BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengadilan Agama Jakarta Pusat sudah secara sungguh-sungguh
melaksanakan dengan sebaik-baiknya PERMA No.1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi. Namun dalam pelaksanaannya belum maksimal dan terarah
karena kurang adanya sarana dan prasarana pendukung yang memadai dan juga faktor kurangnya pelatihan mediator yang belum maksimal dan penataan
sarana tempat untuk dilakukannya mediasi belum tercapai dengan baik 2.
Peranan mediator non hakim dalam proses mediasi di pengadilan agama Jakarta Pusat masih belum terstruktur karena dalam prakteknya mediator yang
aktif dalam proses mediasi hanya satu orang mediator dan seperti yag telah di uraikan dalam bab keempat honorarium bagi mediator non hakim masih
terlalu mahal dan belum adanya jaminan mediator dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik karaemna dalam kenyataannya samapi ssat ini perkara
yang telah terselesaikan melalui proses mediasi hanya satu perkara dan itupun dalam jangka waktu 2 bulan para pihak menggugat kembali dalam kasus yang
sama. 3.
Fungsi dan Peranan hakim sebagai mediator sampai saat ini masih belum terlihat dengan seksama karena dalam Pengadilan Agama Jakarta Pusat pada
67
saat ini belum memiliki Hakim yang bersertifikat sebagai mediator sehingga belum ada kejelasan mengenai pelaksanaan mediasi.
B. Saran
1. Kepada Mahkamah Agung diperlukan adanya pelatihan yang kualitatif yaitu
pelatihan khusus kepada mediator terutama tentang tekhnik mediasi agar mediator mampu melakukan tugasnya dengan lebih baik.
2. Kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat diperlukannya sosialisasi melalui
media massa agar lembaga mediasi lebih dapat mudah di pahami masyarakat umum
3. Kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat harus lebih tanggap dan cermat
menengahi pelaksanaan aturan yang baru yang dikeluarkan oleh mahakamah agung agar tidak terjadi kurang efektifnya dalam menjalankan peraturan
tersebut. 4.
Kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat diperlukan tempat yang nyaman di dalam ruang Pengadilan agar memudahkan proses mediasi yaitu tempat
khusus yang di rancang untuk melakukan mediasi. 5.
Kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perlu memperbanyak jumlah hakim yang menjadi mediator karena agar para pihak yang bersengketa di
Pengadilan tidak memerlukan mediator non hakim sehingga para pihak yang bersengketa tidak perlu membayar biaya honorarium bagi mediator non
hakim
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,SH.,MH.,Etika Mediasi dalam mediasi Syariah dan Mediasi Konvensional.Pelatihan Hakim Agama di PUSDIKLAT Mari, Mega
mendung,Ciawi,2009 Aripin, Jaenal,Dr.,MA.,Peradilan Agama dalam bingkai reformasi Hukum di
Indonesia,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Basiq,Abdul Djalil SH.,MA,Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006. Chalid Fadullah, SH., Mengenal hukum ZIS zakat, infaq, sedekah dan
pengamalannya di DKI Jakarta, Jakarta:Bazis DKI Jakarta,1999. Dewi,Hj, D.S.,SH.,MH., Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang
Prosedur mediasi di Pengadilan Pelatihan Hakim Agama di PUSDIKLAT Mari, Mega mendung,Ciawi,2009.
Direktorat Pengembangan Zakat dan wakaf, Paradigma Pengembangan Wakaf, Jakarta:Direktorat bimbingan Islam dan Penyelenggaraan haji, 2005.
Halim, Abdul, Peradilan Agama dalam Politik Hukum, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.2002.
Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata, Jakarta:Sinar Grafika,2005. Hariadi, lili dan Zen, Muhammad, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: Centre for
Enterpreneurship Development, 2004. Hasbi, Tengku Muhammad Ash-Shidieqie, Fiqh Mawarits, Jakarta: PT. Pustaka
Riski Putra, 2001. Indonesian Institute for Conflict Transformation, Pelatihan Hakim Agama di
PUSDIKLAT Mari, Mega mendung,Ciawi,2009. Kamil,H.Ahmad, Drs.,SH.,M.Hum.,Etika penyelesaian sengketa menurut konsep
Islam, Pelatihan Hakim Agama di PUSDIKLAT Mari, Mega mendung,Ciawi,2009.
Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2007.