10 7. Apakah terdapat perbedaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang
sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis efektivitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang
sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah. 2. Untuk menganalisis kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.
3. Untuk menganalisis efektivitas pajak penerangan jalan di Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.
4. Untuk menganalisis kontribusi pajak penerangan jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya
Pemekaran Daerah 5. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan pajak reklame terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.
6. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan pajak penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah
dilakukannya Pemekaran Daerah.
7. Untuk menganalisis perbedaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.
11
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis, namun juga bagi Pemerintah Daerah dan peneliti lainnya. Manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini adalah:
1. Bagi Akademik
Dapat menambah kepustakaan dan dapat memberikan masukan di bidang perpajakan, khususnya mengenai penerimaan pajak reklame dan
pajak penerangan jalan sebagai salah satu sumber pajak daerah yang pemungutanya merupakan hak kewenangan daerah terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah.
2. Bagi Instansi atau Pemerintah
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam usahanya untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah PAD guna membiayai pembangunan daerah khususnya penerimaan yang berasal dari pajak daerah. Diharapkan sebagai bahan dan
informasi bagi peneliti selanjutnya terhadap masalah dan tempat yang sama dengan kajian yang lebih mendalam untuk meningkatkan
penerimaan pajak.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk mencapai studi program strata satu S1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, serta untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Dasar pelaksanaan otonomi daerah Indonesia adalah pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai berikut: pembagian
daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan memandang
dan mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak urus daerah yang bersifat istimewa.
Dalam penjelasan pasal tersebut dirumuskan: Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan propinsi akan dibagi pula dalam daerah
yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan
dengan Undang-undang. Secara etimologis kata otonomi berasal dari bahasa Latin, “Autos”
yang berarti “sendiri” dan “Nomos” aturan. Muslimin mengatakan otonomi itu termasuk salah satu sari azas-azas pemerintahan negara, dimana
pemerintah suatu negara dalam pelaksanaan kepentingan umum untuk mencapai tujuan. Disamping itu, Syafruddin mengemukakan bahwa
otonomi mempunyai makna kebebasan atas kemandirian tetapi bukan
13 kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian itu adalah wujud
pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk
penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama
serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selain itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan
yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, penggerakan dan evaluasi.
Jadi otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas meliputi kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan dibidang
pemerintahan lainnya. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan
keanekaragaman. b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan
bertanggung jawab. c. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
14 d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah.
e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonomi dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota
tidak ada lagi wilayah administratif. f. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh
pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan,
kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan daerah otonomi.
g. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi
pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
h. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah. i. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana,
15 serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan
dan pertanggungjawaban kepada yang menugaskan. Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu
memperhatikan: sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi pemerintah daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor
kemimpinan. Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi pengembangan otonomi daerah menurut Kaho sebagai berikut:
a. Faktor manusia pelaksana yang baik b. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik
c. Faktor peralatan yang cukup dan baik d. Faktor organisasi dan manajemen yang baik
Menurut Undang-Undang dan beberapa pendapat para ahli tentang Otonomi Daerah:
a. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 5. “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.” Undang-undang Otonomi Daerah 2004:4.
b. Menurut kamus Webster’s Third New International Dictionary. Kata autonomy berasal dari bahasa Yunani Greek, yakni dari kata
autonomia, yang artinya: The quality or state being independent, free, and self directing. Atau The degree of self determination or political
16 control possed by a minority group, territorial division or political unit
in its relations to the state or political community of which it forms a part and extending from local to full independence. Saragih, 2003:9
dan 40. c. Menurut Encyclopedia of Social Science.
Dalam pengertiannya yang orisinil, otonomi adalah The legal self suffiency of social body and its actual independence Yani, 2002:5.
d. Menurut Black’s Law Dictionary. Definisikan autonomy adalah The political independence of a nation,
the right and condition of power of self government. The negation of a state of political influence from without or from foreign powers
Ibid:2000:5. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 1 butir 7, menyebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sitem Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Hal ini berarti pengelolaan daerah
lebih dititik beratkan kepada kabupatenkota. Mengenai sistem hubungan pusat dan daerah, berdasarkan undang-undang yang berlaku dapat
dirangkum dalam tiga prinsip, yaitu: 1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.
