Pembatasan Masalah 1. Kerangka Tujuan

9 Usaha untuk mewujudkan kekuasaan adalah proses untuk memperlihatkan kekuasaan dan kekuatan seseorang atau kelompok tertentu, dengan segala atribut dan wewenang yang melekat padanya, dengan maksud untuk mengatur sebuah sistem tertentu, yang telah disepakati bersama antar berbagai golongan atau kelompok dalam satu ruang. Suksesi sendiri adalah salah satu proses yang mengisyaratkan terjadinya pergantian kekuasaan. Kekuasaan sendiri mempunyai makna yaitu; kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak pada orang lain, untuk membuat orang lain melakukan tindakan seperti yang dikehendaki oleh pemegang kekuasaan itu. Makna pokok kekuasaan itu terjadi oleh karena kekuasaan itu tidak dapat dibagi rata kepada semua anggota masyarakat. 17 Tujuan itulah yang menjadi dasar pergantian kekuasaan yang merupakan bentuk suksesi. Sebagaimana yang terjadi pada Kekuasaan Banten, pada kenyataannya konsep kekuasaan yang seharusnya diterapkan oleh salah seorang pemegang kekuasaan Banten, baru terlaksana setelah adanya intervensi asing VOC, dengan mendukung salah satu pihak. Makna dasar dari kata intervensi adalah suatu campur tangan individu maupun kelompok dalam urusan yang sebenarnya bukan haknya. 18 Huala Adolf memberikan bentuk teori intervensi, berupa definisi intervensi sebagai “campur tangan secara diktaktor oleh suatu negara kelompok tertentu terhadap urusan dalam negeri negara lain dengan maksud, baik untuk memelihara atau mengubah kondisi, situasi atau 17 Selo Soemardjan dan Soeleman Sumardi, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1964, hlm. 12. 18 Taufik Abdullah, “Sipil–Militer di Dunia Ketiga: Sebuah Taksonomi Pengantar” dalam Analisa Kekuatan Politik di Indonesia, Jakarta: LP3ES,1995, hlm.35. 10 hasil komoditas berupa barang di negara tersebut”. 19 Teori tersebut digunakan oleh peneliti sebagai acuan berfikir bagi penelitian. Kondisi politik memainkan peranan yang signifikan terhadap munculnya intervensi. 20 Pada bagian lain Huntington telah menyatakan bahwa, yang menyebabkan intervensi, di antaranya adalah struktur kelembagaan intern yang karut marut dan juga ketidakstabilan politik yang terjadi dalam masyarakat. Ketidak stabilan politik pada suatu pemerintahan tidak hanya akan mengurangi efektivitas pemerintahan, namun juga dapat mengundang intervensi, hal ini disebabkan intervensi muncul karena suatu dorongan dari situasi dan kondisi politik yang sedang terjadi. Ibn Khaldun di abad ke14-15, juga telah menyoroti masalah ini, yaitu bagaimana para penguasa Islam di Asia Barat, Afrika Utara dan Spanyol, menyandarkan diri pada kekuatan militer dan politik tertentu dalam menegakkan tahta, 21 contohnya adalah dinasti Umayyah pada keluarga Marwan dan dinasti Abbasiyah pada kekuatan Seljuk. Masalah intervensi VOC dalam konflik suksesi di Kesultanan Banten adalah masalah yang unik, berbeda dengan masalah konflik suksesi di Kerajaan Mataram yang menjadi saingan Banten.Tahta dan profil penguasa Banten tidaklah selemah penguasa Mataram dalam menghadapi gejolak lokal, yaitu pemberontakan. Pada Kesultanan Banten, penguasanya kuat dan menolak segala bentuk campur tangan asing, VOC di sini kesulitan menaklukkan posisi Banten yang independen walaupun berbagai upaya blokade laut dilakukan oleh VOC, ketika ada celah untuk menaklukkan Banten sekaligus, digunakanlah taktik devide et impera untuk melemahkan semua pihak, 19 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, terj. -, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm.31. 20 Huntington, Tertib Politik di Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah, terj. Sahat Simamora Jakarta: Rajawali Press, 1984, hlm.302. 21 Ibn Khaldun, Muqaddimah, terj. Ahmadie Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986, hlm 161-164.