Prinsip – Prinsip Tanggung Jawab Hukum

2.3.4 Tanggung Jawab Pelaku Usaha Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Pengangkutan akan menimbulkan tanggung jawab bagi pelaku usaha. Tanggung jawab pelaku usaha diatur dalam Pasal 146 UU Penerbangan yang menyatakan bahwa: Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional. Tanggung Jawab Pelaku usaha mengenai keterlambatan pengangkutan diatur dalam Pasal 147 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa: 1 Pengangkut bertanggung jawab atas tidak terangkutnya penumpang, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan alasan kapasitas pesawat udara. 2 Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan memberikan kompensasi pada penumpang berupa: a. Mengalihkan ke penerbangan lain tanpa membayar biaya tambahan; danatau b. Memberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi apabila tidak ada penerbangan lain ke tempat tujuan. Bentuk tanggung jawab pelaku usaha tersebut bertujuan untuk melindungi hak penumpang yang menggunakan jasa pengangkutan udara. Perlindungan hak penumpang mengenai kerugian yang diderita akibat keterlambatan dalam pengangkutan udara. Tanggung Jawab pelaku usaha tersebut dengan memberikan kompensasi kepada penumpang. 2.4 Perlindungan Hukum 2.4.1 Pengertian Perlindungan Hukum Mengenai perlindungan hukum merupakan salah satu hal terpenting dari unsur suatu negara hukum. Pembentukan suatu negara akan dibentuk pula hukum yang mengatur tiap warga negaranya. Bahwa suatu negara akan terjadi hubungan timbal balik antar warga negaranya yang akan melahirkan hak dan kewajiban satu sama lain. Perlindungan hukum akan menjadi hak tiap warga negara. Menurut Pasal 28D ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut . 24 Hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan pelindungan hukum. Hubungan hukum harus mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan menurut Barda Nawawi Arief adalah terpenuhinya hak- hak dan kewajiban seseorang, baik itu kepada individu maupun kelompok. Perlindungan hukum tersebut, menyangkut pula terhadap korban. Hal tersebut merupakan bagian dari perlindungan kepada masyarakat sebagai konsekuensi logis dari teori kontrak sosial social contract argument dan teori solidaritas sosial social solidarity argument. 25 Perlindungan hukum lahir dari segala ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat. Dasarnya merupakan suatu kesepakatan untuk mengatur hubungan antar masyarakat dengan pemerintah. Pemerintah juga harus mengatur atau memberikan regulasi yang jelas untuk mencegah atau menyelesaikan sengketa dan permasalahan yang timbul antara hubungan hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat dapat jelas mengetahui hubungan hukum apa dan seperti apa penanganan perlindungan hukum yang diberikan.

2.4.2 Fungsi Pelindungan Hukum

Seperti yang diketahui bahwa didalam setiap masyarakat senantiasa terdapat berbagai kepentingan dari warganya. Diantara kepentingan itu ada yang bisa selaras dengan kepentingan yang lain, tetapi ada juga kepentingan yang memicu konflik dengan kepentingan yang lain. Hukum harus difungsikan menurut fungsi- fungsi tertentu untuk mencapai tujuannya. 24 Philipus M. Hadjon, 1987, “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia”, Bina Ilmu, Surabaya, Hlm 84. 25 Barda Nawawi Arief, 2001, “Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan ”, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm 54. Fungsi hukum adalah menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan konflik yang terjadi. Berkaitan dengan fungsi hukum, menurut Franz Magnis Suseno fungsi hukum adalah untuk mengatasi konflik kepentingan. Dengan adanya hukum, konflik itu tidak lagi dipecahkan menurut siapa yang paling kuat, melainkan berdasarkan aturan yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan dan nilai objektif dengan tidak membedakan antara yang kuat dan yang lemahdan orientasi itu disebut keadilan. 26 Hukum berfungsi untuk menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan konflik yang terjadi. Perlindungan hukum dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu tempat yang disebut sarana perlindungan hukum. Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa sarana perlindungan Hukum ada dua macam, yaitu : 1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif. 2. Sarana Perlindungan Hukum Represif Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan 26 Artikel Tentang Fungsi Hukum. http:id.shvoong.comlaw-and-politicslaw20931555- fungsi-hukum, Diakses Tanggal 12 Maret 2015 Pukul 00.06 WIB. perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum. 27 Perlindungan hukum bertujuan menertibkan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat serta menyelesaikan konflik yang terjadi. Fungsi perlindungan hukum bersumber pada perlindungan hak asasi manusia yang berlandaskan pada prinsip negara hukum.