17 2. Dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah. 3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
danatau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah. Pada masa sekarang ini titik berat ekonomi daerah diberikan kepada daerah tingkat II yaitu pemerintah kabupatenkota. Hal ini
erat kaitannya dengan fungsi utama pemerintah daerah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat dan pelaksana pembangunan disamping
sebagai pembina kestabilan politik, sosial, ekonomi dan kesatuan bangsa. Dengan adanya desentralisasi daerah, pemerintah daerah mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain: 1. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah daerah dapat lebih
mengetahui keinginan masyarakatnya. 2. Dengan desentralisasi diharapkan pembuatan keputusan dapat lebih
efektif. 3. Daerah akan dapat melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda-
beda dalam menggali potensi di daerahnya masing-masing. Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip money should
follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Prinsip tersebut berarti setiap penyerahan atau pelimpahan
18 wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut Saragih, 2003:83. Kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan derivatif
dari kebijakan otonomi daerah. Artinya, semakin banyak wewenang yang dilimpahkan, maka kecenderungan semakin besar biaya yang dibutuhkan
oleh daerah
2. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Mardiasmo 2009:1 adalah: “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-
undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum” Soemahamidjaja dalam bukunya Santoso 2003:34 dalam
desertasinya yang berjudul pajak berdasarkan asas gotong royong, Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum. Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2007:
“Kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pajak adalah:
19 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya
yang sifatnya dapat dipaksakan. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, maka akan digunakan untuk membiayai public investment.
3. Pengklasifikasian Pajak
Mardiasmo 2009:5 menulis, ”Pajak dapat dikelompokkan tiga kelompok besar menurut golongan, sifat, dan lembaga pemungutnya”.
Berikut ini adalah pengelompokkannya:
a. Menurut Golongan Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung. 1 Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi
beban sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan PPh, Pajak Bumi Dan Bangunan
PBB
20 2 Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa,
perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misal terjadi penyerahan barang atau jasa.
Contoh: pajak pertambahan nilai PPN b. Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pajak subjektif dan pajak objektif.
1 Pajak subjektif pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang
memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: pajak penghasilan PPh
2 Pajak obyektif pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak wajib pajak
maupun tempat tinggal Contoh: pajak pertambahan nilai PPN dan pajak penjualan atas
barang mewah PPnBM c. Menurut Lembaga Pemungut
Menurut lembaga pemungutnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
21 1 Pajak Negara atau Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Bumi Dan Bangunan PBB 2 Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Kendaraan
Bermotor
4. Fungsi Pajak
Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam membayar pajak, karena hasil dari penerimaan pajak
tersebut digunakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat. Dengan demikian pajak mempunyai beberapa fungsi,
menurut Mardiasmo 2009:1, fungsi pajak antara lain: a. Fungsi Penerimaan Budgetar
Dalam fungsinya sebagai penerimaan, pajak dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan
pemerintah, terutama kegiatan- kegiatan rutin. b. Fungsi Mengatur Regular
Pajak berfungsi sebagai alat pengatur untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan perekonomian guna
22 menujupertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan distribusi
pendapatan serta stabilitas ekonomi.
4. Pajak Daerah a. Definisi Pajak Daerah
Menurut Pasal 1 ayat 6 undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang
Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah yang mengatakan Pajak Daerah sebagai berikut.
“Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah”. Pajak daerah sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah ditetapkan dalam undang-undang Nomor 34 tahun 2004, daerah
kabupatenkota diberi peluang dalam mengali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah
ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
23
b. Jenis Pajak Daerah
Jenis pajak propinsi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah antara lain:
1 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air. 2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraaan di atas Air.
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraaan Bermotor. 4 Pajak Air Permukaan.
