9
faktor II, V, VII, VIII, X, dan fibrinogen. Pada kasus DBD berat terjadi peningkatan fibrinogen degradation products FDP.
1
2.1.4.5 Sistem Komplemen
Sistem komplemen diaktifkan oleh kompleks virus dan antibodi dengan mensekresikan C3a dan C5a, yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah sehingga terjadi ekstravasasi plasma dari intravaskuler menuju ekstravaskuler.
1
Bukti-bukti yang mendukung peran sistem komplemen pada penderita DBD ialah ditemukannya kadar histamin yang meningkat dalam
urin 24 jam, adanya kompleks imun yang bersirkulasi circulating immune complex baik pada DBD derajat ringan maupun berat, dan adanya korelasi antara
kadar kuantitatif kompleks imun dengan derajat berat penyakit.
1
2.1.4.6 Respon Leukosit
Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai lekositosis sedang. Leukopeni dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung
jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan. Pada sediaan apus darah tepi penderita DBD dapat ditemukan
limfosit bertransformasi atau atipik 20-50, terutama pada infeksi sekunder. Limfosit atipik ini merupakan sel berinti satu mononuklear dengan struktur
kromatin inti halus dan agak padat, serta sitoplasma yang relatif lebar dan berwarna biru tua. Limfosit atipik ini dikenal sebagai limfosit plasma biru yang
ditemukan sejak hari ketiga demam.
1
2.1.5 Patogenesis
Patogenesis demam berdarah dengue DBD dan sindrom syok dengue SSD masih merupakan masalah yang kontroversial karena sejauh ini belum ada
teori yang menjelaskan secara tuntas patogenesis DBD. Secara garis besar ada dua teori yang banyak dianut untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD
dan SSD yaitu hipotesis infeksi sekunder teori secondary heterologous infection dan hypothesis antibody dependent enhancement ADE.
12
Teori infeksi sekunder, menyebutkan bahwa apabila seseorang yang
pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan mempunyai antibodi yang
10
dapat menetralisasi yang sama homologous. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi
infeksi yang berat. Pada infeksi selanjutnya, antibodi heterologous yang telah terbentuk dari infeksi primer akan membentuk kompleks dengan infeksi virus
dengue baru dari serotipe berbeda, namun tidak dapat dinetralisasi virus baru bahkan membentuk kompleks yang infeksius.
12
Akibat adanya infeksi sekunder oleh virus yang heterolog virus dengan serotipe lain atau virus lain karena adanya non-netralising antibodi maka partikel
virus DEN dan molekul antibodi IgG membentuk kompleks virus-antibodi. Ikatan antara kompleks tersebut dengan reseptor Fc pada sel melalui bagian Fc IgG
menimbulkan peningkatan enhancement infeksi virus DEN. Kompleks virus- antibodi meliputi sel makrofag yang beredar dan antibodi tersebut akan bersifat
opsonisasi, internalisasi sehingga makrofag mudah terinfeksi. Makrofag akan teraktivasi dan akan memproduksi IL-1, IL-6, dan TNF-
α dan juga “platelet activating factor” PAF. Karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak
dapat dinetralisasi tetapi bebas bereplikasi di dalam makrofag.
12
TNF- α yang terangsang IFN maupun makrofag teraktivasi antigen -
antibodi kompleks. Kompleks ini akan menyebabkan kebocoran dinding pembuluh darah, merembesnya cairan plasma ke jaringan tubuh yang disebabkan
kerusakan endotel pembuluh darah yang mekanismenya sampai saat ini belum jelas. Hal tersebut akan mengakibatkan syok.
12
Patogenesis terrjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue
yang berlainan pada pasien, mengakibatkan terbentuknya komplek virus - antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen, agregasi trombosit, dan
mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah.
12