41
merupakan salah satu sitokin utama yang diproduksi oleh jaringan adiposa menyebabkan peningkatan produksi dari sitokin Th2 seperti IL-4 dan IL-5.
30
Oleh karena itu dengan adanya peningkatan sitokin pro inflamasi yang berasal dari obesitas, hal ini menyebabkan peningkatan kejadian pada penderita
DBD. Patogenesis DBD berdasarkan teori Infection Enhancing Antibody dan teori mediator makrofag yang terinfeksi virus dengue akan menjadi aktif dan akan
melepaskan sitokin yang memiliki sifat vasoaktif atau prokoagulasi diantaranya IL-1, IL-
6 dan TNF α juga Platelet Activating Factor PAF. Bahan-bahan mediator tersebut akan memengaruhi sel-sel endotel dinding pembuluh darah dan
sistem hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan perdarahan.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :
1. Pengaturan berkas pasien yang tidak terletak dalam satu ruangan dan tidak
teratur menyebabkan pencarian berkas tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.
2. Dari data pengumpulan rekam medik banyak data yang tidak lengkap
sehingga banyak data yang tidak terpakai. Tetapi kelemahan ini bisa di kurangi pada penelitian ini dengan mengambil data pasien dengan data
yang lengkap saja.
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
a. Jenis kelamin anak laki-laki 51 orang 52 dan jenis kelamin anak perempuan 47 orang 48.
b. Penggolongan umur, didominasi oleh anak berumur 6-10 tahun 54 orang 55,1, kelompok umur 0-5 tahun 27 orang 27,6, dan kelompok 11-
14 tahun 17 orang 17,3. c. Rerata berat badan adalah 25,69 ±13,597 kg dengan berat badan terkecil 6
kg dan terberat 62 kg. Berdasarkan status gizi sebagian besar yaitu memiliki status gizi baik 46 orang 46,9, selanjutnya status gizi kurang
30 orang 30,6, dan status gizi lebih 22 orang 22,4. d. Bulan perawatan dijumpai sebagian besar saat musim hujan 61 orang
62,2, sedangkan saat musim kemarau periode didapatkan 37 orang 37,8. Rerata pasien masuk rumah sakit demam hari ke 4,15 ±1,187 dan
riwayat demam masuk RS terlama yaitu hari ke 7. e. Penggolongan kelas rawat inap, sebagian besar berada di kelas 3 59 orang
60,2, kelas 2 18 orang 18,4, kelas 1 18 orang 18,4, dan ruang ICCU 3 orang 3,1.
f. Kadar trombosit saat hari pertama penderita masuk rumah sakit atau demam hari ke 4, rata-rata 89.084mm
3
antara 9.000-293.000mm
3
. Kadar hematokrit awal antara 25-53 dengan rerata kadar hematokrit
38,33 ± 6.075. Kadar hematokrit tertinggi selama rawat inap 42-55 dengan rerata 48,13 ± 2,693.
g. Keadaan akhir pasien keluar dari rumah sakit sebagian besar 95 pasien sembuh 96,9 dan 3 pasien yang meninggal 3,1 dengan status gizi
kurang. h. Pengaruh status gizi dengan beratnya penyakit demam berdarah dengue
pada anak dengan nilai p value adalah 0,013 dan besarnya risiko demam
43
berdarah dengue berat pada anak status gizi lebih 3,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak status gizi baik dan kurang.
5.2 Saran
1. Penelitian pengaruh status gizi dengan beratnya penyakit demam berdarah dengue pada anak dapat dilanjutkan oleh peneliti lain.
2. Diperlukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih lama, sehingga pengambilan data rekam medik menjadi lebih banyak dikarenakan banyak
data rekam medik yang tidak lengkap. 3. Pengaturan berkas rekam medik RSUD Tangerang di harapkan tersusun
rapih dan teratur sehingga pencarian data rekam medik menjadi lebih mudah.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar infeksi pediatri tropis. Edisi Kedua. Jakarta:IDAI;2012.h.155-181.
2. World Health Organization.Global Alert and Response GAR, Impact of Dengue.
Diunduh dari
website :
http:www.who.intcsrdiseasedengueimpacten . Diakses tanggal 23
Januari 2012. 3. World Health Organization and the Special Programme for Research and
Training in Tropical Disease. Dengue guidlines for diagnosis, treatment, prevention and control. New edition. World Health Organization;
2009.h.1-86. 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Database Kesehatan
Departemen Kesehatan
RI. Diunduh
dari website
:
http:www.bankdata.depkes.go.idnasionalpublicreport.
Diakses tanggal 10 Juli 2011.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman tata laksana klinis infeksi dengue sarana pelayanan kesehatan. Departemen Kesehatan.
Jakarta. 2005.h. 25-43. 6. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue :
Panduan lengkap WHO ; alih bahasa , Palupi Widyastuti; editor bahasa indonesia Salmiyatun. Jakarta : EGC; 2004.h.25-30.
7. Behrman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15 Vol 2. Jakarta: EGC; 2000.h.1134-35.
8. Kalayanarooj S, Nimmannitya S. Is dengue severity related to nutritional status. SouthEast Asian J Trop Med Public Health 2005;36:380-4.
9. Saniathy E, Arhana BNP, Suandi IKG, Sidiartha IGL. Obesitas sebagai faktor risiko sindrom syok dengue di RSUP Sanglah Denpasar. Sari
Pediatri. 2009; 11 4:238-43. 10. Citraresmi E, Hadinegoro SR, Akib AAP. Diagnosis dan tata laksana
demam berdarah dengue pada kejadian luar biasa tahun 2004 di enam rumah sakit di Jakarta. Sari Pediatri. 2007; 83: 8-14.
11. WHO. Dengue hemorrhagic fever : diagnosis, treatment, prevention, and control. Geneva, 1997.h.1-66.