5 Pajak Rokok. Kabupatenkota memungut pajak berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah antara lain:
1 Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2 Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. 3 Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan,
sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, danatau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut bayaran. 4 Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame,
sedangkan yang dimaksud dengan reklame reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak
ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian
24 umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat
dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, danatau dinikmati oleh umum.
5 Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah derah tersebut tersedia
penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari
sumber alam di dalam danatau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Sedangkan yang dimaksud dengan Mineral Bukan
Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan
di bidang mineral dan batubara. 7 Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Sedangkan yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara 8 Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan danatau
pemanfaatan air tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan Air
25 Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah. 9 Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan danatau pengusahaan sarang burung walet. Sedangkan yang dimaksud dengan Burung Walet adalah satwa
yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dancollocalia linchi.
10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Sedangkan yang dimaksud dengan Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupatenkota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah danatau perairan pedalaman danatau laut. 11 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah danatau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah danatau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.
26
c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah
Adapun bagian dari subjek pajak dan wajib pajak daerah adalah:
1
Subjek kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah orang pribadi atau badan yang memiliki danatau menguasai
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air. Subjek pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah orang
pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. Wajib pajaknya adalah orang
pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor dan kendaraan di atasair.
2 Subjek pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah konsumen bahan bakar kendaraan bermotor. Wajib pajaknya adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakan kendaraan bermotor. 3 Subjek pajak air permukaan adalah orang pribadi atau badan
yang dapat melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan. Wajib pajak air permukaan adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan.
4 Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok. Wajib pajak rokok adalah pengusaha pabrik rokokprodusen dan importir rokok
27 yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang
Kena Cukai. 5 Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada hotel. Wajib pajaknya adalah pengusaha hotel.
6
Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran. Wajib pajaknya adalah
pengusaha restoran. 7 Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang
menonton danatau menikmati hiburan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
8 Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Wajib
pajaknya adalah orang pribadi. 9 Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan tenaga listrik. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau
pengguna tenaga listrik. 10 Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran atas tempat parkir. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat
parkir
28 11 Subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang
pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan. Wajib pajak mineral bukan logam dan
batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.
12 Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Wajib
pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air tanah.
13 Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau mengusahakan
sarang burung walet. Wajib pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan
danatau mengusahakan sarang burung walet. 14 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi danatau memperoleh
manfaat atas bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi
danatau memperoleh manfaat atas bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh manfaat atas bangunan.
29 15 Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah danatau bangunan. Wajib pajak bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah danatau bangunan.
d. Objek Pajak Daerah
1 Objek pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah kepemilikan danatau penguasaan kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air. 2 Objek pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air adalah penyerahaan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
3 Objek pajak bahan kendaraan bermotor adalah bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan
untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air.
4 Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilan danatau pemanfaatan Air Permukaan.
5 Objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok. Rokok sebagaimana yang dimaksud meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun.
6 Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran termasuk:
30 a Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
b Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan. c Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di
hotel. 6 Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran
dengan pembayaran. 7 Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran. 8 Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.
9 Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang
rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. 10 Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 11 Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi: asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu
kapur; batu apung; batu permata; bentonit; dolomit; feldspar; garam batu halite; grafit; granitandesit; gips; kalsit; kaolin;
31 leusit; magnesit; mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan
kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; talk; tanah serap fullers earth; tanah diatome; tanah liat; tawas alum; tras; yarosif;
zeolit; basal; trakkit; dan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12 Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah. Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah
adalah: a. pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah untuk
keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan;
b. pengambilan danatau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.
13 Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan danatau pengusahaan Sarang Burung Walet.
14 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi danatau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan. 15 Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah
Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan.
32
e. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Daerah
1 Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung sebagai
perkalian dari 2 dua unsur pokok, yaitu:
a Nilai Jual Kendaraan Bermotor b Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan
jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar 1,5 untuk kendaraan bermotor bukan umum, 1 untuk kendaraan
bermotor umum, dan 0,5 untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan besar.
