya menyingkap dominasi global kaum hegemonik tersebut. Critical theory juga menegaskan pentingnya upaya menghilangkan adanya penindasan sosial yang ada di masyarakat. Seperti yang diungkapkan Hebermas bahwa salah satu dari tiga kebutuhan dan tujuan manusia yang membentuk pengetahuan adalah kepentingan emansipatoris yang berupaya mengidentifikasi dan menghilangkan kekangan dan penindasan sosial. 60 Critical theory mempertanyakan asal mula dan legitimasi dari institusi-institusi sosial dan politik. Ia mencoba menentukan elemen apa saja yang bersifat universal dalam tatanan dunia dan yang berubah-ubah secara historis. Dunia sosial adalah konstruksi ruang dan waktu. Oleh karena itu, sistem internasional yang ada saat ini juga dianggap sebagai hasil konstruksi spesifik dari negara-negara yang paling berkuasa. 61 Sementara itu penggunaan teori kritis sebagai kerangka konsep dan teori adalah untuk menjelaskan bagaimana humanitarian intervention sebagai doktrin moral internasional muncul dan bagaimana ia digunakan dalam sistem dunia saat ini. Critical theory digunakan untuk mengkritisi bagaimana wacana intervensi kemanusiaan tersebut digunakan sebagai legitimasi kaum hegemonik AS dan sekutu di Timur Tengah. 60 Steve Smith. Tanpa Tahun. Positivsm and Beyond. Dalam Ken Booth dan Marysia Zelewski eds. 1994. International Theory: Positivsm and Beyond. Cambridge University Press. Hal 279-280. 61 Ibid. Hal 23. 25

1.7. Paradigma Penelitian