Jenis Ganti Rugi Ganti Rugi .1 Pengertian Ganti Rugi
atau diperdagangkan. Memperhatikan substansi Pasal 19 ayat 1 dapat diketahui bahwa tanggung jawab pelaku usaha, meliputi:
22
1. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan; 2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran; dan
3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen
Pasal tersebut memiliki pengertian pelaku usaha atau pengangkut bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul dari produk atau jasanya.
Tanggung jawab yang dimaksud mengenai ganti rugi atas kerusakan, pencemaran atau kerugian akibat mengkonsumsi barang atau jasa yang dihasilkan.
Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang atau jasa yang cacat bukan merupakan satu-satunya dasar pertanggung jawaban pelaku usaha. Hal ini berarti
bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dalami konsumen. Guna dapat menuntut ganti kerugian, maka kerugian tersebut harus
merupakan akibat dari perbuatan melanggar hukum. Berarti bahwa untuk dapat menuntut ganti kerugian, harus terpenuhi unsur sebagai berikut
23
: 1. Ada perbuatan melanggar hukum ;
2. Ada Kerugian; 3. Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melanggar hukum dan
kerugian; dan 4. Ada kesalahan.
Ganti kerugian pada umumnya adalah uang. Bentuk lain yang dilakukan dalam ganti kerugian adalah pemulihan kedalam keadaan semula dan larangan
untuk mengulangi. Pembebanan ganti kerugian berdasarkan kesalahan atau kelalaian perbuatan tersebut. Ganti kerugian harus terpenuhi unsur perbuatan
melanggar hukum, kerugian, hubungan klausalitas antara perbuatan melanggar hukum dengan kerugian dan kesalahan.
22
Ibid, Hlm 125.
23
Ibid, Hlm 126.
2.3.4 Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
Pengangkutan akan menimbulkan tanggung jawab bagi pelaku usaha. Tanggung jawab pelaku usaha diatur dalam Pasal 146 UU Penerbangan yang
menyatakan bahwa: Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena
keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan
tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional.
Tanggung Jawab Pelaku usaha mengenai keterlambatan pengangkutan diatur dalam Pasal 147 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa:
1 Pengangkut bertanggung jawab atas tidak terangkutnya penumpang, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan
alasan kapasitas pesawat udara. 2 Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan
memberikan kompensasi pada penumpang berupa: a. Mengalihkan ke penerbangan lain tanpa membayar biaya
tambahan; danatau b. Memberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi
apabila tidak ada penerbangan lain ke tempat tujuan. Bentuk tanggung jawab pelaku usaha tersebut bertujuan untuk melindungi
hak penumpang yang menggunakan jasa pengangkutan udara. Perlindungan hak penumpang mengenai kerugian yang diderita akibat keterlambatan dalam
pengangkutan udara. Tanggung Jawab pelaku usaha tersebut dengan memberikan kompensasi kepada penumpang.
2.4 Perlindungan Hukum 2.4.1 Pengertian Perlindungan Hukum
Mengenai perlindungan hukum merupakan salah satu hal terpenting dari unsur suatu negara hukum. Pembentukan suatu negara akan dibentuk pula hukum
yang mengatur tiap warga negaranya. Bahwa suatu negara akan terjadi hubungan timbal balik antar warga negaranya yang akan melahirkan hak dan kewajiban satu
sama lain. Perlindungan hukum akan menjadi hak tiap warga negara. Menurut Pasal 28D ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: Setiap orang berhak atas pengakuan,