BAB IV RESPON PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT TERHADAP
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG No.1 TAHUN 2008
A. Keterkaitan Pengadilan Agama Jakarta Pusat terhadap Peraturan
Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi
Dalam era reformasi sekarang ini semua lembaga pelayanan masyarakat dituntut untuk dapat melayani secara profesional, cepat, benar dan tepat.
Demikian pula pelayanan hukum dan keadilan pada lembaga peradilan, mereka dituntut untuk memberikan pelayanan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Pengadilan Agama, secara ideologis dan historis merupakan peradilan yang tumbuh dari rakyat, yakni dari keyakinan umat Islam yang telah diajarkan oleh
agama bahwa terhadap orang Islam berlaku hukum Islam dan jika terjadi pelanggaran atau sengketa harus diselesaikan menurut hukum Islam oleh Hakim
Agama Islam. Doktrin inilah yang kemudian diistilahkan dengan asas ’Personalitas keislaman’. Hal ini kiranya yang menjadi dasar adanya fakta di
dunia bahwa dimana ada umat Islam disana tentu masih ada umat Islam maka selama itu pula tentu masih ada Peradilan Agama di Indonesia dengan segala
kekuasaannya yang diberikan oleh negara, yaitu bidang-bidang hukum yang bertalian erat dengan kehidupan beragama bagi orang Islam.
1
1
A.Mukti Arto,Garis batas Kekuasaan pengadilan Agama dan Pengadilan negeri, Majalah Varia Peradilan 2006. h.20.
57
Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 2008 adalah peraturan yang di keluarkan oleh Mahkamah Agung tentang prosedur mediasi di Pengadilan dan
termasuk juga didalamnya Pengadilan Agama yang berguna mengefektifitaskan proses mediasi dan mengurangi jumlah perkara yang menumpuk di Pengadilan
sebagai pembenahan terhadap masalah yang timbul dari Perma No.2 tahun 2003 tentang prosedur mediasi yang di laksanakan mulai bulan Juli tahun 2008. Maka
daripada pelaksanaan Peraturan tersebut harus terdapat keakuratan sasaran yang harus dilakukan oleh Pengadilan Agama agar terpenuhinya pelaksanaan yang
efektif dan tepat agar sesuai dengan yang telah diatur oleh PERMA atau Peraturan Mahkamah Agung tersebut oleh karena itu banyak informasi yang bisa kita
dapatkan setelah PERMA tersebut dilaksanakan dalam prosesi mediasi apakah telah sesuai dengan yang di cita-citakan oleh Mahkamah Agung atau tidak.
Menurut Hj.D.S.Dewi, SH.,MH. dalam pelaksanaan peraturan tersebut terdapat kunci keberhasilan dalam praktek mediasi yaitu
2
: 1.
Iktikad baik dari Prinsipal para pihak dan Penasihat Hukum. 2.
Keahlian dari mediator. 3.
Koordinasi administrasi antara para pihak, Mediator, Majelis Hakim. 4.
Kebijakan Pimpinan. 5.
Sarana dan Prasarana.
2
D.S.Dewi,Implementasi Perma No.1 tahun 2008 tentang prosedur Mediasi,Pelatihan mediator hakim Agama Pusdiklat Mari,Mega Mendung,Bogor,2009. h.13.