Peranan Hakim sebagai mediator dalam penyelesaian perkara di Pengadilan

Dalam PERMA No.1 tahun 2008 menyatakan bahwa semua hakim dalam wilayah pengadilan yang bersangkutan terhadap suatu perkara dan telah mendapat sertifikasi dari lembaga yang di akreditasi oleh Mahkamah Agung dapat menjadi mediator kecuali hakim pemeriksa perkara tidak dapat menjadi mediator, maka peranan hakim sebagai mediator merupakan aspek penting dalam suatu penyelesaian perkara dengan mediasi. Dari ketiga Hakim tersebut yang di tunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat untuk mengikuti sertifikasi Mediator di Kecamatan Mega mendung Kab.Bogor pada bulan April adalah Drs. Faisal Kamil SH.,MH. 11 Adapun etika hakim Adabul Qadhi dalam melakukan mediasi adalah tingkah laku yang baik dan terpuji yang harus di laksanakan oleh seorang hakim dalam berinteraksi dengan sesama manusia untuk menjalankan tugasnya, jadi wilayah hakim meliputi etika di dalam dinas dan di luar dinas ditengah masyarakat. 12 Maka dari data yang telah penulis dapatkan dari sumber yang akurat maka dapat diambil kesimpulan bahwa peranan hakim sebagai mediator di wilayah Pengadilan Agama Jakarta Pusat belum efektif dan boleh dikatakan tidak berfungsi dengan semestinya sesuai yang di cita-citakan oleh Mahkamah Agung. 11 Hasil wawancara dengan humas Pengadilan Agama Jakarta pusat. Nuheri S.H di Pengadilan Agama Jakarta Pusat pada tanggal 3 Maret 2009 jam 13.00 WIB. 12 Ahmad kamil, Etika penyelesaian Sengketa Menurut Konsep Islam makalah disampaikan pada acara pelatihan sertifikasi mediasi hakim seluruh Indonesia h.1.

C. Peranan Mediator non Hakim dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan

Agama Jakarta Pusat Menurut PERMA No.1 tahun 2008 terdapat Mediator bukan Hakim yaitu akademisi hukum dan yang telah mendapat sertifikat dan mengikuti pelatihan Mediator oleh lembaga yang di tunjuk oleh Mahkamah Agung sebagai tempat sarana pelatihan mediator. Sampai bulan Maret 2009 terdapat 5 orang mediator bukan hakim yang telah mendaftar sebagai mediator di pengadilan Agama Jakarta Pusat yaitu: 1. Dr.Muchsin Bani Amin SH.,MH W9.A.12400HK.05XI2008 dan telah berpengalaman selama 1 tahun menjadi mediator. 2. Dr. John N. Palinggi. MM.,MBA., W9.A.1588HK.05III2009 dan telah berpengalaman 1 tahun menjadi mediator. 3. Iswahyudi A.Karim. SH.,MH., W9.A.1589HK.05III2009 dan telah berpengalaman selama 1 tahun sebagai mediator. 4. Safitri Hariyani Saptogino. SH., MH., W9.A.1590HK.05III2009 dengan pengalaman sebagai mediator selama 2 tahun sebagai mediator. 5. Dr. Ichjar Musa, SE., MM., MH., W9.A.1591HK.05III2009 dan telah berpengalaman selama 2 tahun sebagai mediator. 13 Namun dalam prakteknya di Pengadilan Agama Jakarta pusat hanya 1 mediator saja yang telah aktif dalam proses mediasi yaitu Dr. Muchsin Bani Amin SH.,MH., seorang pensiunan pegawai negeri dari pengadilan Agama Tangerang. 13 Daftar Mediator non-hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Dalam proses mediasi dari mulai beliau mendaftar dan bertugas sebagai mediator pada bulan November 2008 menurut pengakuan Dr.H.Muchsin Bani Amin SH,MH. efektifitas mediasi dalam hal ini kurang memuaskan sekitar 3 perkara dapat menempuh upaya perdamaian dengan sukses diantara perkara perdata No.676 sampai No.perkara 869 atau sekitar 193 kasus yang diajukan dalam upaya perdamaian hanya 1 kasus yang dapat mencapai kesepakatan damai yaitu perkara tentang perceraian dan itupun dalam jangka waktu 3 bulan salah satu pihak menggugat kembali kepada Pengadilan yang sama dalam perkara yang sama dikarenakan tidak mendapatkan sesuai dengan apa yang di sepakati dalam akta perdamaian. Maka dari data yang penulis dapatkan mengindikasikan bahwa peranan mediator bukan Hakim juga masih belum efektif dalam menjalankan tugasnya sebagai mediator dalam prosesi Mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Pusat. 14 14 Hasil wawancara dengan humas Pengadilan Agama Jakarta pusat. Nuheri S.H di Pengadilan Agama Jakarta Pusat pada tanggal 3 Maret 2009 jam 13.00 WIB.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengadilan Agama Jakarta Pusat sudah secara sungguh-sungguh melaksanakan dengan sebaik-baiknya PERMA No.1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi. Namun dalam pelaksanaannya belum maksimal dan terarah karena kurang adanya sarana dan prasarana pendukung yang memadai dan juga faktor kurangnya pelatihan mediator yang belum maksimal dan penataan sarana tempat untuk dilakukannya mediasi belum tercapai dengan baik 2. Peranan mediator non hakim dalam proses mediasi di pengadilan agama Jakarta Pusat masih belum terstruktur karena dalam prakteknya mediator yang aktif dalam proses mediasi hanya satu orang mediator dan seperti yag telah di uraikan dalam bab keempat honorarium bagi mediator non hakim masih terlalu mahal dan belum adanya jaminan mediator dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik karaemna dalam kenyataannya samapi ssat ini perkara yang telah terselesaikan melalui proses mediasi hanya satu perkara dan itupun dalam jangka waktu 2 bulan para pihak menggugat kembali dalam kasus yang sama. 3. Fungsi dan Peranan hakim sebagai mediator sampai saat ini masih belum terlihat dengan seksama karena dalam Pengadilan Agama Jakarta Pusat pada 67