36
yang pernah ikut dalam ekspedisi militer pertama VOC ke Banten di tahun 1680, menginginkan solusi yang cepat.
Siasat Sultan Ageng untuk mengadakan perundingan dengan berbagai pihak, termasuk VOC, serta pengiriman diam-diam ekspedisi militernya untuk
membantu pemberontak Trunojoyo, dengan melakukan gangguan di sekitar wilayah Batavia dan Mataram, yaitu di Karawang, Bogor dan Cirebon sepanjang tahun 1678-
1680.
83
Membuat VOC semakin yakin, bahwa intrik politik yang disebarkan di kalangan bangsawan istana Banten, berupa hasutan dan mata-mata tidak berguna.
Satu-satunya hal adalah langsung diputuskannya membantu dan mendudukkan Sultan Haji yang pro-VOC pada tahta Kesultanan Banten, dengan menyingkirkan Sultan
Ageng Tirtayasa, baik dengan jalan perang ataupun dengan jalan damai.
2. Perang Terbuka Antar Bangsawan Kesultanan Banten.
Sejak tahun 1619 hingga dekade 1720-an perekonomian di Batavia semakin ramai dengan dominasi orang-orang Tionghoa.
84
Sementara perekonomian VOC, selama pertengahan dekade 1650-an hampir mengalami krisis akibat gangguan
orang-orang Banten. Segera VOC menerapkan kebijakan dengan membatasi aktifitas dagang ke Banten. Banten menjadi musuh utama dalam perdagangan VOC dan satu-
satunya jalan untuk mengalahkannya, adalah dengan politik intervensinya, baik dengan militer ataupun politik adu domba.
85
Setelah melihat potensi-konflik yang telah di jelaskan pada poin sebelumnya, maka ada sebuah peristiwa yang menjadi pemicu awal terjadinya perang
terbuka antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tanggal 25
83
Tjandrasasmita, Sultan Ageng Tirtayasa, hlm. 40.
84
H. M Hembing Wijayakusuma, Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2005, hlm. 67.
85
J.J van Klaberen, The Dutch Colonial System In The East Indies, The Hague: J.J van Klaveren, 1953, hlm. 35.
37
November 1680, Sultan Haji yang masih menjadi Sultan Anom, mengirimkan utusan ke Batavia,
86
untuk mengucapkan selamat dalam acara pengangkatan Gubernur Jendral Cornelis Speelman,
87
keadaan tersebut menimbulkan kegemparan, karena hal tersebut menyalahi aturan protokoler di Kesultanan Banten.
Adanya utusan ke Batavia dari Banten dianggap oleh VOC sebagai tanda hormat dan tunduk dari Banten terhadap VOC. Sultan Haji juga berusaha mengirim
utusan ke London sebanyak 25 orang pada 10 November 1681, untuk meminta dukungan dan membeli senjata untuk melawan ayahnya. Utusan tersebut dipimpin
oleh Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana.
88
Kekecewaan Sultan Ageng Tirtayasa kepada Sultan Haji dan rasa bencinya terhadap VOC, membuatnya memutuskan untuk
mengangkat senjata mengusir VOC dan menurunkan Sultan Haji dari kewenangannya. Pada bulan
Februari 1682 Sultan Ageng Tirtayasa sudah hilang kesabarannya terhadap tingkah laku dan kewenangan Sultan Haji. Dia mengepung Kraton Surosowan untuk
menurunkan Sultan Haji, namun upaya itu gagal karena dukungan militer VOC. Sadar akan dukungan intern istana yang sangat kurang, Sultan Haji
kemudian meminta bantuan VOC dengan berbagai konsesi yang ditawarkan oleh VOC. Sultan Haji dengan mudah menyetujuinya walaupun itu berarti hilangnya
kemerdekaan Banten. Bantuan dan dukungnan VOC membuat tahta Sultan Haji kuat. Pengepungan istana Surosowan dan penyerangan pasukan Banten
terhadap pasukan VOC, yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa terus dilakukan
86
Tjandrasasmita, Sultan Ageng Tirtayasa, hlm. 42.
87
Cornelis Speelman adalah seorang laksamana dan pahlawan dalam armada VOC. Dia adalah penakluk Makassar dan penumpas pemberontakan Trunojoyo di Kerajaan Mataram. Dia juga yang
mengusulkan agar VOC intensif melakukan penetrasi poltik dan ekonomi dengan jalan intervensi. Mona Lohanda, Kisah Para Pembesar Pengatur Batavia, Depok: Komunitas Bambu, 2010, hlm. 53.
88
Reid, Dari Ekspansi Hingga Krisis Jilid II: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara, 1450-1680, hlm. 280-281.
38
hingga bulan Desember 1682. Jatuhnya wilayah Angke hingga Sajira di awal Maret 1683, membuat Sultan Ageng Tirtayasa tidak mempunyai pilihan lain kecuali
menyerah, apalagi panglima tentara Banten, Pangeran Kulon telah gugur. Dia dibujuk oleh Sultan Haji untuk datang ke istana Surosowan pada tanggal 14 Maret 1683,
namun ternyata ditangkap dan dipenjara di Batavia hingga akhir hidupnya di tahun 1692.
89
Perang terbuka masih berlanjut hingga akhir tahun 1683 antara pasukan VOC yang melindungi Sultan Haji, dengan Pasukan Banten yang dipimpin oleh
Syeikh al-Maqassari, Pangeran Kidul dan Pangeran Purbaya, dengan kekuatan sekitar 5.000 orang. Mereka bergerak ke arah selatan setelah Tirtayasa dan Sajira jatuh ke
tangan pasukan gabungan VOC dan Sultan Haji. Ketiganya bergerilya di sekitar Bogor dan Cianjur, bahkan mereka telah bergerak ke daerah Mataram, di
Tasikmalaya dan Banyumas. Pasukan yang dipimpin oleh Syeikh Yusuf al-Maqassari lebih terpusat bergerak ke arah Cirebon. Pada daerah lain yaitu, di Garut pada 25
September 1683, pasukan pangeran Kidul telah menyerah karena pimpinannya telah gugur.
VOC dengan pimpinan yang kesulitan mengejar pasukan yang dipimpin oleh Syeikh Yusuf al-Maqassari, akhirnya mempergunakan taktik kotor, yaitu dengan
menangkap dan menawan putrid Syeikh Yusuf al-Maqassari, yaitu yang bernama Asma’. Oleh Kapten VOC, van Happel yang bergaya Arab, Syeikh Yususf dapat
dibujuk untuk menyerah pada tanggal 14 Desember 1683. Pada tempat lain Pangeran Purbaya bergabung dengan pasukan Untung
Suropati di daerah Cianjur. Setelah bertempur selama 1 bulan, akhirnya pasukan Pangeran Purbaya yang berjumlah 800 orang menyerah. Penyerahan Pangeran
89
Tjandrasasmita, Sultan Ageng Tirtayasa, hlm. 49.