2 Dasar pengenaan Pajak Kendaraan di Atas Air dihitung berdasarkan nilai jual kendaraan di atas air. Tarif ditetapkan
sebesar 1,5. 3 Dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air adalah nilai jual kendaraan bermotor. Tarifnya ditetapkan sebagai berikut:
a Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan pertama 10 untuk kendaraan bermotor bukan umum, 10
untuk kendaraan bermotor umum, dan 3 untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.
b Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan kedua dan selanjutnya: 1 untuk kendaraan bermotor bukan
33 umum, 1 untuk kendaraan bermotor umum, dan 0,3 untuk
kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar. c Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan
karena warisan: 0,1 untuk kendaraan bermotor bukan umum, 1 untuk kendaraan bermotor umum, dan 0,3 untuk
kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas
penyerahan pertama ditetapkan 5 untuk penyerahan kedua dan selanjutnya sebesar 1, dan untuk penyerahan karena warisan
ditetapkan sebesar 0,1. 4 Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah
nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor. Tarifnya ditetapkan sebesar 5.
5 Dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air Permukaan. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 10. 6 Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan
oleh Pemerintah terhadap rokok.Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10 dari cukai rokok.
7 Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Tarifnya ditetapkan paling tinggi 10.
8 Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Tarifnya ditetapkan paling tinggi 10.
34 9 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar untuk menonton danatau menikmati hiburan. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 35.
10 Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 25.
11 Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga listrik. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20.
12 Dasar Pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Tarifnya
ditetapkan paling tinggi sebesar 20. 13 Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan
paling tinggi sebesar 25. 14 Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air
Tanah. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20. 15 Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai
Jual Sarang Burung Walet. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10.
16 Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah NJOP. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3.
35 17 Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling
tinggi sebesar 5.
f. Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan 1. Pajak Reklame
a. Pengertian Pajak Reklame Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame,
sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang,
jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat
dilihat, dibaca, danatau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
b. Sangsi atas Pelanggaran Pajak Reklame Sangsi yang dikenakan pada wajib pajak berupa denda
atau pidana bila kewajiban perpajakannya tidak ditaati sepenuhnya. Sangsi tersebut berupa:
1. Pencabutan izin pemasangan reklame
36 2. Dikenakan denda sebesar 25 apabila angsuran yang
dibayar tidak tepat waktu. 3. Selain pidana dikenakan juga hukuman kurungan selama-
lamanya tiga bulan. c. Macam-macam Bentuk Reklame
Dalam Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame disebutkan macam-macam bentuk reklame
adalah: 1. Reklame billboard adalah papan iklan yang ditempatkan di
ruang luar ruang terbuka yang terbuat dari papankayubesisengbahan lain yang dipasang dengan
tiang. 2. Reklame megatron adalah papan iklan yang ditempatkan
di ruang luar ruang terbuka yang terbuat dari papanbesisengbahan lain yang dipasang dengan tiang
dan ditambah peralatan mekanik elektronik sehingga menampilkan gambar atau pesan yang bervariasi.
3. Reklame kain dan sejenisnya adalah reklame yang dibuat dari kain atau bahan yang dipersamakan dengan kain.
Yang termasuk reklame kain antara lain spanduk, banner, umbul-umbul, rontek yang mengandung pesan.
37 4. Reklame neonbox adalah papan reklame iklan yang
ditempatkan di ruang luar ruang terbuka atau di dalam ruangan yang terbuat dari box yang bersinar.
5. Reklame selebaran dan sejenisnya adalah reklame yang terbuat dari kertas, plastik, atau bahan yang
sejenisdipersamakan dalam bentuk selebaran. 6. Reklame berjalan adalah reklame yang ditulis atau
ditempatkan dipasang pada kendaraan antara lain roda dua, tiga, empat atau kendaraan lain yang dipersamakan.
7. Reklame udara adalah reklame yang melayang di udara antara lain balon.
8. Reklame suara adalah reklame dengan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan oleh
perantaraan alat. 9. Reklame filmslide adalah reklame yang menggunakan
klise berupa kaca film atau bahan-bahan lain yang diproyeksikan pada layar putih atau benda lain.
