Yurisprudensi Pembatalan Putusan Arbitrase

undang Arbitrase. Ada alasan-alasan lain yang dapat digunakan untuk membatalkan suatu putusan arbitrase. 40 Dalam yurisprudensinya ada beberapa putusan pengadilan yang membatalkan putusan arbitrase diantaranya yaitu putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 270Pdt.P2009PN.Jkt.Sel. tanggal 4 Januari 2010 yang menyatakan batal demi hukum putusan BANI nomor 300IIARB-BANI2009 tertanggal 22 oktober 2009. Selain itu, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan juga menjatuhkan putusan No. 254Pdt.P2004PN.Jat.Sel pada tanggal 6 Januari 2005 yang membatalkan putusan arbitrase No. 15ARBBANIBANI JATIMIII2004 tanggal 19 agustus 2004. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melalui putusannya No. 86PDT.G2002PN.JKT.PST juga telah membatalkan putusan Pengadilan Arbitrase Jenewa, Swiss dan selain itu masih banyak lagi putusan arbitrase yang dibatalkan oleh lembaga pengadilan. Oleh karenanya besar kemungkinan lembaga arbitrase bisa salah dalam memutuskan.

C. Ketidakpastian Hukum Putusan Arbitrase

Pelaksanaan putusan arbitrase nasional diatur dalam pasal 59 sampai dengan pasal 64 undang-undang Nomor 30 Tahun 1999.Pada dasarnya, putusan arbitrase nasional harus dilakukan oleh para pihak secara sukarela.Jika para pihak tidak bersedia memenuhi pelaksanaan 40 Diakses di http:www.hukumonline.comberitabacahol13217pembatalan-putusan- arbitrasedi-indonesia pada tanggal 20 Mei 2015 putusan arbitrase tersebut secara sukarela, maka putusan arbitrase tersebut dilakukan secara paksa.Supaya putusan arbitrase nasional dapat dilaksanakan, putusan tersebut harus dideponir dulu dalam akta pendaftaran di kepaniteraan di Pengadilan Negeri. Pasal 59 undang- undang AAPS menentukan batas waktu penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase tersebut, yaitu dilakukan dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan oleh arbitrer atau majelis arbitrase. Bila tindakan deponir tersebut tidak dipenuhi, maka berkibat putusan arbitrase tersebut tidak dapat dilaksanakan. 41 Jadi tindakan deponir putusan arbitrase bukan hanya tindakan pendaftaran yang bersifat administrative beaka tetapi telah bersifat konstitutif, dalam arti merupakan suatu rangkaian mata rantai proses arbitrase, dengan resiko tidak dapat dieksekusi putusan jika tidak dapat dilakukan pendeponir tersebut. 42 Yang berkewajiban untuk mendaftarkan putusan tersebut adalah: a. Salah seorang anggota arbiter, atau b. Seorang kuasa untuk dan atas nama para anggota arbiter Semua biaya yang menyangkut pendaftaran ini, ditanggung oleh para pihak yang bersengketa. 43 41 Ibid, h.105 42 Huala Adolf, Arbitrase Negara-Negara ASEAN Jakarta: BPHN Depkumham RI, 2009 h.50 43 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia Jakarta: Rajawali Press, 2009 h.244 Putusan arbitrase nasional yang telah dicatat dalam akta pendaftaran di kepaniteraan Pengadilan Negeri harus sudah dilaksanakan secara sukarela paling lambat 30 hari setelah permohonan eksekusi didaftarkan kepada panitera Pengadilan Negeri. Ketua Pengadilan Negeri akan menolak suatu permohonan pelaksanaan putusan arbitrase nasional jika terdapat alasan-alasan sebagai berikut: 44 1. Putusan dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase yang tidak berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara sengketa arbitrase yang bersangkutan; 2. Putusan dijatuhkan melebihi batas kewenangan arbiter atau majelis arbitrase yang diberikan oleh para pihak yang bersengketa; 3. Putusan yang dijatuhkan ternyata tidak memenuhi syarat-syarat penyelesaian sengketa melalui arbitrase, yaitu: a. Sengketa yang diputus bukan sengketa di bidang perdagangan b. Sengketa yang diputus bukan mengenai hak yang menurut hukum dan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa; c. Sengketa yang diputus ternyata termasuk sengketa yang menurut perundangan tidak dapat diadakan perdamaian 44 Rachmadi Usman, Hukum Arbitrase Nasional Jakarta: Grasindo, 2002 h.107 4. Putusan yang dijatuhkan ternyata bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum Sedangkan contoh dari sengketa mengenai perdagangan untuk mana arbitrase dinyatakan berwenang antara lain sebgai berikut: 1. Perniagaan 2. Perbankan 3. Keuangan 4. Penanaman modal 5. Industry 6. Hak Kekayaan Intelektual Oleh karena itu, arbitrase berwenang untuk menangani kasus sengketa kepemilikan TPI ini dan putusan yang telah di ketuk palu pada akhir 2014 kemarin menjadi final dan mengikat. Namun dikarenakan kekuatan eksekusi lembaga yudikasi hanya dimiliki oleh lembaga yudikasi dalam hal ini Mahkamah Agung, maka lembaga arbitrase tidak dapat melaksanakan putusannya sendiri dan terjadilah ketidakpastian hukum.