Prosedur Mediasi Dalam Pengadilan Agama

oleh pihak yang ditunjuk atau memilki surat kuasa untuk mewakili proses mediasi. c. Hakim melalui kuasa Hukum atau langsung kepada para pihak mendorong untuk berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi. d. Kuasa Hukum para pihak berkewajiban mendorong para pihak sendiri berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi. e. Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan kesempatan kepada para pihak menempuh proses mediasi. f. Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam PERMA ini kepada para pihak yang bersengketa. 30 2. Hak para pihak untuk memilih mediator. a. Hakim berhak memilih mediator di antara pilihan-pilihan berikut. b. Hakim bukan pemeriksa perkara pada Pengadilan yang bersangkutan. c. Advokat atau akademisi Hukum. d. Profesi bukan Hukum yang dianggap para pihak menguasai atau berpengalaman pokok sengketa. e. Hakim majelis pemeriksa perkara. f. Gabungan antara mediator yang disebut di atas dan hanya dua saja yang di perbolehkan menjadi mediator contohnya: Hakim pemeriksa perkara dengan Advokat boleh di gabung. 30 Peraturan Mahkamah Agung RI no.1 tahun 2008 tentang mediasi, h.5. g. Jika dalam sebuah proses mediasi terdapat lebih dari satu mediator, pembagian tugas mediator ditentukan dan disepakati oleh para mediator sendiri. 31 3. Daftar Mediator a. Untuk memudahkan para pihak memilih mediator ketua Pengadilan menyediakan daftar Mediator yang memuat sekurang-kurangnya 5 lima nama mediator dan disertai dengan latar belakang pendidikan atau pengalaman para mediator. b. Ketua Pengadilan menempatkan nama-nama Hakim yang telah memiliki sertifikasi dalam daftar mediator. c. Jika dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan tidak ada mediator yang bersertifikat, semua Hakim pada pengadilan yang bersangkutan dapat ditempatkan dalam daftar mediator. d. Mediator bukan Hakim yang bersertifikat dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan agar namanya di tempatkan dalam daftar mediator. e. Setelah memeriksa dan memastikan keabsahan sertifikat, ketua pengadilan menempatkan nama pemohon dalam daftar mediator. f. Ketua Pengadilan setiap tahun mengevaluasi dan memperbaharui daftar mediator. 31 Ibid.h.6. g. Ketua Pengadilan berwenang mengeluarkan nama mediator dari daftar mediator berdasarkan alasan objektif antara lain karena mutasi kerja,berhalangan tetap, ketidak aktifan setelah penugasan dan pelanggaran atas pedoman dan perilaku. 32 4. Honorariaum Mediator. a. Penggunaan jasa mediator Hakim tidak di pungut biaya. b. Penggunaan mediator bukan Hakim ditanggung bersama oleh para pihak atau berdasarkan kesepakatan para pihak. 33 5. Batas waktu pemilihan Mediator. a. Setelah para pihak hadir dalam sidang pertama Hakim mewajibkan para pihak pada hari itu juga atau paling lama 2 dua hari kerja berikutnya untuk berunding guna memilih mediator termasuk penentuan biaya yang mungkin timbul akibat pilihan penggunaan mediator bukan Hakim. b. Para pihak segera menyampaikan mediator pilihan mereka kepada ketua majelis Hakim. c. Ketua Majelis Hakim segera memberitahu mediator terpilih untuk melaksanakan tugas. d. Jika setelah jangka waktu maksimal sebagaimana di maksud ayat 1 terpenuhi, para pihak tidak dapat bersepakat memilih mediator yang di 32 Ibid.h.6. 33 Ibid.h.7. kehendaki, maka para pihak wajib menyampaikan kegagalan mereka memilih mediator kepada ketua majelis Hakim. e. Setelah menerima pemberitahuan para pihak tentang kegagalan mediator, ketua majelis Hakim segera menunjuk Hakim bukan pemeriksa pokok perkara yang bersertifikat pada Pengadilan yang sama untuk menjalankan fungsi mediator. f. Jika pada pengadilan yang sama tidak terdapat hakim bukan pemeriksa perkara yang bersertifikat, maka Hakim pemeriksa pokok perkara dengan atau tanpa sertifikat yang di tunjuk oleh ketua majelis Hakim wajib menjalankan fungsi mediator. 34 6. Menempuh Mediasi dengan iktikad baik. a. Para pihak wajib menempuh proses mediasi dengan iktikad baik. b. Salah satu pihak dapat menyatakan mundur dari proses mediasi jika pihak lawan menempuh mediasi dengan iktikad baik. 35 Sedangkan tahap kedua dalam proses mediasi adalah tahap mediasi yang dilakukan diluar persidangan terdiri dari proses; 1 Penyerahan resume perkara dan lama waktu proses mediasi a Dalam waktu paling lama 5 lima hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang disepakati masing-masing pihak dapat 34 ibid.h.9. 