Keterbatasan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar infeksi pediatri tropis. Edisi Kedua. Jakarta:IDAI;2012.h.155-181.
2. World Health Organization.Global Alert and Response GAR, Impact of Dengue.
Diunduh dari
website :
http:www.who.intcsrdiseasedengueimpacten . Diakses tanggal 23
Januari 2012. 3. World Health Organization and the Special Programme for Research and
Training in Tropical Disease. Dengue guidlines for diagnosis, treatment, prevention and control. New edition. World Health Organization;
2009.h.1-86. 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Database Kesehatan
Departemen Kesehatan
RI. Diunduh
dari website
:
http:www.bankdata.depkes.go.idnasionalpublicreport.
Diakses tanggal 10 Juli 2011.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman tata laksana klinis infeksi dengue sarana pelayanan kesehatan. Departemen Kesehatan.
Jakarta. 2005.h. 25-43. 6. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue :
Panduan lengkap WHO ; alih bahasa , Palupi Widyastuti; editor bahasa indonesia Salmiyatun. Jakarta : EGC; 2004.h.25-30.
7. Behrman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15 Vol 2. Jakarta: EGC; 2000.h.1134-35.
8. Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Is dengue severity related to nutritional status. SouthEast Asian J Trop Med Public Health 2005;36:380-4.
9. Saniathy E, Arhana BNP, Suandi IKG, Sidiartha IGL. Obesitas sebagai faktor risiko sindrom syok dengue di RSUP Sanglah Denpasar. Sari
Pediatri. 2009; 11 4:238-43. 10. Citraresmi E, Hadinegoro SR, Akib AAP. Diagnosis dan tata laksana
demam berdarah dengue pada kejadian luar biasa tahun 2004 di enam rumah sakit di Jakarta. Sari Pediatri. 2007; 83: 8-14.
11. WHO. Dengue hemorrhagic fever : diagnosis, treatment, prevention, and control. Geneva, 1997.h.1-66.
45
12. Soegijanto S. Demam berdarah dengue. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press; 2008.h.45-132.
13. Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambasari CG. Update
management of infetious disease and gastrointestinal disorders. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan
Anak; 2012.h.1-25.
14. Nyoman ID, dkk. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2002.h.5-10. 15. Apriani G, Hardinsyah, Efendi YH. Pengaruh status gizi awal dan
konsumsi chlorella growth factor terhadap keluhan klinis penderita demam berdarah dengue. Jurnal Gizi dan Pangan. 2010; 53:137-9.
16. E Irene, Olsen, RD, Mazcarenhas R, dan Stalling VA, Clinical assesment of nutritional status. Dalam Duggan C, et al. Nutrition in pediatric. Edisi
ke-4. Canada : BC Decker ; 2008.h.1-5. 17. Cogill B. Anthropometric indicators measurement guide. Washington DC:
Food and nutrition technical assistance project, Academy for Educational Project; 2001.h.10-13.
18. Nelii S. Hubungan status gizi dengan kejadian renjatan pada penderita anak demam berdarah dengue periode Januari
– Juni 2006 di RS. Dr. M. Djamil Padang. Padang; Program studi ilmu biomedik Universitas
Andalas. 2007. 19. Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC; 2008. h.37-121
20. Matondang CS, Wahidayat I, Sastronegoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi ke 2. Jakarta : CV Sagung Seto; 2003.
21. Hartoyo E. Spektrum klinis demam berdarah dengue pada anak. Sari Pediatri. 2008 Oktober ;103:145-50.
22. Wibowo K, Juffrie M, Laksanawati IS, Mulatsih S. Pengaruh Transfusi trombosit terhadap terjadinya perdarahan masif pada demam berdarah
dengue. Sari Pediatri. 2011 ; 126:404-8. 23. Mayetti. Hubungan gambaran klinis dan laboratorium sebagai faktor risiko
syok pada demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010; 115: 367-73. 24. Raihan, Hadinegoro SR, Tumbelaka AR. Faktor prognosis terjadinya syok
pada demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010; 121:47-52.