10. Reklame peragaan adalah sejenis reklame yang dalam bentuk peragaan atau demonstrasi dari suatu hasil produksi
barang yang diadakan khusus untuk tujuan promosi. 11. Reklame dengan cahaya adalah reklame yang berbentuk
tulisan dan atau gambar yang terdiri dari atau dibentuk dari cahaya pijar atau alat lain yang bersinar.
38 12. Reklame tine plate adalah papan iklan yang ditempatkan di
ruang luar ruang terbuka yang terbuat dari plateseng atau bahan yang dipersamakan dipasang dengan tiang
ataupun menempel dalam bentuk yang sederhana 13. Reklame baliho adalah papan iklan yang ditempatkan di
ruang luar ruang terbuka yang terbuat dari papan atau triplek atau bahan yang dipersamakan.
14. Reklame shopsign adalah papan reklame yang terbuat dari kayubesiseng atau bahan lain yang dipersamakan yang
menempelmelekat pada bidang bangunan. d. Subjek, Objek dan Wajib Pajak Reklame serta Tarif Pajak
Yang dimaksud dengan subjek Pajak Reklame adalah: 1. Orang dan atau badan hukum yang memasang reklame
dalam wilayah daerah pemungutan pajak. 2. Orang dan atau badan hukum yang ditunjuk untuk
dipungut pajak reklame atau sebagai wajib pajak pengganti.
3. Pemegang izin pemasang iklan Sedangkan yang menjadi objek pajak reklame adalah
reklame yang diijinkan untuk dipasang di wilayah daerah pemungut pajak berdasarkan jenis-jenis pajak yang ditentukan.
Wajib pajaknya adalah orang pribadi dengan dasar pengenaan
39 pajak reklame adalah nilai sewa reklame yang tarifnya
ditetapkan paling tinggi sebesar 25. e. Dasar Perhitungan Pajak Reklame
Besarnya pajak ditetapkan berdasarkan: 1. Tarif yang berlaku
2. Jenis reklame 3. Luas reklame
4. Masa berlakunya reklamee. Lokasi pemasangan reklame f. Pembebasan dan Pengecualian Pajak Reklame
Pengecualian dari pengenaan Pajak Reklame adalah: 1. Reklame yang diadakan dan dibuat oleh Pemerintah
2. Reklame yang semata-mata mengenai pemilikan dan atau peruntukan tanah, dengan ketentuan luasnya tidak
melebihi ¼ m
2
dan diselenggarakan di atas tanah tersebut. 3. Reklame yang semata-mata memuat nama dan atau
pekerjaan orang atau badan yang menempati tanah bangunan dimana reklame, tersebut diselenggarakan
dengan ketentuan luasnya tidak melebihi ¼ m
2
. 4. Reklame yang semata-mata memuat nama atau sebutan
dari pekerjaan atau perusahaan yang diselenggarakan diatas tanahbangunan dimana reklame tersebut luasnya
tidak melebihi ¼ m
2
.
40 5. Reklame yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan
pada kendaraan milik perusahaan tersebut, yang semata- mata memuat nama dan atau sebutan umum perusahaan
yang bersangkutan dengan luasnya tidak melebihi ¼ m
2
. 6. Reklame yang merupakan jenis reklame suara apabila
menurut pendapat Kepala Daerah penyelenggaraannya termasuk golongan penjaja atau pengusaha kecil.
7. Reklame yang menurut pertimbangan dibuat untuk maksud amal dan untuk kepentingan umum untuk jangka
waktu tertentu g. Perijinan dalam Pemasangan Reklame
Pemasangan reklame harus mendapatkan ijin dari Kepala Daerah yang dimohonkan secara tertulis melalui Dinas
Cipta Karya, dengan mengisi blangko permohonan yang berisi: nama dan alamat pemohon; bentuk, ukuran dan jenis
reklame; perihal yang akan dikemukakan pada reklame; jangka waktu pemasangan reklame; jumlah reklame yang
dipasang; tempat pemasangan reklame, Ijin Reklame berlaku selama-lamanya 1 satu tahun.
h. Kewajiban, Larangan dan Pencabutan Ijin Reklame Pemasangan reklame diwajibkan: memasang stiker
atau tanda yang diberikan oleh Dinas Cipta Karya dan membubuhkan tulisan tentang nomor ijin reklame serta saat
41 berlakunya pada reklame yang dipasang; mengupayakan dan
menjaga reklamenya agar tidak menganggu keindahan dan ketertiban umum, keamanan, kesusilaan dan kesehatan.