35 Ibid.h.9. menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator. Dalam waktu paling lama 5 lima hari kerja setelah para pihak gagal menunjuk mediator masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk. b Proses mediasi berjalan paling lama 40 empat puluh hari kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak atau di tunjuk oleh ketua majelis Hakim sebagaiman maksud pasal 11 ayat 5 dan 6 yaitu dalam pasal 5 menjelaskan setelah menerima pemberitahuan para pihak tentang kegagalan memilih mediator, ketua majelis Hakim segera menunjuk Hakim bukan pemeriksa pokok perkara yang bersertifikat pada Pengadilan yang sama untuk menjalankan fungsi mediator, sedangkan dalam ayat 6 di jelaskan jika pada Pengadilan yang sama tidak terdapat hakim yang bukan pemeriksa perkara yang bersertifikat sebagai mediator maka hakim pemeriksa pokok perkara dengan atau tanpa sertifikat yang di tunjuk oleh ketua majelis Hakim wajib menjalankan fungsi mediator. c Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat perpanjang paling lama 14 empat belas hari kerja sejak berakhir masa 40 empat puluh hari sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat 3. Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu pemeriksaan perkara. d Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat di lakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi. 36 2 Kewenangan mediator menyatakan mediasi gagal a Mediator berkewajiban menyatakan mediasi telah gagal jika salah satu pihak atau para pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi yang telah di sepakati atau telah duia kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi tanpa alasan setelah dipanggil secara patut. b Jika setelah proses mediasi berjalan, mediator memahami bahwa dalam sengketa yang sedang di mediasi melibatkan aset atau harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan sehingga pihak lain yang berkepentingan tidak dapat menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi, mediator dapat menyampaikan kepada para pihak dan Hakim pemeriksa bahwa perkara yang bersangkutan tidak layak untuk mediasi dengan alasan para pihak tidak lengkap. 37 3 Keterlibatan para Ahli. 36 Ibid.h.10. 37 Ibid.h.10. a Atas persetujuan para pihak dan Kuasa Hukum, mediator dapat mengundang seorang atau lebih ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat para pihak. b Para pihak harus terlebih dahulu mencapai kesepakatan tentang kekuatan mengikat atau tidak mengikat dari penjelasan dan atau penilaian seorang ahli. c Semua biaya untuk kepentingan seorang ahli atau lebih dalam proses mediasi di tanggung oleh para pihak berdasarkan kesepakatan. 38 4 Mencapai Kesepakatan. a Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditanda tangani para pihak dan mediator. b Jika dalam proses mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para pihak wajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas kesepakatan yang dicapai. c Sebelum para pihak menandatangani kesepakatan, mediator memeriksa materi kesepakatan perdamaian untuk menghindari ada 38 Ibid.h.11. kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktikad tidak baik. d Para pihak wajib menghadap kembali kepada Hakim pada hari sidang yang telah ditentukan untuk memberitahukan akta perdamaian. e Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian. f Jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian, kesepakatan perdamaian harus memuat klausula pencabutan gugatan dan atau klausula yang menyatakan perkara telah selesai. 39 5 Tidak mencapai kesepakatan. a Jika setelah batas waktu maksimal 40 empat puluh hari kerja sebagaimana di maksud dalam pasal 13 ayat3,para pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan atau sebab-sebab yang terkandung dalam pasal 15, mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi gagal dilaksanakan dan memberitahukan kegagalan kepada Hakim. 39 Ibid.h.11. b Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, Hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai ketentuan hukum acara yang berlaku. c Pada tahapan pemeriksaan perkara, Hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan. d Upaya perdamaian sebagaiman di maksud dalam ayat 3 diatas berlangsung paling lama 14 empat belas hari kerja sejak hari para pihak menyampaikan keinginan berdamai kepada Hakim pemeriksa perkara yang bersangkutan. 40 6 Keterpisahan antara Mediasi dan Litigasi. a Jika para pihak gagal menempuh kesepakatan, pernyataan dan pengakuan para pihak dalam proses mediasi tidak dapat di gunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan atau perkara lain. b Catatan mediator tentang pelaksanaan mediasi wajib dimusnahkan untuk menghindari terbukanya rahasia atau privasi seorang atau badan hukum. c Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan. 40 Ibid.h.11. d Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata atas isi kesepakatan perdamaian hasil proses mediasi. 