tinggal tersendiri bagi setiap istrinya. Suami dibolehkan menempatkan beberapa orang istri dalam satu rumah, kalau istri-istrinya itu sudah menyepakatinya,
namun tidak boleh menempatkan mereka dalam satu tempat tidur.
17
3. Qasm.
Qasm menggilir bergaul di antara istri dengan istri lain, yang menjadi patokan pada kesempatan bergaul adalah malam hari, karena malam itulah waktu untuk
bergaul antara suami istri menurut biasanya, sedangkan siang hari adalah waktu untuk mencari nafkah. Dengan demikian secara sederhana qasm itu berarti
bergiliran kesempatan bermalam. Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang wajibnya suami menyamakan qasm diantara istri-istrinya. Dan ini
sesuai dengan hadis Nabi:
Dari Aisyah RA: adalah Rasulullah SAW melakukan penggiliran diantara kami, kemudian beliau bersabda: Ya Allah, inilah bentuk
penggiliran yang dapat aku lakukan, dan janganlah Engkau mencela aku dalam hal yang aku tidak mampu melakukannya.
Abu Daud berkata: yang dimaksud tidak mampu melakukannya yaitu hati. Hadis
17
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan Undang- Undang Perkawinan, hal. 178.
diriwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasaai, dan Ibnu Hibban.
18
Adapun cara penggiliran itu ditetapkan ulama sedemikian rupa, yaitu bila suami menyediakan rumah untuk masing-masing istrinya dapat mengunjungi
rumah-rumah istrinya itu untuk bermalam secara bergiliran sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Qasm itu berlaku untuk setiap saumi meskipun dia tidak
dalam keadaan yang memungkinkan untuk melakukan hubungan seksual, seperti sedang sakit atau dalam kondisi impoten dan keadaan lainnya yang tidak mungkin
bergaul dengan istrinya. Alasannya ialah yang menjadi dasar bagi penggiliran itu adalah bergaul secara baik dalam kehidupan rumahtangga. Demikian pula berlaku
untuk semua istri meskipun istri itu tidak mampu melayani kebutuhan seksual suaminya, seperti dalam kondisi yang sudah tua atau sakit atau halangan lainnya,
dengan alasan yang sama.
19
Suami hanya boleh bermalam dengan istri yang sudah ditentukan gilirannya. Tidak boleh suami mengunjungi istrinya di luar gilirannya di waktu malam,
kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak, sedangkan kunjungan biasa, seperti singgah atau keperluan lainnya. Dan seorang istri boleh menyerahkan
gilirannya kepada salah seorang di antara madunya bila yang demikian dilakukan atas dasar kerelaan, dan untuk itu tidak perlu menuntut penggantian waktu yang
18
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisyaburi, al-Maktabah al-Syamilah; Shahih Muslim, al-Ishdar al-Tsani, al-Qism: Kutub al-Mutun, Juz. 7, hal. 378.
19
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan Undang- Undang Perkawinan, hal. 180.
lain. Demikian pula dalam keadaan tertentu, seperti sakit yang tidak memungkinkan keluar rumah, suami dapat tinggal di rumah salah seorang istrinya
di luar gilirannya dengan syarat istri-istri yang berhak atas giliran itu memberikan persetujuan.
20
C. Adil Syarat untuk Poligami.