2.5 Keterlambatan Penerbangan

2.5.1 Pengertian Keterlambatan Penerbangan

Dewasa ini dalam kegiatan pengangkutan dikenal juga berbagai masalah, salah satunya mengenai keterlambatan. Menurut Pasal 1 Angka 30 UU Penerbangan menyatakan bahwa: Keterlambatan adalah terjadinya perbedaan waktu antara keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan. Keterlambatan penerbangan disini memiliki pengertian bahwa keberangkatan atau kedatangan tidak sesuai dengan perjanjian yang dispekati. Seperti sebagaimana jadwal keberangkatan dan kedatangan yang sudah tertulis dalam tiket penerbangan yang sudah dibeli penumpang. Pasal 9 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara: Keterlambatan yang dimaksud dalam hal ini terdiri dari: a. Keterlambatan penerbangan flight delayed; b. Tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat udara denied boarding passanger; dan c. Pembatalan penerbangan concelation of flight. Menurut Pasal 1239 KUHPerdata menyatakan bahwa: Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga. Pengertian keterlambatan penerbangan tersebut adalah keterlambatan penerbangan, tidak terangkutnya penumpang dan pembatalan penerbangan. 27 Philipus M. Hadjon, Op.cit, Hlm 30. Berarti pelaku usaha tidak memenuhi kewajibannya karena keterlambatan sama dengan tidak kesesuaian dalam perjanjian pengangkutannya.

2.5.2 Akibat Keterlambatan Penerbangan

Kegiatan pengangkutan tidak lepas dengan masalah keterlambatan penerbangan yang mengakibatkan kerugian bagi penumpang. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang yang diakibatkan oleh keterlambatan penerbangan. Tanggung jawab tersebut bertujuan memberikan perlindungan hukum bagi penumpang. Menurut Pasal 146 UU Penerbangan menyatakan bahwa: Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo berada dalam pengawasan pengangkut. Keterlambatan penerbangan berakibat penumpang mengalami kerugian uang yang telah digunakan untuk membeli tiket penerbangan sebagai bukti pengguna jasa pernerbangan, penumpang juga megalami kerugian waktu untuk menunggu keterlambatan penerbangan dan penumpang merasa tidak mendapatkan pelayanan dari pelaku usaha dengan semestinya. Pengangkut harus mengganti kerugian yang dialami oleh penumpang karena pelaku usaha dalam hal ini tidak memenuhi prestasinya. 2.6 Perusahaan Penerbangan 2.6.1 Pengertian Perusahaan Penerbangan Perusahaan penerbangan dapat diartikan suatu badan hukum yang menyediakan jasa pengangkutan bagi penumpang atau barang. Menurut R.S Darmayanti pengertian perusahaan penerbangan adalah perusahaan milik swasta atau pemerintah yang khusus menyelenggarakan pelayananan angkutan udara untuk yang khusus menyelenggarakan pelayananan angkutan udara untuk penumpang baik yang berjadwal maupun yang tidak berjadwal. 28 Penerbangan berjadwal merupakan penerbangan menempuh rute penerbangan berdasarkan jadwal dan tempat tujuan yang tetap. Penerbangan tidak berjadwal merupakan penerbangan tidak dengan waktu dan tempat tujuan yang tetap. 28 R.S Darmayanti,2001, “Istilah-Istilah Dunia Pariwisata”, Pradnya Paramita, Jakarta, Hlm 6.