41 7 Tempat penyelenggaraan mediasi. a Mediasi dapat diselenggarakan di salah satu ruang Pengadilan tingkat pertama atau di tempat lain yang disepakati oleh para pihak. b Mediator Hakim tidak boleh menyelenggarakan mediasi di luar Pengadilan. c penyelenggaraan mediasi di dalam salah satu ruang Pengadilan tingkat pertama tidak di kenakan biaya. d Jika para pihak memilih penyelenggaraan mediasi di tempat lain, pembiayaan di bebankan kepada para pihak berdasarkan kesepakatan. 42 8 Perdamaian di tingkat Banding,Kasasi,dan Peninjauan Kembali. a Para pihak atas dasar kesepakatan mereka dapat menempuh upaya perdamaian terhadap perkara yang sedang dalam proses bandiung, Kasasi, atau peninjauan kembali atau terhadap perkara yang sedang diperiksa pada tingkat banding, Kasasi, dan peninjauan kembali sepanjang perkara itu belum di putus. 41 Ibid.h.12. 42 Ibid.h.12. b Kesepakatan para pihak untuk menempuh perdamaian wajib disampaikan secara tertulis kepada ketua Pengadilan setempat. c Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang menghadili segera memberitahukan kepada ketua Pengadilan Tingkat Banding yang berwenang atau ketua Mahkamah Agung tentang kehendak para pihak untuk menempuh upaya perdamaian. d Jika perkara yang bersangkutan sedang di periksa pada Tingkat Banding, Kasasi, dan Peninjauan kembali, Majelis Hakim pemeriksa pada tingkat Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali wajib menunda pemeriksaan perkara yang bersangkutan selama 14 empat belas Hari kerja sejak menerima pemberitahuan tentang kehendak para pihak menempuh upaya perdamaian. e Jika berkas memori Banding, Kasasi, dan Peninjauan kembali belum dikirimkan, Ketua Pengadilan Tingkat pertama yang bersangkutan wajib menunda pengiriman berkas memori Banding, Kasasi, dan peninjauan kembali untuk memberi kesempatan para pihak mengupayakan perdamaian. f Upaya perdamaian dalam tingkat Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali berlangsung paling lama 14 empat belas hari kerja sejak penyampaian kehendak tertulis para pihak diterima ketua Pengadilan Tingkat pertama. g Upaya perdamaian dalam tingkat Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali dilaksanakan di pengadilan yang mengadili perkara tersebut di tingkat pertama atau ditempat lain atas persetujuan para pihak. h Jika para pihak menghendaki mediator, Ketua Pengadilan tingkat pertama yang bersangkutan menunjuk seorang Hakim atau lebih untuk menjadi mediator dan yang menjadi mediator adalah tidak boleh berasal dari majelis Hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan pada pengadilan tingkat pertama, kecuali tidak ada hakim lain pada Pengadilan tingkat pertama tersebut. i Para pihak melalui ketua Pengadilan Tingkat pertama dapat mengajukan kesepakatan perdamaian secara tertulis kepada majelis Hakim pada tingkat Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian dan di tanda tangani oleh majelis Hakim yang bersangkutan dalam waktu 30 tiga puluh hari sejak dicatat dalam register induk perkara dan dikirmkan kepada Pengadilan tingkat Banding atau Mahkamah Agung. 43 9 Kesepakatan di luar Pengadilan 43 Ibid.h.12. Para pihak dengan bantuan mediator bersertifikat yang berhasil menyelesaiakan sengketa di luar Pengadilan dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan kesepakatan perdamaian tersebut kepada Pengadilan yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan.dan harus dissertai atau di lampiri dengan kesepakatan perdamaian dan dokumen-dokumen yang membuktikan ada hubungan hukum antara para pihak dan objek sengketa dengan persyaratan sebagai berikut: a Sesuai dengan kehendak para pihak b Tidak bertentangan dengan hukum c Tidak merugikan pihak ketiga d Dapat dieksekusi e Dengan iktikad baik dari para pihak yang bersengketa. 44 Sedangkan menurut Indonesian Institute For Conflict Transformation yaitu suatu institusi yang mengkaji tentang masalah mediasi atau perdamaian di negara Indonesia ada beberapa tahapan prosedur mediasi yaitu: 1 Memulai Proses Mediasi a Mediator memperkenalkan diri dan para pihak. b Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaiakan masalah melalui. 44 Ibid.h.13. c Menjelaskan pengertian mediasi dan peran mediator d Menjelaskan prosedur mediasi. e Menjelaskan pengertian Kaukus. f Menjelaskan Parameter kerahasiaan. g Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi. h Menjelaskan aturan perilaku dalam proses perundingan. i Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menjawab dan bertanya. 45 2 Merumuskan masalah dan menyusun agendakan a Mengidentifikasi topik-topik umum permasalahan, menyepakati subtopik permasalahan yang akan dibahas dalam proses perundingan. b Menyusun agenda perundingan. 