Ijin reklame dapat dicabut apabila: pemegang ijin tidak memenuhi
kewajiban-kewajiban mengenai
tempat pemasangan reklame yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah
setelah pemegang ijin reklame atau kuasanya diberi peringatan; pemasangan reklame mengubah bentuk reklame
yang dipasang sehingga perubahan tersebut tidak sesuai dengan data pada permohonan ijin reklame yang diajukan;
reklame yang dipasang tidak sesuai dengan keindahan dan ketertiban umum,keamanan, kesusilaan dan kesehatan.
2. Pajak Penerangan Jalan
a. Pengertian Pajak Penerangan Jalan Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan
tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar
oleh pemerintah daerah. b. Dasar Pengenaan Tarif
Dasar pengenaan tarif pajak penerangan jalan serta subyek pajak penerangan jalan adalah:
1. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual tenaga listrik.
42 2. Nilai jual tenaga listrik adalah dalam hal tenaga listrik
dari PLN dengan pembayar, nilai jual tenaga listrik adalah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya
pemakaian kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik. Sedangkan dalam hal tenaga listrik bukan dari PLN
dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, penggunaan
tenaga listrik atau taksiran penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah daerah yang
bersangkutan. 3. Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak
bumi dan gas alam, nilai jual tenaga listrik ditetapkan sebesar 30 tiga puluh persen.
4. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN bukan untuk industri sebesar 9 sembilan persen.
5. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN untuk tenaga industri sebesar 9 sembilan persen.
6. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN untuk industri sebesar 9 sembilan persen.
7. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN untuk industrisebesar 5 lima persen.
43 c. Subjek, Wajib serta Tarif Pajak Penerangan Jalan
Subyek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik yang menjadi
pungutan daerah atas penggunaan tersebut dan diatur sesuai perundang-undangan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi
atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau pengguna tenaga listrik dengan dasar pengenaan pajak adalah nilai jual
tenaga listrik yang tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20.
d. Objek Pajak Penerangan Jalan Adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah
yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah, dikecualikan dari objek pajak
penerangan jalan yang dimaksud jika: 1. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat
dan daerah, penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat perwakilan asing
dan lembaga-lembaga international dengan asas timbal balik.
2. Penggunaan tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dan
instansi terkait.
44 3. Penggunaan tenaga listrik lainya diatur dengan peraturan
daerah. e. Sistem Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
Pemungutan pajak penerangan jalan sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang
Selatan, menggunakan with holding system yaitu sistem pengenaan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pada
sumbernya, dan pejabat atau badan yang ditunjuk atas tugas tersebut adalah Perusahaan Listrik Negara PLN.
5. Pendapatan Asli Daerah PAD
a. Defenisi Pendapatan Asli Daerah Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 15,
pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut: “Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan”.
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan
melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi
45 yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD
berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan merupakan indikasi keuangan suatu pemerintah daerah.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber- sumber keuangan secara maksimal, namun tentu saja dalam koridor
perundang-ungangan yang berlaku khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan didaerahnya
melalui pendapatan asli daerah. Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyakanya kewenagan pemerintah yang
dilimpahkan kepada daerah itu sendiri. b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo 2009:132, pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah.
