Manifestasi Klinis Demam Berdarah Dengue .1. Definisi

16 2.1.8 Tata Laksana Demam Berdarah Dengue 2.1.8.1 Derajat Penyakit Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat pada setiap derajat sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi: Derajat 1 : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya menifestasi perdarahan ialah uji bendung. Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain. Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah. Derajat IV : Syok berat profound shock, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. 11

2.1.8.2 Penatalaksanaan

Tata laksana bersifat simptomatik dan suportif. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi demam. Pemberian parasetamol dapat disederhanakan seperti tertera pada tabel 2.1. 5 Tabel 2.1 Dosis parasetamol menurut kelompok umur Umur tahun Parasetamol tiap kali pemberian Dosis mg Tablet 1 tab = 500mg 1 60 18 1-3 60-125 1-8-14 4-6 125-250 14-12 7-12 250-500 12-1 Sumber : Depkes, 2005 17 Pengobatan suportif lain yang dapat diberikan antara lain larutan oralit, larutan gula garam, jus buah, susu, dan lain-lain. Apabila pasien mulai terlihat tanda - tanda dehidrasi pemberian cairan oral dapat diberikan untuk mencegah dehidrasi. Pasien perlu diberikan minum 50 mlkg BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 mlkg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum ASI, tetap harus diberikan ASI selain larutan oralit. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak dapat minum, muntah, atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. 5 Peningkatan nilai hematokrit 10-20 menandakan pasien memasuki fase kritis dan memerlukan pengobatan cairan intravena apabila pasien tidak dapat minum oral. Pasien harus dirawat dan diberikan cairan sesuai kebutuhan. Tanda vital, hasil laboratorium, asupan dan keluaran cairan harus di catat dalam lembar khusus. Penurunan hematokrit merupakan tanda-tanda perdarahan. Umumnya pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum karena anoreksia dan muntah. Kewaspadaan perlu ditingkatkan pada pasien dengan risiko tinggi, seperti bayi, DBD derajat III dan IV, berbadan gemuk, perdarahan berat, dan penurunan kesadaran. 13 Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 di dalam larutan NaCl 0,45. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46 1-2 mlkgBB intravena bolus perlahan-lahan. Apabila terdapat hemokonsentrasi 20 atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan untuk dehidrasi diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6 5 sampai 8, seperti tertera pada tabel 2.2 di bawah ini. Jenis cairan adalah golongan kristaloid ringer laktat, atau ringer asetat dan koloid. 5 18 Tabel 2.2 Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang defisit 5-8 Berat badan waktu masuk RS Jumlah cairan mlkg berat badan perhari 7 220 7-11 165 12-18 132 18 88 Sumber : Depkes, 2005 Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat badan pasien serta derajat kehilangan plasma, yang sesuai dengan derajat hemokonsentrasi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal untuk anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungan dari tabel 2.3 berikut. 5 Tabel 2.3 Kebutuhan cairan rumatan Berat Badan kg Jumlah cairan ml 10 100 per kg BB 10-20 1000 + 50 x kg diatas 10 kg 20 1500 + 20 x kg diatas 20 kg Sumber : Depkes, 2005 Kemampuan untuk memberi cairan sesuai kebutuhan pada fase ini menentukan prognosis. Sebagian pasien sembuh setelah pemberian cairan intravena, sedangkan pasien dengan kondisi berat atau tidak mendapat cairan sesuai dengan kebutuhan akan jatuh ke dalam fase syok. Pemberian cairan intravena sebelum terjadi kebocoran plasma sebaiknya dihindarkan karena dapat menimbulkan kelebihan cairan. Pemantauan tanda vital pada fase kritis bertujuan untuk mewaspadai gejala syok. 13 Dengue berat harus dipertimbangkan apabila ditemui bukti adanya kebocoran plasma, perdarahan bermakna, penurunan kesadaran, perdarahan saluran cerna, atau gangguan organ berat. Tata laksana dini pemberian cairan untuk penggantian plasma dengan kristaloid dapat mencegah terjadinya syok sehingga menghindari terjadinya penyakit berat. Apabila terjadi syok, maka