Majelis hakim tidak tepat memutus perkara
kasus ini seharusnya mengacu pada putusan BANI karena putusan MA dalam kasus ini batal demi hukum. Hakim telah melampaui
kewenangannya dalam memutus perkara. Apabila pihak Tutut tidak setuju dengan putusan BANI, maka seharusnya ia dapat mengoreksi
putusan tersebut sesuai pasal 58 undang-undang AAPS atau membatalkan putusan apabila telah memenuhi unsur-unsur dalam pasal 70 undang-
undang AAPS ataupun bukti-bukti lain yang kuat. Bukan malah mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri saat kasus sedang ditangani
oleh BANI. Yurisprudensi pembatalan putusan arbitrasepun telah banyak telah banyak membuktikan bahwa dalam hal lembaga arbitrase bisa salah
memutuskan itu benar adanya. Bisa kita lihat dari banyaknya putusan arbitrase yang telah dibatalkan. Maka seharusnya pihak Tutut dapat
menghormati jalannya proses arbitrase yang sedang berjalan.
B.
Saran
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan banyaknya prinsip-prinsip yang dilanggar oleh lembaga
in-court justice maka Komisi Yudisial harus membuat peraturan yang
berisi sanksi terhadap hakim pengadilan yang masih ikut campur dalam kasus yang didalamnya terdapat klausula arbitrase dan Mahkamah Agung
sebagai the last resort harus segera berbenah diri agar menjaga
kondusifitas law enforcement yang telah mengalami grafik naik di Indonesia baik dalam bidang hukum bisnis maupun bidang hukum lain.
2. Berkaitan dengan terjadinya ketidakpastian hukum dikarenakan oleh
putusan Mahkamah Agung yang berlawanan dengan putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia maka Majelis Permusyawaratan Rakyat
harus menbuat TAP MPR yang mengatur tentang lembaga peradilan dan non peradilan yang berlawanan.
DAFTAR PUSTAKA
Adolf, Huala. Arbitrase Negara-Negara ASEAN. Jakarta: BPHN Depkumham RI,
2009 Asyhadie, Zaeni. Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Press, 2009 Fuady, Munir. Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo
persada, 2000. Gautama, Sudargo. Undang-Undang Arbitrase Baru. Bandung: Citra Aditya
Bhakti, 1999 Harahap, M. Yahya. Arbitrase. Jakarta: Sinar Grafika, 2003
_____________. Arbitrase. Cet.II, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. _____________. Kekuasaan Mahkamah Agung, Pemeriksaan Kasasi dan
Peninjauan Kembali Perkara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
_____________. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997 Mamudji dkk., Sri. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum UI, 2005. Hartini, Rahayu. Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia: Dualisme
Kewenangan Pengadilan Niaga dan Lembaga Arbitrase, Jakarta:
Kencana, 2009. Judhariksawan, Hukum Penyiaran, Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Rahmadi, Takdir. Mediasi: penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat. Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Soemartono, Gatot. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986. _______________. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2001.