Menurut undang-undang No.33 tahun 2004 pasal 6, sumber- sumber pendapatan asli daerah terdiri dari:
1 Pajak daerah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan yang digunakan untuk membiayai
46 penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah. 2 Retribusi daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci
menurut objek pendapatan yang mencakup: a Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerahBUMD. b Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
NegaraBUMN. c Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swastakelompok. 4 Lain-lain pendapatan yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Rekening ini disediakan untuk
mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut diatas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai berikut:
47 a Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan.
b Jasa giro. c Pendapatan bunga.
d Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah. e Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan, pengadaan barang dan jasa oleh daerah. f Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing. g Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
h Pendapatan denda pajak. i Pendapatan denda retribusi.
j Pendapatan eksekusi atas jaminan. k Pendapatan dari pengembalian.
l Fasilitas sosial dan umum. m Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
n Pendapatan dari anggarancicilan penjualan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu adalah: 1. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riduansyah 2000 dengan
judul ”Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Studi Kasus Pemerintah
48 Daerah Kota Bogor”. Penelitian ini menunjukkan bahwa Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan sumber penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu daerah
otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah
yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut. Kontribusi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD Pemerintah Kota Bogor dalam kurun waktu Tahun Anggaran TA
19931994 – 2000 cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78 per tahun. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap total perolehan penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD- nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah
terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 19931994 – 2000 rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar
7,81 per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89 pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari komponen retribusi
daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata-rata pertahunnya sebesar 15,61 dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya
sebesar 5,08 per tahun. Untuk meningkatkan kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total penerimaan PAD dan sekaligus
memperbesar kontribusinya terhadap APBD Pemda Kota Bogor perlu dilakukan beberapa langkah di antaranya perlu dilakukan peningkatan
49 intensifikasi pemungutan jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah,
kemudian dilakukan ekstensifikasi dengan jalan memberlakukan jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada.
2. Hasil penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Darmono 2010 dengan judul “Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum
Dan Sesudah Otonomi Daerah Di Kabupaten Berau”. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa otonomi daerah memberikan pengaruh
bagi penerimaan daerah Kabupaten Berau pada pos penerimaan dana bagi hasil pajak, dimana penerimaan dana bagi hasil pajak semakin tinggi
setelah terjadi otonomi daerah dan diharapkan besarnya rentang peningkatan dana bagi hasil pajak lebih besar dibandingkan dengan
keadaan yang ada saat ini. Oleh karena itu untuk meningkatkan penerimaan dana bagi hasil pajak maka sebaiknya dilakukan ektensifikasi dan
intensifikasi sumber-sumber penerimaan yang dapat mempengaruhi perolehan dana bagi hasil pajak tersebut, misalnya pencarian sumber-
sumber penerimaan baru yang selama ini belum tergali dan intensifkan sumber penerimaan yang telah ada sehingga hasilnya lebih optimal, atau
melalui himbauan kepada masyarakat untuk selalu taat membayar kewajibannya demi peningkatan penerimaan daerah karena akan dapat
digunakan demi kemajuan pembangunan daerah mereka. 3. Hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Basri dan Hamidi 2010
dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Kabupaten Bengkalis Pasca Otonomi Daerah”. Penelitian ini menunjukkan bahwa