46 3 Mengungkapkan kepentingan tersembunyi. Dapat dilakukan dengan dua cara : a Cara langsung yaitu mengemukakan pertanyaan langsung kepada para pihak b Cara tidak langsung yaitu mendengarkan atau merumuskan kembali pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para pihak 47 4 Membangkitkan pilihan penyelesaian sengketa 45 Makalah Indonesian Institute for conflict, h.1. 46 Ibid.h.2. 47 Ibid.h.3. Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran yang posisional, tetapi harus bersikap ternuka dan mencari alternatif penyelesaian, pemecahan masalah secara bersama. 48 5 Menganalisa pilihan penyelesaian sengketa a Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika menerima dan menolak suatu pemecahan masalah. b Mediator mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan tidak mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk akal. 49 6 Proses tawar menawar akhir a Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan mereka dan bersedia memberi konsesi satu sama lainnya. b Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran yang dapat dipergunakan untuk menguji dapat atau tidak tercapainya penyelesaian masalah. 50 7 Mencapai kesepakatan formal. Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan mengacu pada langkah-langkah yang akan ditempuh para pihak untuk melaksanakan bunyi kesepakatan dan mengakhiri sengketa. 51 48 Ibid.h.4. 49 Ibid.h.5. 50 Ibid.h.6. 51 Ibid.h.7.

BAB III GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

A. Kewenangan Umum

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: 1. Perkawianan menurut hukum Islam dalam Kompilasi hukum Islam pada pasal 1 adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaqon gholidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. 1 Perkawinan yang dimaksud perkawinan adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang berlaku atau yang dilakukan menurut Syari’ah, antara lain: a. Izin beristri dari seorang. b. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun, dalam hal orang tua wali ada perbedaan pendapat. c. Dispensasi kawin. d. Pencegahan perkawinan. e. Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatat nikah. f. Pembatalan perkawinan. g. Gugatan perceraian. 1 Kompilasi hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2007 h.7. 51 h. Perceraian karena talak. 2 2. Dalam Kompilasi hukum Islam pada pasal 171 tentang hukum kewarisan Harta Warisan adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggal, biaya pengurusan jenazah, tajhiz, pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat. 3 Pembagian Waris disini adalah bagian-bagian harta warisan yang telah ditentukan untuk ahli waris. 4 Mawarits jama’ dari mirats, irits, wirts, wiratsah, dan turats, yang di maknakan dengan mauruts ialah harta peninggalan orang yang meninggal yang di wariskan kepada waritsnya. 5 3. Hibah dia atur dalam kompilasai hukum Islam pada pasal 211, Hibah adalah pemberian sesuatu benda secara suka rela dan tanpa imbalan dai seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk dimiliki. 6 4. Wakaf adalah dalam istilah syara’ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan pemilikan 2 Majalah varia Peradilan, Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan h.34. 3 Kompilasi hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2007 h.56. 4 Asy-Syaikh Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin,Ilmu Waris metode praktis menghitung warisan dalam syariat Islam,Tegal:Ash-Shaf Media,2007. h.XV 5 Teungku Muhammad hasbi Ash siddieqy, Fiqh Mawarits, PT.Pustaka Riski Putra, 2001. h.5. 6 Chatib Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktik Pada Peradilan Agama Yogyakarta: UII Press, 2009. h.25. asal tahbisul ashli, lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashli adalah menaahn barang yang diwakafkan itu agar diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan atau sejenisnya.sedangkan pemanfaatannya adalah menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf wakif tanpa imbalan. 7 Menurut Kompilasi hukum Islam pasal 215, wakaf adalah Perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahakan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau kepentingan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. 8 5. Wasiat diatur dalam Kompilasi hukum Islam pada pasal 194, Wasiat adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga atau badan hukum, yang berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia. 9 7 Direktorat pengembangan Zakat dan Wakaf, Paradigma Pengembangan Wakaf Jakarta:Direktorat Jenderal Bimbingan Islam dan Penyelenggaran Haji,2005 h.1. 8 Kompilasi hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2007 h.68. Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktik Pada Peradilan Agama. h.24.