50 efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran untuk seluruh komponen
perlu ditingkatkan. Tahun 2008 diperkirakan hasil pungutan pajak untuk dua komponen tersebut biasa mencapai 2,5 miliar. Masih rendahnya
realisasi penerimaan pajak restoran dan rumah makan dibandingkan potensinya disebabkan pemungutan pajak tidak berdasarkan jumlah
makanan yang terjual, melainkan hanya berdasarkan perhitungan sesaat atau perkiraan saja, karena juga disebabkan tidak adanya catatan dari beban
pajak. Pihak restoran dan rumah makan sangat jarang mencantumkan beban pajak yang harus ditanggung konsumen, karena adanya kekhawatiran
kehilangan pelanggan, karena menyebabkan harga menjadi mahal. 4. Penelitian terdahulu selanjutnya yang dilakukan oleh Hakki 2008 dengan
judul “Analisis Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Sebelum Dan Pada Masa Otonomi Daerah Di Kota Bogor”, hasilnya adalah dalam periode
anggaran 2001-2005 struktur sisi penerimaan APBD Kota Bogor lebih didominasi oleh bagian dana perimbangan, padahal hal tersebut tidak
mencerminkan kemandirian suatu daerah dalam pembangunannya pada masa otonomi daerah sekarang ini. Penerimaan pajak daerah di Kota Bogor
sangat dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi. Tingkat inflasi berbanding terbalik terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bogor yang berarti apabila
tingkat inflasi mengalami peningkatan, maka penerimaan pajak daerah akan menurun Hal ini dapat ditanggulangi dengan dengan cara membuat
kebijakan baru atau mengoptimalkan kebijakan yang telah ada untuk mengimbangi tingkat inflasi yang sifatnya fluktuatif. Sehingga dapat
51 disimpulkan bahwa kebijakan otonomi daerah tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah di Kota Bogor.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama dan Judul
Variabel Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Muhammad Riduansyah
2000 Kontribusi
Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah
PAD dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Daerah APBD Guna
Mendukung Pelaksanaan
Otonomi Daerah Studi
Kasus Pemerintah
Daerah Kota Bogor
Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah
PADX
1
Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah
APBDX
2
Otonomi Daerah Y
Analisis Deskriptif
memadukan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif
Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA
19931994 – 2000 rata- rata
pertahunnya memberikan kontribusi
sebesar 7,81 per tahun dengan
rata-rata pertumbuhan
sebesar 22,89
pertahunnya. Sedangkan pendapatan
yang berasal
dari komponen
retribusi daerah,
pada kurun
waktu yang
sama, memberikan kontribusi
rata-rata pertahunnya
sebesar 15,61 dengan rata-rata
pertumbuhan pertahunnya
sebesar 5,08 per tahun
Dio Hakki 2008
Analisis Penerimaan
Pajak Dan Retribusi
Daerah Sebelum Dan
Pajak Daerah X
1
Retrebusi Daerah X
2
Pendapatan Asli Daerah
Y peubah ganda
multivariate analysis
Dalam periode anggaran 2001-2005 struktur sisi
penerimaan APBD Kota Bogor lebih didominasi
oleh bagian
dana perimbangan.
Penerimaan pajak daerah di Kota Bogor sangat
dipengaruhi oleh variabel Berlanjut ke halaman berikutnya
52 Pada Masa
Otonomi Daerah Di
Kota Bogor tingkat inflasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kebijakan
otonomi daerah tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
penerimaan pajak
dan retribusi
daerah di Kota Bogor. Darmono
2010 Analisis Dana
Bagi Hasil Pajak Sebelum
Dan Sesudah Otonomi
Daerah Di Kabupaten
Berau Dana Bagi
Hasil Pajak X
Pendapatan Asli Daerah
Y Analisis
uji beda
dengan menggunakan
uji t Otonomi
daerah memberikan
pengaruh bagi penerimaan Daerah
Kabupaten Berau pada pos penerimaan dana
bagi hasil pajak, dimana penerimaan dana bagi
hasil pajak semakin tinggi setelah terjadi
otonomi daerah dan diharapkan
besarnya rentang peningkatan dana
bagi hasil pajak lebih besar
dibandingkan dengan keadaan yang ada
saat ini Syafril Basri
Dan Wahyu Hamidi 2010
Analisis Penerimaan
Pajak Hotel Dan Restoran
Kabupaten Bengkalis
Pasca Otonomi Daerah
Pajak Hotel X
1
Pajak Restoran
X
2
Pendapatan Asli Daerah
Y Metode
survey Perpaduan
antara metode analisis
kuantitatif dan kualitatif
Efektivitas pemungutan pajak hotel dan restoran
untuk seluruh komponen perlu ditingkatkan. Masih
rendahnya realisasi
penerimaan pajak
restoran dan rumah makan
dibandingkan potensinya disebabkan
pemungutan pajak tidak berdasarkan
jumlah makanan yang terjual,
melainkan hanya
berdasarkan perhitungan sesaat atau perkiraan
saja, karena
juga disebabkan tidak adanya
catatan dari beban pajak Lanjutan
53
C. Kerangka Berpikir